Tribun Wiki
SOSOK Wong Kar-Wai, Sutradara Asal Hong Kong yang Hasilkan Banyak Film Top
Sosok Wong Kar-wai, sutradara asal Hong Kong yang sudah hasilkan banyak film top. Ia juga menyabet banyak penghargaan
TRIBUN-MEDAN.COM,- Wong Kar-wai lahir pada tanggal 17 Juli 1958 di Shanghai, Tiongkok.
la merupakan anak bungsu dari pasangan Wang Deyan yang merupakan seorang pelaut, dan istrinya yang merupakan seorang ibu rumah tangga.
Di usia lima tahun, Wong dan keluarganya pindah ke Hong Kong, tepatnya di daerah Tsim Sha Tsui.
Baca juga: Rekomendasi Film Horor Indonesia Terbaru untuk Menemani Malam Halloween
Wong kecil sempat kesulitan untuk bergaul karena terkendala bahasa, untungnya ia bersama ibunya sering pergi ke bioskop sehingga film bisa menjadi jembatan mereka untuk belajar bahasa Kanton yang digunakan di Hong Kong.
Untuk pendidikan, Wong berkuliah di Politeknik Negeri Hong Kong di jurusan desain grafis.
la juga sempat mengambil kursus singkat mengenai desain produksi dan penyutradaraan.
Awal Karir Wong-Kar Wai
Wong mengawali karirnya sebagai penulis skenario untuk serial TV dan Don't Look Now (1981) merupakan karya pertamanya.
Selanjutnya, ia mencoba untuk menulis skenario film dan berhasil membuat benerapa judul, seperti Just for Fun (1983), Rosa (1986), dan The Haunted Cop Shop of Horrors (1987).
Baca juga: Pantas Tyson Fury Buka-bukaan Kebencian Rematch Fury vs Ngannou tak Peduli Bayaran Ganda
Di tahun 80-an akhir, sinema Hong Kong sedang naik- naiknya dan sutradara baru diperlukan untuk menjaga kesuksesan itu.
Berkat koneksinya dengan orang-orang di industri, Wong kemudian diberikan kesempatan oleh rumah produksi baru bernama In-Gear untuk membuat film pertamanya berjudul As Tears Go By (1988).
Dengan suksesnya film debutnya itu, Wong kemudian membuat film yang berbeda dari kebanyakan film Hong Kong yang beredar kala itu.
la membuat film berjudul Days of Being Wild (1990) yang dibintangi oleh Tony Leung dan Maggie Cheung, namun sayang film ini tak sesukses pendahulunya di pasar Hong Kong.
Baca juga: Ketua MK Anwar Usman Dilaporkan, Dinilai Terlibat Konflik Kepentingan Kekeluargaan
Kurang suksesnya film itu menyebabkan Wong kurang dilirik oleh produser untuk menyutradarai film-film lain.
Wong kemudian membuat rumah produksi sendiri bernama Jet Tone Film di tahun 1992 bersama Jeff Lau.
Karena butuh dana, Wong akhirnya menerima tawaran untuk menyutradarai film berjudul Ashes of Time (1994) yang merupakan adaptasi dari sebuah novel.
Di sela-sela produksi film sebelumnya, Wong memutuskan untuk membuat Chungking Express (1994) sebagai sarana untuk membuatnya nyaman.
Baca juga: Viral Ibu-ibu Pura-pura Pingsan di Depan Kantor Baim Wong: Matanya Kedip-kedip, Gak Pingsan Ini
Film ini mendulang kesuksesan dan membuat Wong mendapatkan penghargaan film dan sutradara terbaik pada gelaran Hong Kong Film Awards.
Setahun setelahnya, Wong kembali membuat dan merilis film berjudul Fallen Angels (1995).
Wong mulai dikenal secara internsional melalui filmnya yang berjudul (1997).
Dengan ketenaran itu, Wong telah melahirkan berbagai film yang menakjubkan, seperti In the Mood of Love (2000), 2046 (2004), dan My Blueberry Night (2007).
Wong di Masa Kini
Film terakhir yang dibuat oleh Wong Kar-wai adalah The Grandmaster (2013) yang menceritakan tentang sang legenda Ip Man.
Selanjutnya, Wong pernah menjadi penulis skenario untuk film See You Tomorrow (2016) yang disutradarai oleh Zhang Jiajia.
Terakhir, di tahun 2021, restorasi beresolusi 4K dari film-film karya Wong dirilis oleh The Criterion Collection dan dikerjakan oleh Laboratorio L'immagine Ritrovata.
Baca juga: Gara-gara tak Disapa, Pengantin Wanita Baku Hantam dengan Bibi Suami di Pernikahan, Bangku Melayang
Ciri Khas Wong Kar-wai
Film-film garapan Wong Kar-wai dikenal dengan visualnya yang menggali tentang cinta dan kehilangan melalui pemilihan warna-warna yang cerah, adegan yang direkam dalam format slow-motion, dan framing yang tak konvensional.
Film-fillmnya juga tak jarang minim akan percakapan.
Wong dalam film-filmnya sering menciptakan suasana melankolis yang penuh dengan perasaan yang tidak terucapkan dengan alur cerita yang saling tumpang tindih, cara pengambilan gambar yang menarik, dan palet wama yang bisa menyampaikan emosi para karakter.(mag2/tribun-medan.com)
| Profil Andi Syaqirah Jainal atau Syaqirah Sidrap, Pedangdut dengan Julukan Ratu Penghayatan |
|
|---|
| Profil Gabriel Han Willhoft, Pesepak Bola Berdarah Indonesia Gantung Sepatu di Usia Muda |
|
|---|
| Asal Usul Nama Jembatan Kabanaran yang Awalnya Jembatan Pandansimo, Dikaji Atas Nilai Sejarah |
|
|---|
| Profil dan Harta Kekayaan Irjen Argo Yuwono yang Ditarik dari Kementerian UMKM, Kini Balik ke Polri |
|
|---|
| Profil dan Harta Kekayaan Gde Sumarjaya Linggih, Ketua DPD Golkar Bali |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Wang-Kar-wai.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.