Medan Terkini

Pilunya Cerita Orang Tua Siswa SMKN 10 Medan, Psikis Terganggu Gegara Tak Bisa Ikut SNBP

Rasa Cemas dan khawatir tersorot dari mata Oktavia Situmorang, satu diantara orangtua siswa kelas XII SMKN 10 Medan.

Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Abdan Syakuro

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Rasa Cemas dan khawatir tersorot dari mata Oktavia Situmorang, satu diantara orangtua siswa kelas XII SMKN 10 Medan yang tidak bisa daftar Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP).

Anaknya tak bisa daftar PTN melalui jalur SNBP gegara pihak guru dan operator sekolah memasukkan Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) pada saat injury time.

Rasa cemas dan khawatir itu semakin terlihat pada saat mediasi di ruang rapat SMKN 10 Medan.

Dalam mediasi itu, sejumlah perwakilan orang tua, Humas SMKN 10 Medan serta perwakilan dari Disdik Medan duduk bersama untuk menyampaikan permasalahan ini dengan kepala dingin.

Satu per satu orang tua yang ikut mediasi, menyampaikan tuntutan-tuntutan, jika memang anaknya tidak akan bisa ikut SNBP.

Hampir semua keluhan dan tuntutan sama yang disampaikan para orangtua.

Hanya saja, Okta lebih menceritakan psikis anaknya.

Kecemasan itu dirasakan Okta, lantaran anaknya sempat terucap ingin bunuh diri atas permasalahan tersebut.

"Anak saya semalam itu bilang, kenapa harus mamak yang maju. Karena kalau sudah begini, saya yang kena bully dari teman-teman dan guru," cerita Oktavia dihadapan para orang tua, Disdik dan pada guru saat mediasi.

Okta mengatakan, yang paling membuatnya sedih tak terbendung, pada saat anaknya ingin bunuh diri karena kejadian ini.

"Saya kagetnya ketika anak saya bilang. Kalau kek gini bunuh diri sajalah mak aku," ucapnya.

Menurut ibu dari lima anak ini, ia pun sempat memberikan pengertian terhadap anaknya, agar tidak stres dan ketakutan.

"Saya bilang, aksi unjuk rasa ini untuk memperjuangkan hak kita dan yang kita perjuangkan adalah kebenaran," ucapnya.

Ia berkali-kali meminta anaknya untuk mau berjuang kembali. Sebab, anaknya tersebut merupakan anak pertama.

"Chika (anak Okta) itu anak pertama dari lima saudara. Ayahnya kerjanya buruh. Makanya dengar anak saya bisa dapat daftar SNBP itu satu hal yang saya syukuri. Karena biaya pendaftaran pun cukup murah," ucapnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved