TRIBUN WIKI

Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro, Profesor Kelahiran Belanda Pengganti Nadiem Makarim

Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro merupakan profesor kelahiran Belanda. Ia ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi

Editor: Array A Argus
Youtube
Satryo Soemantri Brodjonegoro 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Presiden RI Prabowo Subianto menunjuk Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi di Kabinet Merah Putih.

Satryo Soemantri Brodjonegoro akan menggantikan posisi Nadiem Anwar Makarim dalam pemerintahan.

Sebab, di Kabinet Merah Putih, Nadiem Makarim tak dipakai lagi oleh Prabowo.

Baca juga: Profil Ana Sofa Yuking, Pengacara Kondang yang Sempat Maju Sebagai Caleg Golkar

"Saya akan melaksanakan yang telah digariskan oleh Pak Nadiem Makarim kemudian tidak ada perubahan," kata Prof. Satryo, dikutip dari Kompas.com.

Prof. Satryo mengatakan, sementara pihakanya tidak akan melakukan perubahan apapun dan tidak ada stagnasi program yang sebelumnya.

Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro

Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956.

Ia merupakan lulusan Ph.D di bidang teknik mesin University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS) pada 1985.

Setelah itu, Satryo Soemantri Brodjonegoro menjadi dosen Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: Sosok Kenatra Mahesa, Anak Kedua Bima Arya yang Dipanggil Warganet Oppa

Pada tahun 1992, Satryo dipilih sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB saat mengawali implementasi dari proses self evaluation pada jurusan tersebut.

Belakangan, proses ini diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Di bawah kepemimpinanya, pembaharuan pendidikan tinggi Indonesia mulai pada Desember 2000 saat institusi pendidikan tinggi yang besar diubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Di dunia pendidikan Indonesia, nama Satryo Soemantri Brodjonegoro adalah nama yang tidak asing lagi.

Selama pengabdiannya di dunia pendidikan Indonesia, Satryo telah menghadapi berbagai masalah dan rintangan dalam usahanya memajukan pendidikan di Indonesia.

Baca juga: Profil Mardani H Maming, Eks Bupati Tanah Bumbu yang Sempat Berseteru dengan Haji Isam

Sebagai Direktur Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Satryo Soemantri Brodjonegoro telah memberikan kontribusi yang cukub signifikan bagi pendidikan Indonesia.

Di masa kepemimpinannya, Satryo Soemantri Brodjonegoro mengalami banyak rintangan di dunia pendidikan.

Beberapa dilema di dunia pendidikan Indonesia terus menguji kegigihan Satryo dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia.

Salah satu ujian terberat yang dihadapi Satryo adalah tingkat kualitas lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja. Lulusan perguruan tinggi Indonesia dinilai kurang kompeten.

Hal ini diperburuk oleh kenyataan bahwa banyak putra-putri Indonesia yang bersekolah di luar negeri dan bahkan mengabdikan dirinya di luar negeri pula.

Baca juga: Profil Erintuah Damanik, Eks Humas Pengadilan Negeri Medan Terjaring OTT Kejagung Diduga Terima Suap

Keadaan ini membuat kualitas sumber daya manusia di mata internasional juga tidak begitu baik.

Banyak negara yang menilai Indonesia mempunyai kualitas tenaga kerja di bawah rata-rata.

Bahkan generasi muda Indonesia sendiri pun memandang negaranya sebelah mata.

Mereka lebih memilih bekerja untuk negara lain karena mereka menilai negara lain lebih menghargai kemampuan mereka dengan harga yang lebih tinggi.

Hal inilah yang coba diperbaiki oleh Satryo selaku Dirjen Dikti Indonesia.

Baca juga: Profil KH Imaduddin Utsman al-Bantani yang Berani Menolak Keras Nasab Baalwi

Di sisi lain dari dilema-dilema yang muncul dalam masa jabatannya sebagai Dirjen Dikti, Satryo tidak berhenti berkarya.

Ia bergabung dengan tim Japan International Cooperation Agency atau yang lebih dikenal dengan nama JICA, dalam perencanaan gedung fakultas teknik Universitas Hasanudin di Gowa.

Saat ini, beliau adalah Ketua AIPI Periode 2018-2023 dan juga Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa pada Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Penghargaan

  • Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB (Maret 2010)
  • Bintang tanda jasa The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon dari Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia (3 November 2016)

(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved