Tribun Wiki
Tradisi Bau Nyale dan Legenda Putri Mandalika, Masyarakat Tumpah Ruah Mencari Cacing
Pada Jumat (1/3/2024) dinihari, masyarakat dari segala penjuru Pulau Lombok turun ke pantai melangsungkan tradisi Bau Nyale
TRIBUN-MEDAN.COM,- Pada Jumat (1/3/2024) dinihari tadi, masyarakat dari segala penjuru Pulau Lombok melaksanakan tradisi Bau Nyale.
Kegiatan tradisi Bau Nyale ini berlangsung di Pantai Seger, Lombok Tengah.
Masyarakat tumpah ruah membawa jaring dan ember untuk menangkap Nyale atau cacing yang muncul di tepi pantai.
Baca juga: 11 Tradisi Unik Masyarakat Indonesia Menjelang Puasa Ramadan
Tampak warga mulai menangkap cacing laut tersebut sekira pukul 3:30 WITA, atau pada saat air laut mulai surut.
Saat mencari Nyale, biasanya masyarakat akan melontarkan kalimat kalimat sarkas, yang konon dipercaya dapat memanggil Nyale untuk muncul ke permukaan.
Tradisi Bau Nyale
Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Bau Nyale merupakan acara adat yang muncul berkat sebuah legenda tentang Putri Mandalika.
Putri Mandalika adalah anak dari seorang raja ternama yang memiliki paras cantik rupawan dan kebaikan hatinya.
Karena itu pula, Putri Mandalika menjadi idaman banyak pangeran, sehingga menjadi rebutan dan membuat persaingan yang mengancam keutuhan dan kerukunan masyarakat Lombok.
Baca juga: DERETAN Tradisi Menyambut Idul Fitri di Indonesia
Demi mempertahankan kerukunan itu, Putri Mandalika pun melakukan sebuah ritual semedi untuk menentukan apa yang harus dilakukan kepada para pangeran yang ingin meminangnya.
Dari semedi itu, Putri Mandalika akhirnya mendapatkan sebuah petunjuk (wangsit) untuk mengundang dan mengumpulkan seluruh pelamar yang ingin meminangnya di Bukit Seger, Mandalika.
Namun, disaat semua berkumpul, alih-alih memilih seorang pangeran, Putri Mandalika justru memutuskan untuk tidak memilih siapapun diantara mereka yang melamarnya.
Baca juga: Ragam Tradisi Menyambut Idul Fitri di Indonesia
Putri Mandalika lebih memilih masyarakat hidup damai dan tentram.
Karena hal itu pula, Putri Mandalika kemudian terjun ke laut.
Seluruh orang yang hadir sontak terkejut dan langsung ikut menceburkan diri ke laut berlomba-lomba untuk menyelamatkan Putri Mandalika.
Namun sayangnya, tak satu pun dari mereka yang berhasil menemukannya.
Setelah kepergian Putri Mandalika itu, muncullah kumpulan cacing berwarna-warni dengan jumlah yang sangat banyak di pantai tempat Putri Mandalika menceburkan diri dan menghilang.
Baca juga: Sejarah Tradisi Mudik yang Dilakukan Setiap Idul fitri
Hewan ini kemudian disebut Nyale.
Semenjak saat itu, masyarakat percaya bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika.
Dan sebagai bentuk penghormatan, diadakanlah ritual adat setiap tanggal 20 pada bulan 10 (menurut perhitungan Kalender Sasak), bertepatan dengan waktu di mana Putri Mandalika menghilang.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/tradisi-bau-nyale.jpg)