Kesehatan

Mengenali Apa Itu Polio dan Bagaimana Cara Penularan dan Pencegahannya

Polio adalah penyakit yang umum menyerang anak kecil. Penyebabnya karena virus yang menyerang sistem saraf hingga memicu kelumpuhan

Editor: Array A Argus
Tribun Medan/Dok
Petugas Puskesmas memberikan vaksin Polio ke seorang balita pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN), di Toko Alfamart Industri Raya, Tanjungmorawa, Selasa (8/3/2016). 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Penyakit polio merupakan satu gangguan kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak.

Dilansir dari kemkes.go,id, virus penyebab penyakit ini banyak terdapat di lingkungan yang memiliki sistem sanitasi buruk.

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.

Baca juga: Awas! Jangan Keseringan Mengonsumsi Suplemen, Ini Bahaya yang Mengintai

Saat ini, dunia sedang menuju eradikasi polio, ATAU menghilangkan polio dari seluruh negara.

Sehingga setiap kasus polio yang terjadi dinotifikasi ke WHO dan dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), untuk segera memutus rantai penularan.

Indonesia sudah mendapatkan sertifikat eridkasi polio pada tahun 2014.

Penularan Polio

Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut, bersumber dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan kotoran/tinja dari orang yang terinfeksi virus polio.

Virus akan berkembangbiak di dalam saluran pencernaan.

Biasanya, virus polio akan menyerang bagian tenggorokan serta bagian usus.

Baca juga: Bahaya Kecubung, Selain Bikin Gila, Bisa Picu Kematian, tapi Juga Punya Manfaat

Tak hanya melalui kotoran, virus polio juga dapat menyebar lewat tetesan cairan yang keluar dari penderita ketika sedang batuk ataupun bersin.

Dalam beberapa kasus, virus penyebab munculnya penyakit polio bisa menyebar ke bagian aliran darah dan menyerang bagian sistem saraf manusia.

Gejala Polio

Umumnya, diagnosis awal dari penyakit polio bisa dilakukan dengan melihat gejala awal yang dialami pasien.

Adapun gejala polio antara lain adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher, dan nyeri di tungkai.

Gejala ini biasanya muncul sekitar 7-10 hari setelah terinfeksi. Namun, dapat terjadi juga dalam rentang waktu 4-35 hari.

Baca juga: Waspada lah, Ini Bahaya Kecanduan Film Porno, Ini Penjelasan Medisnya

Jika gejala memberat, dapat terjadi kelumpuhan yang bersifat lemas (bukan kaku) pada anggota gerak.

Oleh sebab itu, jika ada anak yang berusia di bawah 15 tahun dan mengalami lumpuh layu mendadak, segeralah bawa anak tersebut ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Pencegahan Polio

Tidak ada obat untuk polio. Namun, polio jelas dapat dicegah.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan imunisasi polio tetes atau Oral Polio Vaccine (OPV) dan polio suntik atau Inactivated Polio Vaccine (IPV), serta sanitasi lingkungan yang baik.

Imunisasi adalah hal anak sehingga orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi bersama-sama.

OPV menggunakan virus polio yang sudah dilemahkan dan diberikan dengan cara diteteskan ke mulut.

Baca juga: 6 Manfaat Khitan Bagi Laki-laki yang Belum Banyak Diketahui

Sementara itu, IPV menggunakan virus polio yang dinonaktifkan dan diberikan melalui suntikan di lengan atas atau paha.

Vaksin polio perlu diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi baru lahir dan ketika bayi berusia 2,3, serta 4 bukan.

Jenis imunisasi polio pertama yang dianjurkan bagi bayi baru lahir adalah OPV.

Untuk imunisasi berikutnya, boleh diberikan OPV kembali atau berbeda dengan bentuk IPV.

Hanya saja, setiap anak disarankan untuk memperoleh setidaknya 2 dosis IPV sebelum usia 1 tahun.

Bayi berusia 18 bulan juga disarankan untuk mendapatkan imunisasi polio booster dengan tujuan untuk memperkuat dan menjaga kekebalan tubuh terhadap virus polio yang mungkin menurun.

Baca juga: Manfaat Torpedo Kambing, Benarkah Mampu Meningkatkan Libido, Simak Penjelasan Dokter

Bila terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) polio, harus dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI) yaitu pemberian imunisasi polio massal kepada seluruh sasaran kelompok rentan dalam rangka menanggulangi KLB. Untuk memutus rantai penuluran, harus dipastikan cakupan ORI tinggi (minimal 95 persen) dan merata di seluruh wilayah.

Ori dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 putaran.

Efek Samping Setelah Imunisasi Polio

Setelah mendapat imunisasi polio, ada beberapa efek samping yang akan dirasakan anak baik imunisasi IPV maupun OPV.

Setelah IPV, akan timbul kemerahan di area suntikan.

Selain itu, anak juga bisa mengalami demam ringan.

Orang tua dapat mengatasi demam ini dengan memberikan paracetamol sesuai anjuran dokter.

Meski jarang terjadi, OPV dapat menyebabkan diare pada anak.

Agar lebih aman dan tidak menyebabkan efek samping yang berbahaya, sebaiknya orang tua berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter sebelum melakukan imunisasi.

Jika anak sedang sakit berat, misalnya muntah atau diare berulang dan tampak tidak aktif sama sekali, tundalah imunisasi hingga anak benar-benar sembuh dan kembali aktif.

Jika anak hanya sakit ringan, seperti batuk pilek dan demam ringan, apalagi jika masih bisa makan dan minum, vaksinasi tetap boleh dilakukan.(mag4/tribun-medan.com)

Ditulis oleh mahasiswi magang FISIP USU Elsa Sipayung

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved