Berita Viral
Malu Dapat Warisan Rp 425 Miliar, Wanita Ini Merasa tak Adil, Ogah Jadi Orang Kaya Sendirian
Wanita diwarisi uang Rp 425 M ini merasa malu. Tak hanya malu, ia juga merasa hidup tidak adil hingga membuatnya harus memiliki uang sebanyak itu.
Sebagaimana dilaporkan BBC News, pada Rabu pekan lalu, sebanyak 10.000 undangan yang menargetkan warga negara Austria yang dipilih secara acak mulai berdatangan ke kotak surat di Austria.
Baca juga: PILU Tangis Fitri Anak Baliah Pengemis yang Viral, Dibully di Sekolah, Keluarga Larang Datang ke TV
Mereka yang ingin mengambil bagian dalam inisiatif Engelhorn, yang dikenal sebagai Good Council for Redistribution, dapat mendaftar secara online atau melalui telepon.
Dari sampel awal sebanyak 10.000 warga Austria yang berusia di atas 16 tahun, 50 orang akan dipilih, dengan 15 anggota pengganti yang juga akan dipilih jika ada yang mengundurkan diri.
"Jika para politisi tidak melakukan tugasnya dan melakukan redistribusi, saya sendiri yang harus mendistribusikan kekayaan saya," jelasnya dalam pernyataannya.
Baca juga: VIRAL Bocah SMP Lecehkan Perempuan yang Sedang Salat di Masjid, Polisi Ungkap Alasan Pelaku
"Banyak orang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan pekerjaan penuh waktu, dan membayar pajak untuk setiap euro yang mereka hasilkan dari pekerjaan. Saya melihat ini sebagai kegagalan politik, dan jika politik gagal, warga harus menghadapinya sendiri," tambahnya.
Lantas, bagaimana cara mendapatkan warisan dari Engelhorn?
Direktur Pelaksana Foresight Institute yang mendukung inisiatif ini, Christoph Hofinger, menjelaskan bahwa prosedur pembagian uang warisan milik Engelhorn belum ditentukan.
Prosesnya adalah akan lebih dulu dibentuk dewan untuk mendistribusikan kembali uang ahli waris tersebut yang terdiri dari 50 orang dari semua kelompok umur, negara bagian, kelas sosial, dan latar belakang.
"Kelompok ini akan diminta untuk menyumbangkan ide-ide mereka untuk bersama-sama mengembangkan solusi demi kepentingan masyarakat secara keseluruhan," jelas dia.
Mereka akan mengambil bagian dalam serangkaian pertemuan yang akan diadakan di Salzburg dengan para akademisi dan organisasi masyarakat sipil dari bulan Maret hingga Juni tahun ini.
Penyelenggara mengatakan bahwa pertemuan-pertemuan tersebut akan bebas hambatan, dengan penitipan anak dan penerjemah yang tersedia jika diperlukan.
Biaya perjalanan akan ditanggung dan para peserta akan menerima 1.200 euro (sekitar Rp 20 juta) untuk setiap akhir pekan yang mereka hadiri.
Marlene Engelhorn percaya bahwa diskusi yang mereka lakukan akan menjadi "layanan bagi demokrasi" dan karenanya mereka harus diberi kompensasi yang layak.
"Saya tidak memiliki hak veto. Saya menempatkan aset saya untuk membantu 50 orang ini dan menaruh kepercayaan kepada mereka," ungkap dia.
Jika mereka tidak dapat menghasilkan keputusan yang "didukung secara luas" tentang apa yang harus dilakukan dengan uang tersebut, uang tersebut akan dikembalikan kepada Engelhorn.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ilustrasi-uang-2.jpg)