Delegasi Sumut Sambangi Tiongkok

Rektor UINSU Prof Nurhayati: Muslim Hui di Zhengzhou Tiongkok Luar Biasa

Prof Nurhayati merasa terhormat dapat berjumpa dan berdiskusi langsung dengan Wakil Ketua Majelis Ulama Tiongkok, Yang Wan Li.

Editor: iin sholihin
TRIBUN MEDAN
KUNJUNGAN - Kunjungan delegasi akademisi muslim asal Sumatera Utara (Sumut) ke Masjid Beida Zhengzhou di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok pada Jumat (30/05/2025). 

TRIBUN-MEDAN.COM, ZHENGZHOU - Kunjungan delegasi akademisi muslim asal Sumatera Utara (Sumut) ke Masjid Beida Zhengzhou di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok pada Jumat (30/05/2025) memberi makna tersendiri, terutama bagi Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Prof Dr Nurhayati MAg.  

Delegasi Sumut yang diwakili oleh sejumlah rektor dari perguruan tinggi Islam di Sumut belajar banyak dari Suku Hui dalam mengembangkan ajaran Islam di Kota Zhengzhou meski dalam kondisi serba terbatas.  

Mereka harus taat dan patuh pada regulasi yang diterapkan oleh Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok. Ketaatan pada regulasi ini pula yang membuat komunitas muslim di Kota Zhengzhou terus eksis dalam mengembangkan ajaran Islam.  

"Delegasi kita ini terdiri dari ulama, tokoh agama dan pimpinan perguruan tinggi di Sumatera Utara. Kita disambut dengan luar biasa sekali dan kita bisa bertemu masyarakat. Kita juga berkunjung ke salah satu masjid yang sudah dibangun 700 tahun yang lalu," ujar Prof Nurhayati kepada Tribun, Minggu (1/06/2025). 

Masjid Beida Zhengzhou
MASJID BEIDA - Pintu gerbang Masjid Beida Zhengzhou yang terletak di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok.

Prof Nurhayati merasa terhormat dapat berjumpa dan berdiskusi langsung dengan Wakil Ketua Majelis Ulama Tiongkok, Yang Wan Li.  

"Ketika pertemuan dengan Wakil Ketua Majelis Ulama Tiongkok, kita dijelaskan bagaimana perhatian pemerintah Tiongkok terhadap kerukunan umat beragama. Dan yang paling menarik yakni ketua majelis ulama dan pemuka agama Islam merupakan tokoh politik. Ini sesuatu yang luar biasa," paparnya.  

Menurut Prof Nurhayati, masyarakat Indonesia kerap mendapati informasi miring mengenai perkembangan Islam di Tiongkok. 

"Mungkin kita mendengar berita-berita yang kurang menyenangkan tentang Tiongkok. Tapi ketika kita melihat secara langsung umat Islam Suku Hui sungguh luar biasa. Mereka dibenarkan untuk mendirikan sekolah, mendirikan pesantren dan mereka juga diberikan keleluasaan untuk mendirikan perguruan tinggi agama," paparnya. 

Pemerintah Tiongkok, lanjutnya, juga memberikan bantuan untuk pembangunan perguruan tinggi. "Dananya juga cukup fantastis, mencapai Rp 100 miliar lebih. Insya Allah tahun depan pembangunan akan siap dan mudah-mudahan kita diundang untuk peresmiannya," paparnya.  

FOTO BERSAMA - Wakil Ketua Majelis Ulama Tiongkok, Yang Wan Li, berfoto bersama delegasi Islam Sumut saat berkunjung ke Masjid Beida Zhengzhou di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok pada Jumat (30/05/2025).
FOTO BERSAMA - Wakil Ketua Majelis Ulama Tiongkok, Yang Wan Li, berfoto bersama delegasi Islam Sumut saat berkunjung ke Masjid Beida Zhengzhou di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok pada Jumat (30/05/2025). (TRIBUN MEDAN)

Menurutnya, hampir 800 masjid yang mendapat bantuan dari pemerintah Tiongkok. Artinya, kata Prof Nurhayati, pemerintah memberikan keleluasaan yang luar biasa kepada pemeluk agama untuk menjalankan ajaran agamanya.  

Yang lebih menarik menurut Prof Nurhayati, yakni saat dirinya mengunjungi museum mini di kompleks Masjid Beida Zhengzhou. Ia menemukan adanya semangat cinta tanah air yang merupakan bagian dari kecintaan komunitas muslim Tiongkok terhadap agamanya.  

"Hubbul wathon minal iman. Cinta kepada tanah air itu merupakan bagian dari iman. Kita bertanya langsung apakah pernah terjadi konflik di sini, alhamdulilah itu tidak. Kenapa? Karena pemerintah memberikan kemudahan-kemudahan bagi pemeluk agama khususnya yang beragama Islam untuk menjalankan ajaran agamanya. Sungguh luar bisa melihat perkembangan ini," katanya.  

Kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan yang dikunjungi delagasi Sumut ditempati muslim Suku Hui. Suku Hui adalah satu di antara puluhan etnis  di Tiongkok yang mayoritas beragama Islam. Saat ini, terdapat lebih dari 30 juta umat muslim yang tersebar di seluruh provinsi di Republik Rakyat Tiongkok.

Baca juga: Senyum Muslim Hui dan Pesona Masjid Berusia 700 Tahun di Zhengzhou 

Wakil Ketua Majelis Ulama Tiongkok, Yang Wan Li memastikan komunitas muslim di Tiongkok bebas menjalankan ibadah. Pemerintah Tiongkok juga memberikan ruang untuk berkembangnya ajaran Islam. 

Pemerintah Tiongkok mengizinkan madrasah dan pesantren untuk aktif memberdayakan umat. "Di Zhengzhou ini juga ada pesantren. Ada sekitar 13 sekolah sejenis di Zhengzhou ini. Saya kebetulan sebagai pembina di pesantren tersebut," papar Yang Wan Li saat berdiskusi dengan anggota delegasi Sumut.  

Dia menjelaskan, komunitas muslim tetap eksis dan masjid yang mereka kelola dapat terus aktif di tengah-tengah masyarakat Tiongkok. 

"Masjid ini dibangun dimulai dari Dinasti Yuan. Setelah Dinasti Yuan dilanjutkan Dinasti Ming, Ching dan saat ini di bawah Republik Rakyat Tiongkok. Lokasinya masih tetap di sini. Lebih kurang sudah 700 ratus tahun sejak awal dibangun," papar Yang Wan Li. 

Meski minoritas, Yang Wan Li memastikan, umat muslim di Tiongkok bebas menjalankan ibadah. Diakuinya, umat muslim di Tiongkok terdiri dari berbagai suku. Islam kemudian menjadikan umat muslim dalam satu kesatuan. 

Uniknya, saat ini ada banyak ulama yang kini memegang jabatan sebagai anggota DPR, bahkan menjabat sebagai ketua DPR setempat. Yang Wan Li adalah satu di antaranya. Ia kini menduduki posisi sebagai anggota MPR Beijing. 

SAMBUT DELEGASI - Imam Masjid Beida Zhengzhou, Eisa (gamis putih), saat menyambut delegasi Islam Sumut saat berkunjung ke Masjid Beida Zhengzhou di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok pada Jumat (30/05/2025).
SAMBUT DELEGASI - Imam Masjid Beida Zhengzhou, Eisa (gamis putih), saat menyambut delegasi Islam Sumut saat berkunjung ke Masjid Beida Zhengzhou di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok pada Jumat (30/05/2025). (TRIBUN MEDAN)

Wakil Rektor 3 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Dr Rudianto yang ikut dalam rombongan juga mengucap syukur bisa melihat langsung perkembangan Islam di Tiongkok. 

"Kita melihat bagaimana pemerintah Tiongkok mengakomodir peradaban Islam. Komunitas muslim dapat menjalankan ibadah dengan sangat baik. Ini membuktikan bahwa  ajaran Islam tidak akan pernah bertabrakan dengan peradaban dimanapun. Justru saling mendukung untuk kemajuan bersama," kata Dr Rudianto. 

Dalam kunjungan ke Tiongkok ini, ia bisa melihat langsung ragam budaya dan peradaban. "Dari kunjungan ini kami merasa tidak ada batas antara negara manapun untuk saling belajar untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan dan peradaban. Kami yakin Indonesia akan belajar banyak dari peradaban Tiongkok yang sangat luar biasa," katanya. 

Buya Amiruddin Terharu 

Rasa senang bercampur haru dirasakan Pendiri Pesantren Baitul Mustaghfirin Al-Amir Prof Dr Amiruddin bin Muhammad Sareh kala bertemu komunitas muslim dari suku Hui yang bermukim di kawasan Distrik Guancheng Hui, Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok  

Buya sapaan akrabnya bisa bertemu langsung, bersalaman dan memeluk saudara seimannya itu. Buya Amiruddin merupakan satu di atara tokoh Sumut yang ikut dalam delegasi akademisi muslim asal Sumatera Utara (Sumut) yang berkesempatan mengunjungi Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, Tiongkok. 

"Kita ketemu dengan komunitas muslim yang mengelola majid dengan lokasi lebih dari 1 hektare dan dengan bangunan pesantren dan bangunan bersejarah. Kalau cinta agama, harus cinta tanah air," kata Buya Amiruddin kepada Tribun. 

Kelompok muslim Hui ini, jelasnya, mendapat perhatian dari pemerintah Tiongkok meski mereka kelompok minoritas. "Mereka melaksanakan ini dengan rasa cinta kepada negara atas dasar agama. Saya katakan ini seperti hubbul wathon minal iman," lanjutnya. 

"Saudara muslim kita di Tiongkok menyambut kita. Kita datang sebagai ulama, rektor, akademisi, tokoh media dan tokoh masyarakat. Mereka menyambut dengan penuh suka cita," katanya.  

Rasa syukur juga disampaikan Wakil Rektor Bidang Akademik UINSU Prof Dr Azhari Akmal Tarigan. Ia dapat melihat langsung kondisi komunitas muslim di Tiongkok di tengah derasnya berbagai informasi  di media sosial. 

"Kita berada diera multimedia yang sangat masif dan sering kali pada era ini kita menghadapi yang dinamakan klaim kebenaran. Bercampurnya fakta dan opini atau bercampurnya ilmu dengan opini. Terkadang fakta yang kita pahami amat sangat sedikit, tapi tafsirnya terlalu meluas," kata Prof Azhari yang juga Ketua Komisi Penelitian MUI Kota Medan ini. 

Dari kunjungan ini, jelasnya, fakta yang ada dan data yang ada tidak sama persis dengan opini atau pandangan-pandangan yang berkembang di luar.  

"Kita bertemu dengan imam masjid dan bertemu juga dengan wakil ketua ulamanya. Kita berdiskusi dan banyak berbicara tentang perkembangan Islam di Tiongkok khususnya di Zhengzhou. Kita menemukan fakta yang amat sangat mengejutkan," katanya. 

Menurutnya, umat Islam diberikan ruang untuk berekspresi. Integrasi antara nasionalisme atau kecintaan terhadap negara bertemu pada satu titik dengan ajaran-ajaran agama sehingga di antara keduanya tidak ada konflik dan tidak ada benturan. 

"Beragama dengan taat dan pada saat yang sama menjadikan seorang warga negara yang baik yang juga cinta pada negaranya. Kerukunan yang terbangun itu bukan sebatas tidak mengganggu, tidak mengusik orang lain, tapi yang terjalin yakni saling dukung, saling membesarkan dan saling memberi ruang untuk bertumbuhnya kehidupan yang damai buat semua warga masyarakat," pungkasnya.  

Rektor Universitas Al-Washliyah Medan Prof Dr Muhammad Jamil yang juga Ketua MUI Kota Binjai berpendapat sama.   

"Saya melihat Tiongkok merupakan daerah dengan kesejahteraan yang baik. Kerukunan antar umat beragama dapat terjadi karena pemerintah bisa memberikan kesejahteranan kepada rakyatnya. Dengan demikian, rakyat juga cinta kepada pemerintahnya," katanya.  

Kunjungan delegasi Sumut ke Tiongkok ini merupakan program yang diinisiasi oleh Konjen Republik Rakyat Tiongkok di Medan bersama Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) pusat dan INTI Medan. 

Ketua Eksekutif Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) dr Indra Wahidin berharap kedatangan delegasi Sumut mampu merubah informasi negatif selama ini. 

"Kunjungan ini untuk melihat perkembangan kehidupan masyarakat muslim yang teridiri dari Suku Hui, Suku Uighur dan lain-lain. Jumlah mereka sekita 30 juta dan tersebar di banyak provinsi di Tiongkok," papar Indra. 

Menurutnya, delegasi dapat melihat secara langsung kondisi riil masyarakat muslim di beberapa provinsi di Tiongkok. "Lebih banyak tempat yang kita lihat, sehingga laporannya akan lebih konkret daripada mendengar dari orang yang tidak bertanggungjawab," harapnya. 

Delegasi Sumut yang berkunjung ke Tiongkok diisi oleh kalangan akademisi. Ketua Delegasi yakni Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Prof Dr Nurhayati MAg dan Wakil Ketua Delegasi yang juga Ketua Eksekutif Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) dr Indra Wahidin. 

Ikut dalam rombongan yakni Rektor Universitas Al-Washliyah Medan Prof Dr Muhammad Jamil, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan Prof Dr Azhari Akmal Tarigan, Ketua Komisi Lingkungan Hidup, Sosial, Kesehatan Masyarakat & Bencana MUI Zulkarnaen Sitanggang, Pendiri Pesantren Baitul Mustaghfirin Al-Amir Prof Dr Amiruddin bin Muhammad Sareh, Wakil Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Dr Abrar M Dawud Faza, Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Dr Rudianto. 

Ikut pula dalam rombongan Sekretaris Universitas Pembangunan Panca Budi Abdul Razak Nasution,  
Sekretaris PW Ikatan Pelajar Al Washliyah Sumatera Utara Ahmad Irham Tajhi, Sekretaris Pesantren Baitul Mustaghfirin Al-Amir dr Yunita Wulandari Amiruddin, Dekan Fakultas Ekonomi UINSU Prof Dr Muhammad Syukri Albani, Dosen Universitas Pembangunan Panca Budi Wulan Dayu SE, Ketua INTI Sumatera Utara Janlie, serta tiga Ketua Kehormatan INTI Sumatera Utara yakni Darma Sakti Karnen, Surya Widjaja dan Kosnen Herman. Hadir pula Konsul pada Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Medan yakin Cheng Tong. (iin)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved