TRIBUN WIKI

Rangkaian Ibadah Waisak yang Umum Dilakukan Umat Budha di Indonesia

Rangkaian ibadah Waisak di Indonesia bisa saja berbeda-beda tiap daerah. Namun umumnya, umat Budha akan mengadakan pemandian rupang Budha.

Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
Pinterest/Kimberley Coole
STUPA BUDHA- Satu diantara stupa Budha yang ada di Candi Borobudur. Lokasi ini kerap menjadi pusat perayaan Waisak umat Budha. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Pada Senin 12 Mei 2025 mendatang, umat Budha di Indonesia akan merayakan Hari Raya Waisak 2569 BE.

Dalam pelaksanaan Hari Raya Waisak ini, ada rangkaian ibadah Waisak yang rutin dilaksanakan umat Budha setiap tahunnya.

Meski di tiap daerah urutannya sedikit berbeda, tapi umumnya semua kegiatan bertujuan untuk memanjatkan doa pada Budha.

Selain doa, mereka juga akan mengadakan ritual-ritual khusus di vihara, ataupun di candi, dan rumah mereka.

STUPA- Sebuah stupa Budha di Candi Borobudur yang erat kaitannya dengan nilai-nilai sejarah di Indonesia.
STUPA- Sebuah stupa Budha di Candi Borobudur yang erat kaitannya dengan nilai-nilai sejarah di Indonesia. (Pinterest)

Baca juga: 40 Ucapan Waisak 2025 Sarat Makna, Doa dan Penuh Semangat

Lalu, apa saja sih rangkaian ibadah Waisak yang umum dilakukan di Indonesia?

Nah, bagi sebahagian orang, mungkin belum tahu apa itu Waisak.

Sebelum kita bahas soal rangkaian ibadah Waisak, kami akan suguhkan terlebih dahulu sejarah Waisak.

Sejarah Waisak

Hari Raya Waisak adalah perayaan suci umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencapaian pencerahan sempurna (Nirwana), dan wafatnya (Parinibbāna). 

Ketiga peristiwa ini dikenal sebagai Hari Tri Suci Waisak.

Secara historis, Buddha Gautama lahir sekitar tahun 623 SM di Taman Lumbini (sekarang di perbatasan Nepal dan India).

Baca juga: Apa Tradisi Hari Raya Waisak? Simak Penjelasannya Berikut Ini

Dikutip dari Gramedia, pada usia 35 tahun, Budha kemudian mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, dan wafat pada usia 80 tahun di Kusinārā setelah mencapai Nirwana sempurna. 

Ajaran dan kehidupan beliau menjadi dasar agama Buddha yang mengajarkan pembebasan dari penderitaan melalui kebijaksanaan, moralitas, dan meditasi.

Perayaan Waisak sendiri telah berlangsung sejak zaman kuno.

Di Indonesia, tradisi perayaan Waisak diadakan di Candi Borobudur.

Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur telah tercatat sejak tahun 1929. 

Baca juga: Waisak Momentum Membersihkan Diri di Vihara Satya Buddha Visudhi Marga

Pada tahun 1950, Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists) secara resmi menetapkan Waisak sebagai hari raya kelahiran Buddha yang diperingati secara serentak di berbagai negara.

Makna Waisak sangat dalam, bukan hanya sebagai peringatan sejarah, tetapi sebagai momen refleksi spiritual bagi umat Buddha untuk meneladani sifat luhur Buddha seperti kasih sayang, kebijaksanaan, ketekunan, dan pengendalian diri. 

Umat Buddha melakukan berbagai ritual seperti puja, meditasi, pembersihan diri (Bathing the Buddha), pemberian dana kepada biksu (pindapata), dan pelepasan lampion sebagai simbol cahaya pencerahan yang mengusir kegelapan batin.

Waisak diperingati setiap tahun pada saat bulan purnama di bulan Waisak (sekitar Mei) berdasarkan kalender Buddhis, yang menandai waktu terjadinya ketiga peristiwa suci tersebut. 

Baca juga: Perayaan Waisak di Vihara Buddha Sikhi, Ketua MBI Sumut: Terus Jaga Keharmonisan dengan Umat Lain

Perayaan ini menjadi momen penting bagi umat Buddha di seluruh dunia untuk memperkuat iman, meningkatkan kebajikan, dan menyebarkan kedamaian serta kasih sayang.

Rangkaian ibadah Waisak umumnya meliputi beberapa tahapan dan kegiatan berikut:


  1. Umat mengambil air suci dari sumber mata air tertentu, seperti Umbul Jumprit di Temanggung, yang dianggap penuh berkah untuk memulai rangkaian perayaan.


  2. Ibadah utama berupa puja atau penghormatan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, biasanya dilakukan di vihara atau tempat suci seperti Candi Borobudur. Puja ini diiringi dengan pembacaan sutra dan doa-doa.


  3. Ritual memandikan patung Buddha dengan air suci sebagai simbol pembersihan diri dari dosa dan pikiran negatif, mengingatkan umat untuk menjaga kemurnian hati dan pikiran.


  4. Umat memberikan sumbangan berupa makanan, dana, atau kebutuhan lain kepada para biksu sebagai bentuk penghormatan dan dukungan, sekaligus melatih kedermawanan.


  5. Umat melakukan meditasi bersama untuk merenungkan ajaran Buddha, mencari kedamaian batin, dan meningkatkan spiritualitas. Meditasi sering dilakukan menjelang detik-detik puncak Waisak.


  6. Momen puncak perayaan yang biasanya terjadi pada saat bulan purnama, di mana umat bersama-sama melakukan doa dan meditasi khusus. Di Indonesia, detik-detik Waisak sering dipusatkan di Candi Borobudur dan diiringi ritual pradaksina.


  7. Ritual mengelilingi objek suci sebanyak tiga kali searah jarum jam sebagai penghormatan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Pradaksina juga dianggap sebagai cara menyucikan diri dan menutupi kesalahan.


  8. Umat menyalakan lilin berbentuk bunga lotus dan melepas lampion sebagai simbol cahaya pencerahan yang mengusir kegelapan dan membawa harapan.


  9. Selain ibadah, biasanya juga diadakan bazar, donor darah, pentas seni, dan kegiatan sosial sebagai wujud pengamalan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.


  10. Umat berkumpul untuk mendengarkan ceramah Dharma, berdoa bersama, dan memperkuat keyakinan serta semangat hidup penuh kasih dan kedamaian.

(ray/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved