Sumut Terkini

Sejak Awal Oktober, BPBD Dairi Catat 22 Titik Terdampak Bencana Tanah Longsor Hingga Banjir

Menurut data yang diterima Tribun Medan, sebanyak 22 titik bencana alam itu dimulai pada tanggal 9 Oktober sampai dengan 13 Oktober 2024.

HO
Proses pembersihan jalan yang terkena bencana alam tanah longsor di Simpang PLTA Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. 

TRIBUN-MEDAN.COM, SIDIKALANG- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat sebanyak 22 titik bencana alam dan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Dairi, Minggu (20/10/2024).

Menurut data yang diterima Tribun Medan, sebanyak 22 titik bencana alam itu dimulai pada tanggal 9 Oktober sampai dengan 13 Oktober 2024.

Bencana alam yang paling sering terjadi adalah tanah longsor, pohon tumbang, hingga banjir. Salah satunya jalan amblas yang menghubungkan 2 Kabupaten yakni Dairi - Humbang Hasundutan tepatnya di Jalan Lintas Sidikalang - Dolok Sanggul Kecamatan Parbuluan.

Kepala BPBD Kabupaten Dairi, Hotmaida Uli Butar - Butar mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi bencana alam tersebut dengan mengerahkan alat berat.

"Ya semuanya telah ditangani dengan menggunakan alat berat backholoader, " ujarnya.

Adapun lokasi yang paling banyak terkena bencana alam tanah longsor yakni berada di Desa Pardomuan, dan Desa Lae Markelang Kecamatan Siempat Nempu Hilir Kabupaten Dairi. Dilokasi ini, BPBD mencatat ada 4 titik lokasi terjadi bencana tanah longsor.

Sementara itu, bencana banjir paling parah turut terjadi di Desa Lau Timah Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. BPBD pun mencatat, sebanyak 30 KK terkena dampak banjir beserta 1 rumah ibadah dan 1 puskesmas.

Sementara itu, menurut salah seorang warga Desa Lau Timah, Dahlianna Tarigan mengatakan saat ini kondisi di desa tersebut sudah aman.

"Ada 4 rumah yang mengalami kerusakan, namun hanya 2 rumah saja yang mengalami kerusakan berat. Sehingga pemilik rumah memutuskan untuk mengungsi ke rumah saudaranya, " katanya.

Saat ini sudah ada beberapa bantuan yang diberikan kepada warga di Desa Lau Timah, baik dari pemerintah kabupaten, kecamatan, hingga desa.

"Bahkan ada partisipasi juga dari anak desa luar, " jelasnya.

Saat ini warga sekitar membutuhkan beberapa alat masak, karena sebagian milik warga hanyut saat terbawa air banjir.

"Paling hanya peralatan rumah tangga, karena barang - barangnya di bawa arus air, " tutupnya.

(Cr7/tribun-medan.com)  

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved