Berita Nasional

Kontroversi Wasit Ahmed Al Kaf, Apa Tindakan FIFA Bahrain vs Indonesia? Pengamat: Mungkin Akan Ada

Seperti diketahui, PSSI akan mengajukan protes kepada Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Facebook
Tindakan FIFA terhadap Indonesia vs Bahrain dan Wasit Ahmed Al Kaf Apa? Pengamat : Mungkin Akan Ada - Meme keputusan wasit Ahmed Al Kaf yang banyak beredar di media sosial. 

TRIBUN-MEDAN.com - Tindakan FIFA diprediksi tidak akan sampai mengulang pertandingan Indonesia vs Bahrain.

Namun mungkin akan ada tindakan terhadap wasit Ahmed Al Kaf.

Pendapat tersebut disampaikan oleh pengamat sepak bola gita Suwondo.

Apa dasar dan pertimbangannya?

Seperti diketahui, PSSI akan mengajukan protes kepada Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Surat protes tersebut dilayangkan atas kepemimpinan Ahmed Abu Bakar Al Kaf, wasit pertandingan Indonesia vs Bahrain pada Kamis (10/10/2024) malam di Bahrain National Stadium, Riffa.

Salah satu kontroversinya, wasit asal Oman itu tidak menghentikan pertandingan meski masa injury time telah selesai.

"Ya, kita kirim surat protes," kata Exco PSSI Arya Sinulingga dikutip Kompas.com

Kata Pengamat soal Tindakan FIFA

Ahmed Al Kaf, wasit kontroversial yang memimpin laha Indonesia vs Bahrain
Ahmed Al Kaf, wasit kontroversial yang memimpin laha Indonesia vs Bahrain (AFC)

Pengamat sepak bola Gita Suwondo menegaskan, surat protes yang disampaikan PSSI kepada FIFA maupun AFC tidak akan mengubah hasil pertandingan Bahrain vs Indonesia.

"Tidak akan mengubah hasil laga aduan apa pun. Kan golnya sah dan tidak offside," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/10/2024).

Gol kedua Bahrain juga tidak bisa dianulir meski diraih pada menit ke-90+9, melebihi injury time 6 menit yang diberikan oleh wasit.

Terlebih, pada pertandingan semalam, wasit tidak kunjung meniup peluit panjang tanda pertandingan telah berakhir.

Menurut Gita, wasit sebagai pemimpin pertandingan memiliki hak untuk menambah masa injury time sesuai penilaiannya.

"Kalaupun dianggap ada ketidakwajaran ya akan ada tindakan mungkin dari AFC kepada wasit. Tapi tidak terhadap hasil pertandingan," kata dia.

Gita menjelaskan, situasi pertandingan Indonesia melawan Bahrain berbeda dengan laga Afrika Selatan (Afsel) vs Senegal dalam Kualifikasi Piala Dunia 2018.

Diberitakan Antara, Kamis (7/9/2017), FIFA memerintahkan laga Afsel melawan Senegal digelar ulang menyusul wasit yang dihukum atas perkara pengaturan pertandingan.

Laga pada November 2016 itu dimenangi oleh Afrika Selatan dengan skor 2-1 setelah wasit asal Ghana Joseph Lamptey memberikan penalti sebagai hukuman handball oleh pemain Senegal.

Hasil investigasi FIFA, bola tidak pernah mengenai lengan, melainkan hanya terkena lutut pemain sebelum jatuh ke tanah.

Namun, menurut Gita, pertandingan dua negara Afrika tersebut merupakan laga untuk menentukan lolos atau tidaknya ke Piala Dunia 2018.

Sementara, laga antara Bahrain dan Indonesia pada 10 Oktober 2024 malam bukan termasuk laga penentu kelolosan.

"Sekarang pertanyaannya, mau tidak kita ulang tanding? Bisa kalah, menang, atau seri loh nanti hasilnya," ujar Gita.

Menilik laga semalam, Gita berujar, Timnas Indonesia yang secara kualitas seharusnya lebih baik justru kalah tarung di lapangan tengah, terutama pada babak pertama.

Timnas Garuda hanya memiliki dua peluang yang menjadi dua shot on target serta dua gol, sedangkan Bahrain memiliki delapan peluang yang menjadi dua gol.

"Balik lagi Maarten Paes dengan empat saves-nya bikin kita dapat poin," terang Gita.

Gita menyampaikan, ke depan Timnas Indonesia harus mampu memanfaatkan posisi China yang belum mendapatkan poin.

Pertandingan melawan China pada 15 Oktober mendatang dapat menjadi ajang bagi Garuda untuk meraih tiga poin.

Aturan FIFA soal Perpanjangan Waktu

Sementara itu,  analis sepak bola, Anton Sanjoyo menyatakan keputusan wasit Ahmed Al Kaf terkait perpanjangan waktu Timnas Indonesia vs Bahrain masih sesuai aturan FIFA.

Menurut dia, keputusan wasit Ahmed Al Kaf masih dalam ambang batas wajar.

"Indonesia boleh saja melayangkan surat protes tapi harus diingat bahwa ini masih sesuai rule of the games dari FIFA jadi menurut saya kalau Indonesia protes kemungkinan juga akan ditolak," ujar Anton seperti dikutip dari Kompas TV yang tayang pada Jumat (11/10/2024).

Anton melihat bahwa keputusan wasit lapangan yang memutuskan membiarkan masa perpanjangan waktu babak kedua melebihi durasi yang ditentukan oleh inspektur lapangan masih dalam koridor aturan. 

Diketahui, durasi perpanjangan waktu babak kedua pertandingan itu telah lebih tiga menit dari masa enam menit yang ditentukan. 

Dalam hal ini, wasit utama boleh menambahkan sesuai dengan feeling-nya. 

"Jadi, kalau dia bilang, dia pikir feeling-nya ada delay waktu, ada delay-delay terkait hal teknis, dia boleh menambahkan. Yang tidak boleh mengurangi. Kalau misalnya dianjurkan 6 menit jadi 4 menit itu tidak boleh," katanya. 

Penambahan waktu sampai tiga menit dari masa enam menit di laga semalam menurut Anton masih dalam tahap wajar. 

"Memang sangat menyakitkan bagi Indonesia tapi itu sesuai dengan Pasal 7 ayat 3 untuk waktu yang terbuang. Jadi, menurut saya suporter indonesia boleh jengkel, marah, kesel lah, tapi memang itu sesuai aturan," pungkasnya.

Anton mengakui tambahan waktu 6 bahkan berlangsung hingga 9 menit itu memang kontroversial.

Pasalnya, tak ada kejadian mencolok di lapangan yang menyebabkan waktu banyak terbuang dalam waktu normal.

"Ini memang subjektivitas wasit yang mengarah pada ketidakadilan. Ini barangkali akan jadi fokus PSSI soal ketidakadilan. Tapi kan akan dibalikkan sesuai rules. Bahkan kalau bicara VAR, wasit itu bisa menolak VAR," ujar Anton.

Lalu bagaimana sih aturan FIFA terkait perpanjangan waktu?

Aturan FIFA terkait perpanjangan waktu tercantum dalam Laws Of The Game musim 2024/2025 yang telah dirilis International Football Association Board (IFAB).

Tepatnya pada bagian The Duration of The Match (durasi pertandingan) halaman 83 nomor 7 poin 3 soal kelonggaran waktu yang sebelumnya terbuang.

Dalam poin itu dijelaskan bahwa wasit berhak memberikan toleransi pada setiap babak untuk semua waktu yang hilang pada babak tersebut akibat:

  • Substitusi/pergantian pemain
  • Penilaian dan/atau pemindahan pemain yang cedera
  • Membuang-buang waktu
  • Sanksi disiplin
  • Penghentian medis yang diizinkan oleh peraturan kompetisi, misalnya istirahat ‘minum’ (yang tidak boleh lebih dari satu menit) dan istirahat ‘pendinginan’ (sembilan puluh detik hingga tiga menit)
  • Penundaan yang berkaitan dengan ‘pemeriksaan’ dan ‘peninjauan’ VAR
  • Perayaan gol

Berhubung dalam babak kedua laga tersebut diwarnai sejumlah insiden termasuk pengecekan VAR, pergantian pemain, hingga cedera membuat wasit dinyatakan berhak menambah waktu injury time.

“Wasit keempat menunjukkan waktu tambahan minimum yang diputuskan oleh wasit pada akhir menit terakhir setiap babak,” tulis aturan FIFA bagian durasi pertandingan halaman 83 nomor 7 poin 3.

“Waktu tambahan dapat ditambah oleh wasit tetapi tidak dapat dikurangi. Wasit tidak boleh mengkompensasi kesalahan pencatatan waktu pada babak pertama dengan mengubah durasi babak kedua,” tambahnya.

Kontroversi Wasit Ahmad Al Kaf

Lalu, apa saja kontroversi yang dibuat wasit Ahmed Al Kaf dalam laga Indonesia vs Bahrain pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia?

1. Mudah beri kartu ke Indonesia

Wasit Ahmed Al Kaf dikenal mudah memberikan kartu pelanggaran dalam pertandingan yang dipimpinnya. Hal itu juga terlihat dalam laga Indonesia vs Bahrain.

Namun, dia tampak lebih banyak memberikan pelanggaran bagi Indonesia daripada Bahrain.

Padahal, kontak fisik yang terjadi antarpemain cenderung minim.

Dalam laga ini, Indonesia tercatat membuat 27 pelanggaran.

Dua pelanggaran berbuah kartu kuning untuk Marselino Ferdinan dan Ragnar Oratmangoen. Pasukan Garuda juga membuat dua offside.

Sebaliknya, Bahrain hanya memiliki sepuluh pelanggaran.

Satu pelanggaran berbuah kartu kuning untuk Amine Benaddi.

Padahal, ada momen-momen ketika Bahrain melanggar pemain Indonesia dengan keras tapi tidak dinyatakan sebagai pelanggaran.

Tak hanya pemain yang mendapat kartu, Al Kaf bahkan memberikan kartu merah kepada manajer Timnas Indonesia, Sumardji saat memprotes pertandingan yang belum berakhir meski injury time selesai.

2. Tidak beri tendangan bebas

Selanjutnya, Al Kaf juga disorot karena tidak memberikan tendangan bebas kepada timnas Indonesia pada babak kedua.

Padahal saat itu, Rafael Struick dilanggar pemain belakang Bahrain tepat di depan kotak penalti.

Wasit Al Kaf hanya memberikan drop ball kepada timnas Indonesia.

Wasit beralasan, tendangan bebas tidak diperlukan karena bola mengenai Rafael saat dilanggar pemain lawan. Indonesia pun kehilangan peluang membuat gol.

3. Tambah waktu melebihi injury time

Saat pertandingan mencapai menit ke-90, wasit memberikan tambahan waktu atau injury time selama enam menit. Itu berarti laga seharusnya usai pada menit ke-90+6.

Namun, wasit tidak menghentikan laga tersebut meski waktu tambahan habis. Akibatnya, Bahrain  membuat gol pada menit 90+9 atau tiga menit lebih lama dari waktu pertandingan seharusnya berakhir.

Selama babak tambahan waktu, tidak ada kejadian khusus yang membuat injury time dapat bertambah lebih dari waktu yang sudah ditetapkan.

Situasi ini memicu protes. Sebab, tim Merah Putih nyaris menang 2-1 atas Bahrain sebelum disamakan kedudukannya menjadi 2-2.

4. Tidak cek VAR untuk Bahrain

Selain waktu yang bermasalah, gol penyama kedudukan pada menit ke-90+9 itu juga menimbulkan kontroversi.

Sebab, gol itu dinyatakan sah meski wasit tidak mengecek VAR. Al Kaf seharusnya memastikan gol terakhir yang dibuat Mohamed Marhoon sah atau tidak melalui VAR.

Pengecekan diperlukan karena penyerang nomor 9 Bahrain, Husein Abdulkarim tampak mengalami offside sebelum Mohamed Marhoon menerima bola.

Pertandingan tersebut membuat Indonesia menempati peringkat kelima klasemen Grup C dengan torehan tiga poin dari tiga kali bermain imbang lawan Arab Saudi (1-1), Australia (0-0), dan Bahrain (1-1).

Sanksi FIFA untuk Bahrain Sebelum Laga vs Indonesia

Faktanya, ternyata FIFA telah menjatuhkan sanksi kepada Federasi Sepak Bola Bahrain (BFA), Rabu (9/10/2024).

Sanksi tersebut turun tepat sehari menjelang pertandingan Bahrain vs Indonesia di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Kamis (10/10/2024) malam.

Mengutip kompas.com, pengelola dan operator Timnas berjuluk Dilmun's Warriors itu dihukum karena suporter sepak bola setempat menyalakan laser yang menyoroti beberapa pemain Jepang, dalam matchday kedua Grup C yang berlangsung di Bahrain National Stadium, Riffa, (10/9/2024) lalu.

Tak hanya itu, pendukung tuan rumah juga meniup peluit yang sangat mengganggu jalannya pertandingan antara Bahrain vs Jepang.

Namun, meski mendapatkan gangguan dari suporter tuan rumah, Timnas Jepang berhasil menang telak atas Bahrain dengan skor 5-0.

Dikutip dari Alwatan News, Rabu (9/10/2024), FIFA memutuskan untuk menjatuhkan sanksi denda kepada Federasi Sepak Bola Bahrain senilai 5.000 Swiss Franc atau sekitar Rp 91 juta.

Selain itu, FIFA juga memutuskan untuk mendenda Federasi Sepak Bola Bahrain dalam jumlah yang sama karena meniup peluit saat lagu kebangsaan Jepang dinyanyikan sebelum dimulainya pertandingan.

Sehingga, total denda yang dijatuhkan FIFA kepada BFA sebesar 1.000 Swiss Franc atau sekitar Rp 182 juta.

Hukuman itu bisa kembali didapat BFA apabila suporter Bahrain melakukan aksi yang sama ketika melawan Timnas Indonesia di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram Twitter dan WA Channel

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved