Berita Viral

PDIP Gencar Serang Jokowi dan Keluarga, Prabowo Justru Minta Megawati Jangan Diserang: Jaga Beliau

Meskipun PDIP kini gencar serang Jokowi dan keluarganya usai gagal memenangkan Ganjar-Mahfud MD, namun Prabowo meminta kepada partai pendukungnya agar

Editor: Liska Rahayu
Tribunnews.com/Irwan Rismawan
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) usai mengadakan pertemuan tertutup di kediaman Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019). Bukan hal yang tak mungkin pertemuan antara Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PDIP Megawati terjadi. 

Usai pengumuman hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Hasto Kristiyanto kerap melontarkan kritik kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kritik ini muncul usai Jokowi yang masih menjadi kader PDI-P justru mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Kemenangan telak Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024 pun diyakini tak lepas dari campur tangan Jokowi. Sederet kritik itu pun juga disampaikan dalam acara diskusi bertajuk "Sing Waras Sing Menang" pada Sabtu (30/3/2024).

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran bukan karena Jokowi Effect tetapi Bansos Effect.  (HO)

1. Khilaf Usung Gibran

Dalam acara itu, Hasto menyebutkan bahwa PDI-P merasa khilaf karena pernah mencalonkan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota Solo pada Pilkada 2020.

Menurutnya, alasan PDI-P kala itu mengusung Gibran adalah kemajuan Indonesia sejak dipimpin Jokowi.

"Kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran karena di sisi lain memang kami mengakui terhadap kemajuan yang dilakukan Pak Jokowi," ungkap Hasto, dikutip dari Kompas.com, Minggu (31/3/2024).

Ia juga mengungkit Putusan MK Nomor 90 Tahun 2023 yang mengubah syarat pencalonan presiden dan wakil presiden.

Setelah putusan itu, Gibran akhirnya bisa mencalonkan diri sebagai Cawapres mendampingi Prabowo Subianto.

Padahal, Hasto menilai putra sulung Jokowi itu belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin Indonesia dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, dan geopolitik.

"Kemudian di tengah-tengah itu muncul seorang anak presiden yang belum mencukupi batas usia, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi," ungkap Hasto.

Ia menjelaskan, seorang pemimpin seharusnya mempunyai “kedewasaan” dalam menghadapi kompleksnya permasalahan suatu negara.

Sebab, ketidakdewasaan dapat menyebabkan hal yang tak diinginkan, seperti kasus kecelakaan Gerbang Tol Halim Perdanakusuma yang terjadi karena sopir belum memenuhi syarat usia mengemudi dan tidak memiliki SIM.

2. Sindir kebiasaan Jokowi angkat orang dekatnya di Solo

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved