Ramadan

Tata Cara Shalat Tarawih 11 Rakaat Muhammadiyah

Shalat Tarawih Muhammadiyah umumnya dilakukan sebanyak 11 rakaat dengan formasi 4 rakaat satu salam, 4 rakaat satu salam dan tiga rakaat witir

Editor: Array A Argus
HO
Ilustrasi Solat Tarawih saat Ramadan 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Setiap memasuki bulan suci Ramadan, umat Islam tidak hanya mengerjakan puasa, tapi juga shalat qiyamul lail, seperti Shalat Tarawih dan Shalat Witir.

Umumnya, di Indonesia, masyarakat ada yang mengerjakan Shalat Tarawih sebanyak 23 rakaat, dan ada juga yang mengerjakannya 11 rakaat.

Seperti halnya warga Muhammadiyah, mereka biasanya mengerjakan Shalat Tarawih 11 rakaat

Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Syamsul Anwar, dikutip dari umj.ac.id, Muhammadiyah mengerjakan Shalat Tarawih 11 rakaat berdasarkan riwayat dari Aisyah ra.

وَعَنْهَا ، قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَزِيْدُ – فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ – عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً : يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ، ثُمَّ يُصَلِّي أرْبَعاً فَلاَ تَسْألْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاثاً. فَقُلتُ: يَا رسولَ اللهِ ، أتَنَامُ قَبْلَ أنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: (( يَا عَائِشَة، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah (baik dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan Lainnya) dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan tentang bagus dan panjangnya rakaat tersebut. Kemudian beliau shalat empat rakaat, maka janganlah engkau tanyakan bagusnya dan panjangnya rakaat tersebut. Lalu beliau shalat tiga rakaat. Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum engkau melakukan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnnya mataku tidur tetapi hatiku tidak.’” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738)

“Hadis ini sahih, tidak ada perawi yang mendaifkan. Itu dasar pertama. Dasar kedua yaitu ketika Umar bin Khaththab ra., menertibkan Shalat Tarawih di Masjid Madinah,” ujarnya.

Syamsul menjelaskan bahwa pada masa Umar ra., diangkat imam tetap untuk salat tarawih yaitu Ubay bin Kaab dan memerintahkannya untuk melakukan salat tarawih 11 rakaat. Jadi, kedua dasar itu sangat jelas untuk menjadi alasan kuat pelaksanaan salat tarawih.

Keputusan melakasanakan tarawih 11 rakaat juga sebagaimana perkataan Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ yang berarti “salatlah sebagaimana kalian melihatku salat.”

Maka sesuai perintah itulah, salat tarawih dilakukan sebanyak 11 rakaat.

“Adapaun penambahan-penambahan itu (jumlah rakaat salat tarawih) dilakukan setelah zaman Khulafaurrasyidin. Ada pula hadis yang menjelaskan bahwa Rasulullah salat 20 rakaat. Hadis itu daif,” ungkapnya.

Dua Cara Tarawih Muhammadiyah

Dilansir dari muhammadiyah.or.id, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Tri Sundani menjelaskan bahwa pada prinsipnya Shalat Tarawih sama halnya dengan shalat malam, sehingga umat Islam wajib berlapang dada dengan perbedaan cara yang ada.

Imam mazhab seperti Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal misalnya melakukan Shalat Tarawih dengan 20 rakaat dengan satu witir.

Sementara itu Imam Malik melakukan 36 rakaat dengan ditutup Shalat Witir.

Menurut Agus, beberapa ulama atsar dan sahabat Nabi bahkan ada yang tidak membatasi jumlah rakaat Shalat Tarawih.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved