TRIBUN WIKI

Apa Itu Chattra yang Kini Jadi Polemik di Borobudur

Chattra merupakan bagian dari stupa yang berbentuk payung bersusun tiga. Letak chattra berada paling atas.

Editor: Array A Argus
DOK. KEMENPAREKRAF
Ilustrasi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Akhir-akhir ini ramai pembahasan tentang chattra Borobudur.

Karena chattra Borobudur ini pula, muncul taging Pray for Borobudur.

Rencana pemasangan chattra ini menuai pro dan kontra.

Bahkan, sejumlah akademisi menolak pemasangan chattra di puncak candi Borobodur tersebut.

Lantas, apa sih chattra ini?

Baca juga: Apa Itu Susu Ikan yang Ramai Dikaitkan dengan Program Makan Siang Gratis Prabowo Subianto

Penjelasan Tentang Chattra

Dikutip dari laman museumnasioal.id, chattra merupakan bagian dari stupa yang berbentuk payung bersusun tiga.

Letak chattra berada paling atas.

Secara umum, stupa tersusun dari alas membulat yang ditinggikan dan diletakkan di bawah kubah, lalu pada bagian atas kubah terdapat harmika atau tanah berpagar juga as roda atau batang untuk menopang chattra. 

Chattra menyimbolkan perlindungan bumi dari kekuatan jahat.

itu, chattra juga bermakna sebagai objek persembahan surgawi dan juga penanda anggota keluarga kerajaan.

Baca juga: Apa Itu Tren TikTok Chroming Challenge? Orang Tua Wajib Tahu, Sudah Banyak Makan Korban

Jumlah chattra di atas stupa pada masa India kuna adalah tiga belas.

Jumlah ini merupakan lambang penghormatan bagi Raja Penguasa Dunia atau kerajaan yang memiliki daerah kekuasaan yang luas, serta simbol tertinggi dari suatu kerajaan.

Meskipun demikian, berdasarkan dari maksud dan tujuan didirikannya stupa, budaya lokal, keterampilan dari perajin lokal serta keyakinan masyarakat setempat dapat menyebabkan beragamnya bentuk bagian-bagian stupa (alas, kubah, harmika, dan payung).

Oleh karena itu, bentuk dan gaya arsitektur stupa dapat berbeda-beda, baik antar daerah maupun antar negara.

Relief yang menggambarkan chattra dapat Sobat Museum kunjungi di selasar utara Gedung A Museum Nasional Indonesia.

Baca juga: Apa Itu Fufufafa yang Trending di X, Kenapa Dikaitkan dengan Gibran dan Prabowo Subianto

Tagar Pray for Borobudur

Dikutip dari Kompas.com, Presiden RI Joko Widodo rencananya akan meresmikan chattra Borobudur pada 18 September 2024.

Namun, rencana pemasangan chattra itu mendapat penentangan.

Timbul pro kontra di masyarakat.

Sehingga, muncul tagar Pray for Borobudur .

Kampanye Pray for Borobudur bermunculan setidaknya di platform X dan Instagram setelah sejumlah media massa mengumumkan Chattra segera diresmikan.

Baca juga: Kenali Apa Itu Angin Duduk, Gejala dan Cara Mengobatinya

Warganet, tak terkecuali kalangan akademisi, menolak rencana pemasangan Chattra pada stupa induk Candi Borobudur.

Tagar tersebut juga dilengkapi dengan ilustrasi pita hitam yang membalut stupa Candi Borobudur.

Arkeolog di Museum Cagar dan Budaya Unit Warisan Borobudur atau MCB (dulu Balai Konservasi Borobudur) Hari Setyawan menilai tagar, di media sosial itu buah interpretasi warga atas polemik Chattra.

Hanya, Hari memastikan, pihaknya bekerja sesuai dengan tugasnya yaitu pelestarian Candi Borobudur meliputi variabel perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.

Dia lantas menyinggung kajian tim arkeolog Balai Konservasi Borobudur pada 2018 yang tidak merekomendasikan Chattra dipasang di stupa induk.

Baca juga: Apa Itu Mpox, Asal Usul, Gejala, Serta Cara Penularannya pada Manusia

“Ada masalah besar pada struktur Chattra yaitu (terkait) keaslian bentuk, material, tata letak, teknik pengerjaan,” ungkapnya saat ditemui, Selasa (10/9/2024).

Chattra yang ada saat ini merupakan hasil rekonstruksi insinyur Belanda, Theodoor van Erp pada 1907-1911.

Chattra ini tersusun dari 50 buah batu.

Tim arkeolog menyebut, 42 persen dari penyusun Chattra merupakan batu asli penyusun struktur bangunan keagamaan pada abad 9-10 M.

Dengan kata lain, bukan batu asli Candi Borobudur. Sisanya merupakan batu sisa buatan van Erp dan batu baru.

“Van Erp memanipulasi balok batu yang ada pada struktur dinding, pagar langkan, kemuncak, selasar, dan sebagainya. Dia pahat sesuai dengan gambaran dia yang disamakan dengan panel relief di Candi Borobudur,” papar Hari.

Baca juga: Apa Itu DuckDuckGo dan Kenapa Diblokir Pemerintah Indonesia

Faktanya, lanjut dia, hanya sembilan relief yang memuat Chattra. Sedangkan, 43 relief lain tidak menampilkan stupa dengan Chattra.

Terlebih, dia sebut, stupa ber-Chattra, antara lain, untuk stupa perabuan, relik, dan persembahan. Bukan bagi Candi Borobudur sebagai stupa Dharmakaya (tubuh Buddha).

Van Erp memang sempat memasang Chattra, tetapi hanya beberapa pekan kemudian dicopot kembali lantaran mengetahui kesalahannya.

“Stupa tidak harus ber-Chattra. Anda dibohongi kalau stupa harus pakai Chattra,” ucap Hari.

Kajian BRIN

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Kementerian Agama saat ini masih menggodok kajian pemasangan Chattra pada stupa induk Candi Borobudur.

Padahal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tidak merekomendasikan hal tersebut sejak 2018.

Pada masa itu Chattra juga menjadi polemik.

Saat ini Chattra hasil rekonstruksi van Erp disimpan di MCB.

Sub-koordinator MCB Wiwit Kasiyati mengungkapkan BRIN telah melakukan kajian teknis dan rancang bangun rinci (DED) pada 1-8 September 2024.

“Hasil (kajian) BRIN sementara rekomendasinya tidak dipasang karena struktur (stupa induk) sangat lemah sehingga berbahaya jika dipasang,” cetusnya, Selasa (10/9/2024).

Wiwit menyebut, berat Chattra mencapai 1,4 ton.

Direktur Kebijakan Pembangunan Manusia, Kependudukan, dan Kebudayaan BRIN Anugerah Widiyanto tidak membantah ataupun membenarkan hasil rekomendasi tersebut.

Widi, sapaannya, menyatakan struktur stupa induk cukup kuat.

Hanya saja, BRIN mempertimbangkan aspek keselamatan bangunan dalam rencana pemasangan Chattra.

Dari kajian timnya, BRIN merumuskan tiga opsi kebijakan perihal Chattra. Widi enggan membeberkannya.

“Saya belum berani menyampaikan. Kami harus menyampaikan ke Kemenag dulu,” kata dia dalam keterangannya, Selasa.

Sementara itu, Direktur Jenderal Bimas Buddha Supriyadi tidak berkomentar banyak terkait rencana pemasangan Chattra.

“Ya, sabar saja menunggu tindak lanjutnya,” ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved