Pilpres 2024

RAMAI Gerakan Kampus Kritik Jokowi, Bahlil Sebut Ada Skenario, Grace: Mungkin Dukung Paslon Tertentu

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan kritik yang disampaikan para guru besar itu merupakan bagian dari skenario yang sengaja diciptakan

Editor: Juang Naibaho
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut kritik yang disampaikan para guru besar terhadap Presiden Jokowi merupakan bagian dari skenario yang sengaja diciptakan oleh pihak tertentu. 

TRIBUN-MEDAN.com - Gerakan moral dari kalangan kampus yang memberikan kritik terhadap pemerintahan Presiden Jokowi jelang Pilpres 2024, terus meluas.

Para civitas akademika menyuarakan keprihatinan atas penegakan demokrasi akhir-akhir ini. Total sudah puluhan kampus menyuarakan penegakan demokrasi dan kritik terhadap Presiden Jokowi dan elite politik jelang Pilpres 2024 ini.

Merespons hal tersebut, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan kritik yang disampaikan para guru besar itu merupakan bagian dari skenario yang sengaja diciptakan oleh pihak tertentu.

"Ini skenario, ini kita sudah paham sebagai mantan aktivis," ujar Bahlil di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/2/2024).

"Ya sudahlah, mana ada politik tidak ada yang ngatur-ngatur. Kita tahu lah, ini penciuman saya sebagai mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ngerti betul barang ini. Terkecuali aku ini mahasiswa dulu kutu buku. Kita ini besar di jalan, gimana kita enggak paham gini-ginian," tegasnya.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menduga civitas akademika di sejumlah kampus yang mengkritik Presiden Jokowi kemungkinan pendukung pasangan calon (paslon) capres-cawapres selain nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Meski begitu, Grace tidak mempermasalahan soal pendapat dan kritikan dari para sivitas akademika ke Jokowi.

"Dan mungkin mereka juga pendukung dari paslon lain sehingga punya opini yang demikian enggak apa-apa sah-sah aja," ucap Grace di Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa (6/2/2024).

Menurut Grace, para akademisi itu juga warga negara yang memiliki opini terkait Pemilihan Umum (Pemilu).

Dia menyebut setiap kritik ke Jokowi adalah wajar dalam suatu negara demokrasi.

"Karena itulah konsekuensi dari demokrasi, demokrasi itu memang berisik inilah konsekuensi yang harus kita tanggung," ujar dia.

Baca juga: KRONOLOGI Rektor Unika Tolak Bikin Video Apresiasi Kinerja Jokowi, Ferdinandus: Sudah Melewati Batas

Gelombang tuntutan dari kalangan intelektual ini mulai bergulir sejak 31 Januari 2023.

Civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) mendeklarasikan Petisi Bulaksumur sebagai respons keprihatinan sekaligus kekecewaan terhadap manuver politik yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.

Petisi UGM itu mendapat respons dari para akademisi lainnya. Dalam tempo singkat, puluhan kampus mengelar aksi serupa.

Hingga Rabu (7/2/2024) sedikitnya sudah 30 kampus yang menyampaikan petisi keprihatinan atas penegakan demokrasi di Pilpres 2024 ini.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved