VIDEO
Cerita Driver Ojol soal Tarif Dipotong Aplikator: Pulang Tak Bawa Uang !
Setibanya di Kantor Gubernur Sumut, para perempuan paru bayah ini datang dengan menggunakan jaket dari aplikator yang sudah mulai usang.
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Satia
"Mereka (aplikator) yang membuat program kita yang membayar," jelasnya.
Dengan adanya potongan dari aplikator, terkadang kata Deli pihaknya tidak ada membawa uang ke rumahnya dari hasil driver ojol. Hal itu dikarenakan banyaknya potongan dari pihak aplikator.
"Sejak ada potongan itu, kami terkadang dapatlah misal Rp 100 ribu. Dari Rp 100 ribu itu, akan dipotong dari aplikasi 15 ribu. Kemudian minyak Rp 30 ribu. Top up Rp 20 ribu. Belum dipotong saat top up Rp 2,5 ribu. Sisanya makan dan uang jalan kita. Jadi kadang pulang itu kami gak bawa uang. Karena uangnya habis untuk itu," tutur warga Medan Kota ini.
Selain itu, dikeluhkan Deli, belum saat kendaraannya rusak dan lain-lain. Itu tidak ditanggung oleh pihak aplikator.
"Kita mau beli saldo itu berbayar dipotong Rp 2,5 ribu. Belum internet kita. Apa yang kita bawa pulang, enggak ada. Masak gak merugikan kami," keluhnya.
Jika tidaka ada potongan, seharusnya setidaknya kata deli ia bisa menyimpan Rp 15 ribu sehari.
"Simpanan itu, bukan untuk kami, tapi untuk biaya motor kami kalau rusak. Semua harus di bayar sekarang. Kalau bisa itu di hapus dan seperti sediakala," jelasnya
Menurutnya, meski ia janda dan tidak memiliki anak, dengan sistem dari aplikator yang melakukan banyak potongan, tidak akan cukup untuk menghidupi sendiri.
"Walaupun saya janda, dan tidak punya anak. Setidaknya dari hasil driver ini tidak bisa menghidupi diri saya sendiri. Apalagi mereka yang punya keluarga. Makanya saya turun ke jalan, setidaknya saya ikut menyumbangkan suaranya," ucapnya.
Hal senada juga dirasakan, Nurlisa (39). Ia mengaku terpaksa menjadi driver ojol demi menghidupi dua anaknya.
Dikatakan Nurlisa selama 7 tahun menjadi driver ojol, baru kali ini ada potongan Rp 15 ribu.
"Kalau bisa janganlah ada potongan Rp 15 ribu kami gak bisa apa-apa loh. Enggak ada orderan pun kami tetap harus bayar. Kemudian hapuskan aplikasi Slot. Karena ongkosnya cukup murah hanya Rp 6 ribu per orderan," ucapnya.
Menurutnya, potongan yang diberikan pihak aplikator cukup dahsyat.
"Dahsyat kali potongannya cukup ngeri lah. Pendapatan kami gak tentu. Dapat Rp 100, 80, 60 ribu pun kami itu dipotong. Jadi apalagi yang di bawa ke rumah. Belum lagi saat menjemput jaraknya jauh dengan harga ongkos Rp 8 ribu paling murah," ucapnya.
Untuk itu, ia berharap agar pemerintah dan pihak aplikator mau mendengar dan mengabulkan tuntutan dari pihaknya.
"Kita tunggulah dua minggu ini. Tadi katanya dua minggu batas waktunya. Mudah-mudahan tuntutan kami dikabulkan," jelasnya. (Cr5/tribun-medan.com)
Capt : Nurlisa dan Deliana, dua driver ojol Sumut yang ikut aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur Sumut, Selasa (20/5/2025). Mereka cerita sejak adanya potongan dari Aplikator, pihaknya pernah tak membawa uang sata pulang ke rumah. (Tribun Medan/Anisa)
| Anggota DPRD datangi RSUD Tanjungbalai, Klarifikasi Kasus Dugaan Pemukulan |
|
|---|
| Gawat! Ngaku Anak Kasat Narkoba Polrestabes Medan, Pria Palak Penjaga Kedai Aceh di Tembung |
|
|---|
| Mahasiswa Protes Penyegelan Rektorat Universitas Tjut Nyak Dhien oleh Ahli Waris |
|
|---|
| Ahli Waris Segel Rektorat Universitas Tjut Nyak Dhien, Klaim Tanah Milik Keluarga |
|
|---|
| Seorang Pendaki Gunung Sibayak Alami Hipotermia, Ranger: Cuaca Buruk! |
|
|---|