Jenderal Agus Ingatkan Prajurit TNI Jangan Arogan hingga Begini Caranya Menangani KKB di Papua

TRIBUN-MEDAN.COM - Calon Panglima TNI, Kepala Staf TNI Angkatan Darat atau KASAD Jenderal TNI Agus Subiyanto menyampaikan caranya dalam penanganan KKB di Papua.

Kata Agus, untuk mengatasi konflik vertikal seperti masalah KKB di Papua harus dilakukan pendekatan smart power, kombinasi hard power, soft power dan diplomasi militer mutlak dilakukan.

Jenderal Agus Subiyanto juga mengingatkan para prajurit TNI untuk tidak sekali-sekali melakukan arogansi, dan menyalahgunakan senjata dan amunisi yang bisa melukai dan menyakiti hati rakyat.

Agus menegaskan, TNI justru harus menjadi perisai dan pelindung rakyat, karena TNI sejatinya tumbuh dari rakyat dan untuk rakyat. Bekerjalah dengan niat ibadah dan tulus untuk rakyat.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menjelaskan alasannya mengusulkan Jenderal Agus Subiyanto sebagai calon Panglima TNI ke DPR meski Agus baru menjabat KSAD kurang dari sepekan.

Menurut Jokowi, Jenderal Agus Subianto memenuhi kriteria sebagai calon Panglima TNI pengganti Laksamana Yudo Margono yang akan pensiun akhir November nanti.

Kata Presiden Jokowi, Jenderal Agus Subiyanto punya cukup pengalaman teritorial dan kemampuan administratif untuk memimpin tiga matra di TNI.

Saat menjalani fit and proper test, Jenderal Agus Subiyanto memaparkan lima poin visi misinya apabila ditetapkan menjadi Panglima TNI periode selanjutnya menggantikan Laksamana Yudo Margono.

Di hadapan Komisi I DPR RI, Jenderal Agus mengatakan bahwa visinya yaitu TNI yang PRIMA.

PRIMA yang dimaksudnya itu yakni TNI yang Profesional, Responsif, Integratif, Modern dan Adaptif. 

Menurutnya, dalam rangka membangun industri TNI yang memiliki daya tahan dan daya tempur guna menghadapi serta mengatasi segala bentuk ancaman gangguan dan tantangan yang akan membahayakan integritas bangsa dan negara.

Agus Subiyanto Janjikan Modernisasi Alutsista TNI dengan AI

Jenderal Agus Subiyanto juga berbicara tentang modernisasi alutsista TNI melalui pemanfaatan artificial intelligence. Perang di masa depan, kata Agus, sangat bergantung pada teknologi. Oleh karena itu, menurutnya ada beberapa program prioritas yang akan dilakukannya untuk memantapkan kemampuan TNI yang integratif.

Pertama, kata dia, mengintegrasikan seluruh alutsista TNI dalam sistem pertahanan terpadu dalam network-centric warfare system guna meningkatkan pertahanan negara termasuk kawasan Ibu Kota Nusantara.

Kebutuhan atas keterpaduan sistem berbasis jaringan dari berbagai keunggulan alutsista ketiga matra TNI, kata dia, sudah merupakan keniscayaan.