Berita Viral

ANOMALI Lonjakan Suara PSI, Romi Curiga Operasi Sayang Anak, Anies Sentil Anak Presiden, Konspirasi?

Anomali lonjakan suara PSI tentu membuat publik banyak berspekulasi. Pasalnya, hanya dalam waktu semalam, suara PSI sudah menginjak 3 persen lebih.

Penulis: Liska Rahayu | Editor: Liska Rahayu
KOLASE/TRIBUN MEDAN
ANOMALI Lonjakan Suara PSI, Romi Curiga Operasi Sayang Anak, Anies Sentil Anak Presiden, Konspirasi? 

TRIBUN-MEDAN.com - Anomali lonjakan suara PSI tentu membuat publik banyak berspekulasi. Pasalnya, hanya dalam waktu semalam, suara PSI sudah menginjak 3 persen lebih.

Tak pelak, banyak pihak yang menuding adanya konspirasi agar PSI bisa masuk Senayan. 

Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy adanya lonjakan suara dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dinilai publik tidak wajar.

Pria yang akrab disapa Romi itu menilai lonjakan suara PSI tidak masuk akal.

"Mohon atensi kepada @kpu_ri dan @bawasluri, operasi apa ini? Meminjam bahasa pak @jusufkalla, apakah ini operasi "sayang anak" lagi?" kata Romahurmuziy melalui unggahannya di Instagram, Sabtu (2/3/2024).

"Pola kenaikan suara @psi_id bukan hanya tidak wajar. Melainkan juga tidak masuk akal menurut beberapa surveyor," katanya.

Menurut penghitungan suara KPU per Minggu (3/3), dari 65,81 persen suara TPS yang masuk, PSI mendapatkan 3,13 persen suara, hampir mencapai ambang batas parlemen 4 persen. Persaingan suara PSI bersaing dengan PPP yang sementara ini mendapatkan 4,01 persen suara.

Romahurmuziy pun mengutip penambahan suara PSI pada Jumat (1/3) yang menunjukkan penambahan suara hingga 19.591 dari 110 TPS. Menurutnya, lonjakan suara itu berarti PSI mendapatkan rata-rata 173 suara dari rata-rata 225 suara sah per TPS yang mana menurutnya tidak masuk akal.

Romahurmuziy mendesak KPU dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) segera menindaklanjuti temuan tersebut. Jika tidak, ia menyebut hal ini akan dibahas dalam angket DPR.

Sementara itu, dilansir dari Kompas.tv, Ketua Dewan Pimpinan Pusat PPP Achmad Baidowi menyebut terjadi anomali suara untuk PPP dalam hitungan yang ditampilkan Sirekap KPU.

Pada 28 Februari, suara PPP sudah menyentuh 4 persen, tetapi beberapa hari kemudian justru turun.

”Sementara jumlah TPS yang masuk itu bertambah, kan, harusnya jumlah suaranya bertambah, bukan berkurang. Sementara ada partai lain yang mengalami kenaikan tidak wajar. Bukan persentasenya. Kalau persentase, kan, otomatis, mengikuti jumlah suara. Nah, ini masalahnya suara yang didapatkan itu turun,” kata Baidowi dikutip Kompas.id, Minggu (3/3).

Sebelumnya, anggota KPU Idham Holik mengaku pihaknya belum mengerti lonjakan suara PSI yang dimaksud. Idham menggarisbawahi, saat ini KPU sedang melakukan rekapitulasi berjenjang untuk memfinalkan hasil Pemilu 2024.

“Kami belum mengerti yang dimaksud dengan lonjakan tersebut itu lonjakan apa,” kata Idham, Sabtu (2/3).

“Yang jelas, Undang-Undang Pemilu menegaskan bahwa perolehan suara peserta pemilu yang disahkan oleh KPU itu adala berdasarkan rekapitulasi resmi yang dilakukan mulai dari PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU RI, dan saat ini sedang berlangsung rekapitulasi berjenjang tersebut,” lanjutnya.

Anies: Dipimpin Anak Presiden tapi Tidak Boleh Seenaknya Sendiri

Anies Baswedan ikut buka suara terkait dengan anomali perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Partai besutan Kaesang Pangarep, putera bungsung Presiden Joko Widodo, itu mengalami lonjakan suara yang disebut para pengamat di luar kewajaran.

Hal itu terjadi dalam beberapa hari terakhir ini sehingga kans PSI lolos ke parlemen terbuka.

Anies Baswedan pun meminta seluruh pihak mengawasi perhitungan suara yang terus dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Capres nomor urut 01 ini tidak ingin, ada kecurigaan yang membuat legitimasi pemilihan pemilihan umum (pemilu) di mata masyarakat menjadi rusak.

“Jangan sampai nanti membuat cacat pemilunya, kalau pemilunya cacat semua. Nila setitik rusak susu sebelanga,” kata Anies saat ditemui di Kampung Akuarium, Jakarta Utara, Minggu (3/3/2024).

“Begitu terjadi peristiwa seperti ini maka akan merusak semua, kalau merusak semua kepercayaan rakyat akan hilang terhadap proses pemilu kemarin,” ucapnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu kemudian mendorong pemerintah untuk ikut bertanggungjawab menginvestigasi dugaan adanya kejanggalan perolehan suara partai berlogo mawar itu.

Apalagi, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep merupakan putra bungsu Presiden RI Joko Widodo.

“Pemerintah harus ikut bertanggung jawab walaupun ketuanya adalah anak presiden bukan berarti segala hal bisa dilakukan terhadap partai yang dipimpin oleh anak presiden,” kata Anies dikutip dari Kompas.com.

Perolehan suara PSI meroket hanya dalam waktu tiga hari berdasarkan hasil hitung suara manual atau real count KPU dari 29 Februari-2 Maret 2024.

Dalam rentang waktu tersebut, suara PSI bertambah dari 2.171.907 atau 2,86 persen pada Kamis (29/2/2024) pukul 10.00 WIB menjadi 2.402.268 atau 3,13 persen pada Sabtu (2/3/2024) pukul 15.00 WIB.

Artinya, suara PSI bertambah sebanyak 230.361 suara dalam kurun waktu tiga hari. Sementara, dalam kurun waktu yang sama, jumlah tempat pemungutan suara (TPS) yang hasilnya tercatat di situs real count KPU bertambah 2.240, dari 539.084 TPS menjadi 541.324 TPS.

Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa PSI memperoleh tambahan 203.361 suara dari 2.240 TPS.

KPU minta bukti 

Komisioner Komisi Pemilihan Umum RI (KPU) Idham Kholik menjawab soal dugaan adanya penggelembungan suara untuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

Perolehan suara PSI beberapa hari terakhir menjadi sorotan lantaran mengalami kenaikan yang cukup signifikan

Di sisi lain, warganet mengungkap adanya manipulasi suara di berbagai TPS yang mendongkrak perolehan suara PSI secara nasional

Menanggapi itu, KPU meminta kepada publik untuk menunjukan bukti atau fakta jika merasa janggal dengan hasil rekapitulasi sementara atau real count pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Pernyataan itu disampaikan Idham sekaligus merespons soal munculnya polemik atas melonjaknya perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Naiknya perolehan suara PSI itu sebagian besar diduga publik karena adanya penggelembungan suara.

Kata Idham, sejatinya siapapun di negara ini berhak untuk menyampaikan komentar, namun, hal itu harus dilandasi pada bukti.

"Ya siapapun bisa berkomentar di dalam negara demokrasi siapapun bisa berkomentar, komentar yang baik adalah komentar yang dilandasi pada fakta ataupun data," kata Idham saat ditemui awak media di Kantor KPU RI, Minggu (3/3/2024).

Kata dia, untuk KPU RI sendiri melalui aplikasi Sirekap selalu menampilkan bukti berupa foto data formulir model C.

Di mana, formulir itu menampilkan perolehan suara dari masyarakat yang didapat baik dari KPPS maupun PPLN.

"Sirekap data yang dipublikasi di Sirekap itu selalu disematkan foto formulir C hasil Plano, oleh karena itu saya ingin mengajak kepada para pengakses Sirekap tidak hanya melihat data numeriknya saja tetapi mohon lihat foto formulir model C hasil Plano nya," kata dia.

Idham lantas turut meminta kepada publik, untuk sedianya melihat foto formulir model C itu jika sedang mengakses Sirekap atau website real count KPU.

Dengan begitu, publik kata dia, bisa melihat secara pasti ada atau tidaknya perbedaan antara angka numerik di Sirekap dengan yang ada di formulir model C.

"Apakah antara data perolehan suara peserta pemilu yang ada di dalam formulir model C hasil Plano dengan data numerik sirekapnya akurat atau tidak," tukas Idham.

Pengamat Sebut Ada Konspirasi Kekuasaan

Melonjaknya perolehan suara sementara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada Pileg 2024 dalam beberapa hari terakhir menuai kontroversi.

Peneliti Formappi Lucius Karus menduga, ada konspirasi kekuasaan di balik kondisi tersebut. 

Menurutnya ada saling keterkaitan dengan kecenderungan nepotisme yang sudah terlihat melalui pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres dari Prabowo Subianto.

Terlebih Gibran yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejauh ini sudah di ambang kemenangan pada Pilpres. 

"Kemenangan paslon Prabowo-Gibran yang diduga karena peran kekuasaan menjadi mudah untuk dihubungkan dengan PSI yang dipimpin oleh putra Presiden yang lainnya yaitu Kaesang," kata Lucius saat dihubungi Tribunnews.com Minggu (3/3/2024).

Lucius melanjutkan, jika terhadap Gibran dugaan permainan berakhir dengan kemenangan, maka hal serupa bisa juga dilakukan terhadap PSI yang dalam hitung cepat nampak tak kuat menembus ambang batas 4 persen.

Tetapi, di real count justru secara menakjubkan bisa mendekati ambang batas parlemen. 

Lantas, dia menduga ada peran penguasa guna memuluskan jalan PSI menuju DPR RI.

"Tentu saja orang lalu menduga terjadi permainan dan konspirasi oleh kekuasaan untuk mengamankan semua kekuatan pendukung presiden di pemerintahan mendatang," ucapnya.

Dugaan itu semakin diperkuat karena disaat bersamaan PPP yang lebih dahulu terlihat sudah menggapai ambang batas justru mulai menurun suaranya di real count. 

"Yah, semua dugaan ini memang masih menunggu proses akhir rekapitulasi suara. Tentu saja menganggap kecurigaan-kecurigaan akan adanya permainan dan kecurangan tetap penting sebagai bagian dari upaya pengawasan publik atas proses rekapitulasi suara oleh KPU," ujar dia.

"Kecurigaan penting disampaikan agar KPU bekerja profesional, jujur dan adil dengan membuktikan kebenaran data sesungguhnya," pungkasnya.

(*/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved