Ramadan 2024
Sejarah Salat Tarawih yang Dilaksanakan Setiap Bulan Ramadan
Salat Tarawih adalah ibadah sunnah muakad (diutamakan tetapi boleh tidak dilaksanakan) dan dilakukan setelah salat Isya.
Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com – Salat Tarawih adalah ibadah tambahan yang dilakukan umat Muslim selama bulan Ramadan.
Salat Tarawih adalah ibadah sunnah muakad (diutamakan tetapi boleh tidak dilaksanakan) dan dilakukan setelah salat Isya.
Biasanya, umat Islam di Indonesia melaksanakan salat Tarawih sebanyak 8 kali, bahkan ada yang melaksanakannya sebanyak 20 kali. Lalu, bagaimana sejarah salat Tarawih?
Sejarah salat tarawih berawal dari praktik salat malam Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya selama bulan Ramadan.
Pada saat itu, belum ada istilah salat tarawih, dan para sahabat hanya menyebutnya sebagai qiyamullail (salat malam) Ramadan.
Dilansir dari berbagai sumber, salat tarawih dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun ke-2 Hijriah, dan tidak selalu dilakukan bersama para sahabat di masjid, tetapi terkadang di rumah, karena khawatir akan diwajibkan.
Dari Aisyah ra, "sesungguhnya Rasulullah pada suatu malam salat di masjid, lalu banyak orang salat mengikuti beliau. Pada hari ketiga atau keempat, jemaah sudah berkumpul (di masjid) tapi Rasulullah justru tidak keluar menemui mereka. Pagi harinya Rasulullah berkata, 'Sungguh aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang ke masjid karena aku takut sekali bila salat ini diwajibkan pada kalian" Kejadian itu terjadi pada bulan Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim).
Terkait jumlah rakaatnya, Rasulullah salat tarawih 8 rakaat, dan salat witir 3 rakaat, sehingga jumlahnya 11 rakaat. Hal itu sesuai hadis yang diriwayatkan Abu Salamah.
Diriwayatkan dari Abu Salamah, ia pernah bertanya kepada Aisyah ra, “Bagaimana salat Nabi Muhammad di bulan Ramadan?”
Aisyah menjawab, “Beliau tidak menambah pada bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat: salat 4 rakaat, yang betapa bagus dan lama, lantas salat 4 rakaat, kemudian 3 rakaat.
Aku pun pernah bertanya: Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum menunaikan salat witir?
Beliau menjawab: “mataku tidur, tapi hatiku tidak.” (HR Bukhari)
Hadis tersebut menerangkan bahwa dalam mengerjakan salat tarawih, Rasulullah melaksanakan sebanyak 8 rakaat, kemudian ditutup salat witir 3 rakaat.
Sejarah salat tarawih 20 rakaat dimulai pada masa Khulafaur Rasyidin, atau setelah Nabi Muhammad wafat.
Khalifah yang mengerjakan salat tarawih 20 rakaat adalah Umar bin Khattab, Khulafaur Rasyidin periode 634 hingga 644. Pada masa Abu Bakar, salat tarawih dilaksanakan secara sendiri-sendiri (munfarid) atau secara berkelompok 3, 4, dan 6 orang saja, belum dilaksanakan berjemaah secara rutin dengan imam di masjid.
Umumnya sahabat melaksanakan salat tarawih 8 rakaat, kemudian disempurnakan sendiri di rumah.
Baru pada masa Khalifah Umar bin Khattab, terjadi kesepakatan salat terawih dilaksanakan secara berjemaah sejumlah 20 rakaat belum termasuk witir.
Hal itu sesuai hadis yang diriwayatkan oleh Yazid bin Khushoifah dari al-Saib bin Yazid, “Para sahabat di masa Umar bin Khattab ra melakukan qiyamullail di bulan Ramadan 20 rakaat dengan membaca 200 ayat, sedangkan pada masa Utsman ra, mereka bersandar pada tongkat karena lamanya berdiri.” (HR Al Baihaqi), yang dinilai sahih Imam Nawawi dan mayoritas ulama.
Hadis lain memberikan keterangan yang sama, “Dari Yazid bin Ruman telah berkata, "Manusia senantiasa melaksanakan salat pada masa Umar ra di bulan Ramadan sebanyak 23 rakaat (20 rakaat tarawih, disambung 3 rakaat witir),” (HR Malik).
Kendati demikian, ada pula hadis yang meriwayatkan bahwa Nabi juga sudah melaksanakan salat tarawih 20 rakaat.
"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far ar-Razi, Ali bin al-Ja’di, Abu Syaibah bin Utsman dari al-Hakam dari Miqsam dari Ibn Abbas, beliau berkata: “Dahulu Nabi SAW melaksanakan salat (tarawih) di bulan Ramadan 20 rakaat dan salat witir.” (HR Ath-Thabrani).
Pada dasarnya, salat Tarawih tidak dibatasi oleh Nabi Muhammad, yang hanya melaksanakan salat Tarawih delapan rakaat di masjid untuk meringankan beban para sahabatnya.
Salat tarawih 20 rakaat disepakati pada masa Khalifah Umar, dan tidak ada satupun sahabat yang menolak karena mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan tidak menyalahi sunnah.
(cr30/tribun-medan.com)
| Apa Itu Tradisi Megengan yang Dilakoni sebelum Bulan Ramadan? Berikut Penjelasannya |
|
|---|
| 6 Kuliner Khas Medan yang Cocok Disajikan saat Idul Fitri, Ada Soto Medan hingga Lemang |
|
|---|
| 67 Anak Yatim Ditraktir Baju Baru oleh Lazismu Asahan jelang Hari Raya Idul Fitri |
|
|---|
| H-1 Lebaran 2024, Berikut Update Harga Bahan Pokok, Pasar Tradisional di Medan Padat Pengunjung |
|
|---|
| Kumpulan Doa di Akhir Ramadhan yang Bisa Diamalkan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Suasana-pelaksanaan-tarawih-pertama-di-Masjid-Agung-Medan-yang-baru.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.