Berita Viral

NASIB TRAGIS Azwar, Pemuda Asal Asahan, Dijanjikan jadi Penyanyi di Malaysia, Malah Tewas di Kamboja

Pihak keluarga yang berada di Asahan, Sumatera Utara, berharap agar pemerintahan Presiden Prabowo bisa turun tangan.

Editor: AbdiTumanggor
HO
Seorang TKI ilegal asal Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Azwar (32), menjadi korban perdagangan orang dan kekerasan berkedok agensi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Kini Azwar meninggal dunia setelah dua bulan berada di Kamboja. Keluarga berharap agar pemerintah Presiden Prabowo Subianto turun tangan untuk membantu proses pemulangan jasad Azwar ke Indonesia. (DOKUMENTASI) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atas nama Azwar (32), diduga meninggal dunia di Kamboja.

Pihak keluarga yang berada di Asahan, Sumatera Utara, berharap agar pemerintahan Presiden Prabowo bisa turun tangan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kepada bapak Presiden Prabowo yang terhormat, kami dari Sumatera Utara, Kabupaten Asahan, memohon bantuan kepada bapak atas meninggalnya anak kami yang bernama Azwar," kata Fitri, tante korban yang didampingi ayah Azwar, Zulkarnain dan adiknya Hafiza, Selasa (24/6/2025).

Seorang TKI ilegal asal Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Azwar (32), menjadi korban perdagangan orang dan kekerasan berkedok agensi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Kini Azwar meninggal dunia setelah dua bulan berada di Kamboja.
Seorang TKI ilegal asal Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Azwar (32), menjadi korban perdagangan orang dan kekerasan berkedok agensi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Kini Azwar meninggal dunia setelah dua bulan berada di Kamboja. (DOKUMENTASI)

Permohonan ini diminta keluarga agar dapat melihat wajah Azwar meskipun dalam kondisi meninggal dunia.

"Hanya bapak yang bisa membantu kami, tolonglah pak kami orang susah pak. Sama siapa lagi kami memohon untuk memulangkan anak kami ke Indonesia," ujarnya sambil terisak-isak.

Sembari menangis, Fitri memohon kepada Prabowo Subianto untuk menanggapi dan menjadikan Azwar sebagai prioritas pemulangan.

Azwar (32) warga Bunut, Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. 

Informasinya, Azwar meninggal dunia di Kamboja pada 10 Juni 2025.

Azwar disebut-sebut melompat dari lantai tiga sebuah gedung di Kamboja.

Belum bisa dipulangkan karena kendala biaya

Paman dari Azwar, Rizal menyebut pemulangan belum dapat dilakukan karena terkendala biaya yang diminta sebesar Rp 160 juta.

Bahkan, menurutnya saat ini jasad Azwar sudah berada di bawah kepolisian otoritas Kamboja.

Keluarga berharap agar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dapat memberikan solusi.

Sebelum meninggal dunia, Azwar sempat berkomunikasi dengan keluarga dengan mengirimkan beberapa video serta video call.

Dalam video callnya, Azwar mengaku meminta uang sebesar Rp 40 juta sebagai uang denda agar dirinya dapat dibebaskan dari perusahaan scamer tersebut.

Melalui video call dengan seorang temannya, Azwar mengaku sakit dan meminta pinjaman uang agar dirinya dapat dibebaskan.

"Ju (nama panggilan) untuk apa uang itu. Karena banyak kejadian udah dibayar dendanya juga ga dipulangkan juga," kata Seorang wanita yang telfon video dengan Azwar.

Azwar mengaku dirinya sedang sakit dan tidak dapat bekerja sehingga harus membawa denda agar dirinya tak dijual ke perusahaan lain.

"Enggak beb, karena aku sakit makanya aku ga bisa fokus kerja. Aku ga memenuhi target. Nanti kalau ada rezeki pasti aku ganti. Tolong kali, nanti pasti aku ganti," kata Azwar.

Selain itu, Azwar juga mengaku dibawa ke Kamboja oleh seorang agen bernama Hasan yang merupakan warga Medan.

"Yang ngajak aku bang Hasan, agen. Nomornya udah gak aktif lagi. Tolonglah aku beb," katanya.

Di video lainnya, Azwar turut meminta pinjaman uang sebesar Rp 40 juta untuk pembayaran denda dan ganti rugi. Parahnya lagi, dalam video tersebut, Azwar mengaku dirinya yang sedang sakit akan dibuang ke laut.

"Ziz (nama adik Azwar), bayari dendaku bisa ga Ziz. Biar pulang aku Ziz,"ujar Azwar.

Sambil terbatuk-batuk, Azwar mengaku kepada adiknya bahwa dirinya sedang sakit dan tidak bisa bekerja.

"Ziz, aku ga bisa kerja. Kalau dendaku dibayarkan sekalian beli tiketku pulang. Kalau enggak, aku dijual lagi terus aku nanti dibuang kelaut karena sakit ga bisa kerja," ungkapnya dalam video tersebut.

Sebelumnya, Azwar yang diiming-imingi akan bekerja sebagai penyanyi di Malaysia.

Kemudian dijual ke Kamboja dan dipekerjakan di perusahaan scamer.

Azwar diberangkatkan secara ilegal oleh pria bernama Hasan yang merupakan warga Medan pada April 2025 lalu. 

Ia diiming-imingi dengan upah 800 dolar atau setara dengan Rp 13 juta yang bekerja sebagai penyanyi di Malaysia.

Bukan Malaysia, Azwar malah dikirim ke Kamboja untuk menjadi pekerja perusahaan scamer dan diperjualbelikan kepada perusahaan-perusahaan sekitar.

Warga Aceh Jadi Korban TPPO di Kamboja, Disiksa dan Diperjualbelikan

Seorang warga Aceh, Eki Murdani (30), menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) asal Gampong Menasah Dayah, Kecamatan Jambo Aye, Kahupaten Aceh Utara, yang sebelumnya terlunta-lunta selama lebih dari dua tahun di Kamboja.

Selama 2,5 tahun di Kamboja, ia dipaksa bekerja di sejumlah perusahaan operator judi online dan penipuan online.

Ia juga dipindah-pindahkan secara paksa dari satu perusahaan ke perusahaan lain, tanpa digaji, bahkan kerap mendapatkan penyiksaan jika tidak memenuhi target kerja.

Kepada Haji Uma, ia mengungkap bahwa penyiksaan yang diterimanya berupa pemukulan, tendangan, hingga penyetruman listrik.

Menurutnya, masih banyak WNI lain, termasuk warga Aceh, yang hingga kini masih terperangkap di lokasi-lokasi tersebut dan menjadi korban kekerasan sistematis dari algojo perusahaan. Kesulitan ekonomi keluarga membuat Eki tidak bisa pulang ke tanah air.

Hingga pada 21 April 2025, Geuchik Gampong Menasah Dayah bersama pihak keluarga mengirimkan surat permohonan bantuan kepada Haji Uma.

Hal itu ditindaklanjuti Haji Uma dengan langsung mengirimkan permohonan bantuan ke Kementerian Luar Negeri RI dan berkoordinasi langsung dengan Duta Besar RI untuk Kamboja, Santo Darmosumarto.

Proses pemulangan tidaklah mudah. Lokasi keberadaan Eki berada jauh dari ibu kota Phnom Penh, dengan jarak tempuh sekitar 12 jam perjalanan darat. 

Selain itu, proses pengurusan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dan administrasi imigrasi turut menjadi tantangan tersendiri.

Terlebih Eki harus bersembunyi dan menghindari kejaran mafia perusahaan yang selama ini memperjualbelikannya.

Selama proses itu, Haji Uma juga meminta dukungan dari Persatuan Pekerja Aceh di Malaysia (PPAM), yang dipimpin Tgk Ricki.

Tujuannya untuk melakukan komunikasi intensif dengan Eki dan membantu memantau rute pemulangannya, yang harus melalui transit di Malaysia sebelum akhirnya tiba di Indonesia.

Total biaya pemulangan Eki sebesar Rp12.300.000, yang terdiri dari tiket penerbangan, konsumsi, dan pengurusan dokumen keimigrasian. 

Dari jumlah tersebut, sebesar Rp4.000.000 ditanggung oleh pihak keluarga dan sisanya sebesar Rp8.300.000 dibantu langsung oleh Haji Uma.

Setibanya di tanah air, tepatnya pada pukul 07.00 WIB di kediamannya di Menasah Dayah, Eki disambut langsung oleh Staf Penghubung Haji Uma Wilayah Aceh Utara, Abd Rafar.

Ia telah ditugaskan untuk mendampingi dan memastikan kondisi Eki aman serta dapat berkumpul kembali dengan keluarganya.

Dalam pernyataannya, Haji Uma menyampaikan rasa syukur atas keberhasilan pemulangan Eki dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, termasuk PPAM, Kementerian Luar Negeri, serta jajaran KBRI di Phnom Penh.

Ia juga memberikan peringatan tegas kepada masyarakat Aceh dan Indonesia secara umum untuk tidak mudah tergiur janji manis para agen tenaga kerja ilegal yang menjanjikan pekerjaan bergengsi di luar negeri. 

“Kalau tidak memiliki kontrak kerja resmi yang dilegalisir oleh Dinas Tenaga Kerja dan BP3MI, maka sangat besar kemungkinan itu adalah penipuan. Jangan korbankan masa depan demi janji palsu,” tegasnya.

Menurut data dari KBRI Kamboja, kasus perdagangan orang dengan modus penempatan kerja ilegal sangat tinggi dan sebagian kecil mengalami kekerasan serta eksploitasi di lingkungan kerja mereka.  Bahkan, setiap hari KBRI Kamboja kurang lebih menerima sekitar 200 pesan aduan via WA.

Berdasarkan informasi Haji Uma, hari ini (Senin-red) juga berlangsung pertemuan antara KBRI Indonesia di Kamboja dengan Gubernur Sihanoukville, provinsi di mana ada lebih dari 40 ribu WNI korban TPPO yang masih berada di Kamboja.

Haji Uma juga menekankan pentingnya peran negara dalam melakukan sosialisasi masif melalui Kementerian Ketenagakerjaan, BP2MI, serta aparatur gampong agar masyarakat tidak terjerumus dalam TPPO. 

Ia menyambut baik langkah Polda Aceh yang telah menangkap sejumlah agen TPPO lintas negara dan mendorong masyarakat agar ikut proaktif memberikan informasi terkait aktivitas perekrutan ilegal di lingkungan masing-masing.

“Anak-anak bangsa tidak boleh menjadi komoditas jual-beli. Kita harus kompak dan berkomitmen penuh untuk membasmi agen-agen TPPO. Ini musuh bersama, dan kita tidak akan berhenti sampai semua pelaku diadili,” tutup Haji Uma.

(cr2/tribun-medan.com).

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Artikel ini sebagian telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Warga Aceh Jadi Korban TPPO di Kamboja, Disiksa dan Diperjualbelikan, Haji Uma Fasilitasi Pemulangan, https://aceh.tribunnews.com/2025/06/23/warga-aceh-jadi-korban-tppo-di-kamboja-disiksa-dan-diperjualbelikan-haji-uma-fasilitasi-pemulangan?page=all#goog_rewarded.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved