Breaking News

Advertorial

Universitas Panca Budi Medan Gelar Bedah Buku Politik Pertahanan

Ribuan peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa dan masyarakat umum menghadirkan acara Bedah Buku berjudul 'Politik Pertahanan'.

TRIBUN MEDAN/DIANA AULIA
Seluruh peserta bersama para tokoh yang berhadir pada acara Bedah Buku Politik Pertahanan saat sesi foto bersama. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Ribuan peserta yang terdiri dari siswa, mahasiswa dan masyarakat umum menghadirkan acara Bedah Buku berjudul 'Politik Pertahanan' di Gelanggang Mahabento Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Sabtu (28/10/2023).

Kegiatan bedah buku tersebut dihadiri langsung oleh penulis buku Politik Pertahanan yaitu Dahnil Anzar Simanjuntak dan juga Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi Muhammad Isa Indrawan sebagai pembuka acara.

Hadir pula tiga tokoh sebagai pembedah buku yaitu Kepala Biro Humas Sekretariat Jenderal Kemhan Ri Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha, Pengamat Politik dan Sosial Dr. H. Sohibul Ansor Siregar, Dosen UNPAB Assoc. Prof. Dr Henry Aspan.

Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi Muhammad Isa Indrawan mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan satu momentum yang sangat spesial, dimana di era milenial ini banyak tantangan yang harus dihadapi seperti tantangan teknologi, geologi, pekerjaan dan lainnya.

"Untuk itu bedah buku Politik Pertahanan ini menurut saya suatu yang menarik karena kita melihat sejarah bangsa Indonesia dari buku ini ada pribahasa latin dibuku ini yaitu Si vis pacem, para bellum, jadi kalau mau menang itu ya perang," katanya.

Dia berharap, mahasiswa yang menghadiri acara ini dengan semangat Hari Sumpah Pemuda dapat memanfaatkan momentum ini sebaik-baiknya.

"Saya harapkan kepada mahasiswa untuk partisipasinya dan memanfaatkan momentum ini untuk menentukan arah republik ini ke depan," ucapnya.

Sementara itu, penulis buku Politik Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak menuturkan, penulisan buku ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena yang sejak Reformasi hingga saat ini masih ada yaitu military phobia. Dimana hal-hal yang berbau militer masih dicap atau identik dengan kekerasan, pelanggaran HAM, intimidasi dan sebagainya

"Oleh karena itu, saya dan teman-teman di Kementerian Pertahanan berusaha mendekatkan wacana pertahanan dunia militer dengan orang-orang awam apalagi dengan teman-teman mahasiswa atau teman-teman muda.

"Kenapa, karena belakangan setelah reformasi 98 ada satu fenomena yang sengaja dimunculkan oleh beberapa pihak yaitu military phobia, dimana yang berbau-bau militer itu seolah-olah identik dengan kekerasan, identik dengan pelanggaran HAM dan identik dengan intimidasi dan sebagainya," katanya.

Oleh karena itu, dikatakan Dahnil, military phobia harus dilawan dan diminimalisir karena hal ini berbahaya untuk masa depan Indonesia yang kuat.

"Itulah kenapa wacana pertahanan ini diskusi pertahanan berusaha untuk terus-menerus dihadirkan oleh Kementerian Pertahanan ke ruang publik yang lebih terbuka yang lebih terang apalagi di wacana dan forum-forum intelektual seperti hari ini," jelasnya.

Kemudian, Pengamat Politik dan Sosial Dr. H. Sohibul Ansor Siregar pada kritikannya terhadap buku Politik Pertahanan mempertanyakan adanya military phobia.

"Ada tadi yang disebut military phobia, apa itu enggak terbalik? Segala sesuatu harus military mainstream, beliau ini (menunjuk TNI Edwin Adrian) bisa menjadi Gubernur Sumut dari pangkatan militernya, tetapi saya tidak bisa jadi Dandim, segalanya diukur dari how military thinking bukankah begitu ? dan saya rasa belum ada perubahan," ucapnya.

Sohibul mempertanyakan, apakah Daniel Anzar selaku penulis buku Politik Pertahanan memperoleh data yang sesungguhnya tentang kemiliteran.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved