Berita Viral
Selain Supriyani Gegar Kisah Pilu Guru SD di Wonosobo Dituntut 70 Juta Gegara Melerai Siswi Dianiaya
Nasib pilu seorang guru SD di Wonosobo bernama Marsono gegara melerai siswi dianiaya. Pak Son, sapaan Marsono pun dipolisikan oleh wali murid.
Kini sejumlah warga dan netizen di media sosial memviralkan tagar justiceforpakson.
Tabiat siswa SD Anak Polisi
Mengenai kasus guru Supriyani Guru SDN 4 Baito, Kabupaten Konawe Selatan masih bergulir di pengadilan.
Supriyani masih menjalani sidang meski pada akhir mendapat penangguhan penhanan.
Tabiat siswa SD anak polisi sehari-harinya diungkap oleh Supriyani, guru yang dituduh menganiaya bocah kelas 1 SD tersebut pakai sapu ijuk.
Supriyani yang cuma guru honorer menjelaskan bagaimana keseharian korban di sekolah dan para pengajar yang tidak berani berbuat macam-macam apalagi memukul.
Para guru di SDN 4 Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara tempat Supriyani mengajar bahkan selalu hati-hati saat bicara dengan korban.
Korban diketahui berinisial D kelas 1 SD anak Kanit Intelkam Polsek Baito Ipda Wibowo Hasyim.
Peristiwa penganiayaan siswa yang dituduhkan kepada Supriyani sudah berlangsung sejak Rabu, 24 April 2024 lalu.
Kasus ini viral setelah kejaksaan melakukan penahanan terhadap Supriyani di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kendari, pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Setelah penahanan terhadap Supriyani ditangguhkan, guru SD tersebut bisa bebas untuk sementara dan menceritakan peristiwa yang dialaminya.
Ditemui di kediamannya Kecamatan Baito, Konawe Selatan, Supriyani menjelaskan kalau dirinya mengajar di kelas yang berbeda dengan korban.
Pada hari kejadian Supriyani juga sedang mengajar dan di kelas korban pun ada wali kelasnya.
Bahkan selama ini Supriyani mengaku belum pernah sekali pun berinteraksi dengan siswa tersebut.
"Nggak pernah, nggak pernah" kata Supriyani eksklusif kepada TribunnewsSultra.com, Senin (28/10/2024).
Lalu Supriyani menceritakan keseharian siswa anak polisi tersebut dimana para guru sudah mengetahui latar belakang siswa.
"Itu memang dari awal sebelum anak itu masuk SD guru-guru di situ sudah tahu semua" kata Supriyani.
Supriyani menyebut siswa D di kesehariannya dikenal aktif bahkan sudah pernah mendapat peringatan dari mantan gurunya di TK.
"Sudah ada pesan dari guru TK-nya dulu, awas kalau menerima anak itu hati-hati karena aktif" lanjutnya.
Supriyani memastikan para guru tidak berani macam-macam kepada siswa tersebut.
"Jadi guru-guru di SD sudah hati-hati sekali. Bicara saja hati-hati apalagi kalau sampai memukul begitu" lanjutnya.
Setelah kasus ini, guru Supriyani mengaku belum mengajar di sekolah, namun tidak ada rasa trauma untuk mengajar lagi.
"Belum. Tidak ada rasa trauma, saya akan tetap mengajar karena anak-anak saya di sekolah sudah menunggu" tegasnya.
"Kemarin juga sempat jalan-jalan di sana didampingi pengacara untuk datang di sekolah" imbuh Supriyani.
"Belum sempat ketemu karena anak-anak sudah pulang" ungkapnya.
Kini harapan Supriyani sederhana ingin segera terbebas dari tuduhan dan masalah agar bisa kembali mengajar.
"Harapannya ke depannya ya mudah-mudahan masalah ini cepat selesai, saya bisa terbebaskan tanpa hukuman apapun karena saya tidak bersalah" ujarnya.
Tidak lupa, Supriyani mengucapkan rasa terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang mendukungnya.
"Dan untuk teman-teman, terima kasih sudah membantu dan mendukung saya sampai saat ini" tuturnya.
"Saya ke depannya akan tetap menjadi guru yang rendah hati dan tetap semangat" pungkas Supriyani.
Terpisah, kuasa hukum Supriyani, Andri Darmawan memperlihatkan bukti luka pada siswa yang diduga jadi korban penganiayaan Supriyani.
Adapun bukti itu diperlihatkan Andri setelah sidang ketiga pada Selasa (29/10/2024) kemarin.
Dalam bukti tersebut, luka korban terlihat sejajar di bagian paha belakang.
Melihat bukti luka, Andri meragukan penyebabnya karena dipukul menggunakan sapu lidi oleh kliennya.
Pasalnya berdasarkan saksi anak, mereka tidak pernah mendengar korban menjerit atau kesakitan ketika dipukul.
“Padahal jika melihat dari penampakan lukanya, korban akan mengalami jeritan atau paling tidak akan berteriak. Bunyi sapu juga tidak terdengar sama sekali,” kata Andri melansir BangkaPos.com, Selasa.
Andri menyampaikan berdasarkan keterangan saksi anak, Supriyani memukul dari atas dengan gagang sapu.
Jika dari atas, maka gagang sapunya akan miring dan saat terkena bagian tubuh, maka bekas lukanya akan terlihat miring, bukan sejajar.
Sehingga, bukti luka yang ada, tidak sesuai dengan penjelasan para saksi anak.
Kemudian, terungkap fakta korban dipukul dalam posisi berdiri yang di depannya ada meja, dan di belakangnya ada kursi.
Kursi tersebut setinggi bahu korban jika sedang duduk, sehingga jika korban berdiri, maka kursi itu akan menutupi paha korban.
“Kalau kita lihat bekas luka, itu lukanya sejajar di paha, makanya itu yang aneh kalau kita lihat" papar Andri.
"Bagaimana caranya dia dipukul sejajar di paha, padahal di belakang ada penghalang sandaran kursi,” jelasnya.
(*/tribun-medan.com)
Sumber: tribunnews.com/TribunSumsel.com
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Marsono-Dilaporkan-Imbas-Cegah-Murid-Kelahi.jpg)