Berita Nasional

Tujuan Lain Soal Polemik Dugaan Ijazah Palsu, Eks Ketua MK: Keluarga Jokowi Jadi Musuh Masyarakat

Jimly menilai isu ini bukan murni soal hukum, melainkan upaya menjatuhkan lawan politik yang akan terus diorkestrasi hingga Pilpres 2029.

Tribun Network
DUGAN IJAZAH PALSU - Grafis Prof. Jimly Asshiddiqie dan polemik dugaan ijazah palsu Jokowi. Prof Jimly sebut isu ijazah palsu Jokowi bagian politik, keluarga Jokowi jadi musuh masyarakat, kasus ini akan berlanjut hingga 2029. 

TRIBUN-MEDAN.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof. Jimly Asshiddiqie, buka suara terkait polemik dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Jimly menilai isu ini bukan murni soal hukum, melainkan upaya menjatuhkan lawan politik yang akan terus diorkestrasi hingga Pilpres 2029.

Jimly menuturkan bahwa masalah ijazah biasanya menjadi celah karena administrasi ijazah yang kerap kali bermasalah.

Menurutnya, cara semacam itu menjadi hal paling mudah yang bisa dilakukan.

"Sehingga begitu mendengar ada isu (dugaan ijazah palsu Jokowi) ini, ya, ini cara menjatuhkan lawan politik," katanya.

Jimly menduga bahwa permasalahan ijazah Jokowi tak hanya berkaitan dengan pokok perkara.

Namun sudah melunasi seperti politik setelah terpilihnya Gibran Rakabuming Raka menjadi wakil presiden.

Bahkan, Jimly menganggap kasus ini sudah menempatkan keluarga Jokowi sebagai musuh masyarakat.

Namun, di saat yang bersamaan, Jokowi juga akan semakin banyak didukung terkait kasus yang menjeratnya tersebut.

Jimly menilai, kasus ijazah Jokowi yang berlarut-larut akan dibawa sampai 2029 silam.

"Jadi (kasus ijazah Jokowi) ini akan sampai 2029," tuturnya.

Bahkan Jimly menduga, meskipun nantinya sudah ada putusan pengadilan bahwa kasus ini asli, namun kasus tersebut tetap akan diorkestrasi.

"Apapun nanti keputusan dari proses peradilan, tidak memuaskan pihak yang dikalahkan," katanya.

Awal Mula Munculnya Isu Ijazah Jokowi Palsu

Usut punya usut, ternyata kasus ijazah Jokowi yang dituding palsu bermula dari candaan yang dilontarkan Presiden RI ke-7 itu sendiri.

Candaan Jokowi itulah yang menjadi celah bagi para "lawan politiknya" untuk mencari tahu mengenai ijazahnya.

Kini, kasus ijazah Jokowi terus bergulir, bahkan saat ini telah masuk dalam tahap persidangan.

Candaan yang dilontarkan Jokowi sendiri ketika Ia mengungkapkan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK).

Kala itu Jokowi menyebut dirinya bisa lulus dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan IPK di bawah 2,0.

Hal itu dilontarkan Jokowi dalam suatu acara yang juga dihadiri Mahfud MD, pada 2013 silam.

Pakar telematika Roy Suryo menganggap candaan Jokowi itu perlu diselidiki karena dirasa janggal karena mahasiswa dengan IPK 2,0 bisa lulus dari UGM.

"Yang memicu (kasus ijazah) sebenarnya Pak Jokowi sendiri ketika tahun 2013, dia bercanda dengan Prof. Mahfud MD tentang IP atau Indeks Prestasi."

"Singkat kata, waktu itu Pak Mahfud cerita IP-nya 3,8, Pak Jokowi cerita di bawah 2. Nah, publik lalu bertanya, kok IP di bawah 2 bisa lulus dari UGM, padahal lulusnya lima tahun," katanya dikutip dari YouTube Cumi-cumi, Minggu (18/5/2025).

Setelah pernyataan tersebut, Roy mengatakan beberapa pihak seperti pegiat media sosial Tifauzia Tyassuma atau dokter Tifa, lalu melakukan penelusuran tentang kelulusan Jokowi dari UGM tersebut.

Bahkan, hal tersebut sampai berujung gugatan hukum oleh seseorang bernama Bambang Tri Mulyono dan Sugi Nur Raharja pada tahun 2022 dan 2023.

Namun, mereka justru berujung dibui karena dianggap melakukan ujaran kebencian.

Roy Suryo mengatakan setelah gugatan tersebut, Dekan Fakultas Kehutanan UGM Sigit Sunarta merilis fotokopi ijazah Jokowi.

Hanya saja, hal tersebut justru semakin membuat publik bertanya-tanya tentang keabsahan ijazah dan lulusnya Jokowi dari UGM.

"Inilah yang malah memacu (penelusuran ijazah Jokowi). Ketika, kemudian orang baru melihat penampilan ijazah fotokopi itu kemudian banyak analisis soal itu dan hingga soal skripsi," katanya.

Puncaknya adalah ketika ahli forensik digital sekaligus mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, datang ke UGM dan meneliti skripsi Jokowi.

Dari penelitiannya itu, kata Roy, Rismon menemukan berbagai kejanggalan tentang skripsi Jokowi.

Bahkan, Rismon berani mengeklaim bahwa skripsi Jokowi palsu.

"Dia (Rismon) datang ke UGM lalu melakukan penelitian terhadap skripsinya (Jokowi) karena yang bisa dilihat skripsinya bukan ijazahnya."

"Dan dia mengatakan banyak kejanggalan di skripsinya dan dia mengatakan bahwa skripsinya palsu," tuturnya.

Seperti Rismon, Roy dan beberapa pihak lantas juga mendatangi UGM untuk melihat skripsi Jokowi.

Ternyata, temuan Roy serupa dengan Rismon, yaitu skripsi Jokowi memiliki banyak kejanggalan.

"Banyak sekali kesalahan di situ (skripsi Jokowi), termasuk nggak ada lembar pengujian, lembar pengesahan, tanda tangan dosen pembimbingnya juga diragukan."

"Bahkan, diragukan langsung oleh putrinya sendiri bahwa tanda tangan Profesor Achmad Soemitro yang ada di situ bukan tanda tangan almarhum ayahnya karena ejaannya juga salah," katanya.

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved