Travel

Mencicipi Lemang Panas Srikaya, Dipanggang Pakai Kayu Rambung serta Bambu dari Hutan Sembahe

Bagi Anda yang saat ini berkunjung atau tengah berada di Kota Medan, tak salah rasanya jika mencicipi lemang panas di Lomang Panas Jaya Srikaya

Penulis: Fredy Santoso | Editor: Array A Argus
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
Jajaran lemang ketika dipanggang diatas tungku bernahan kayu bakar pohon getah rambung di UD Lomang Panas Jaya, Jalan Flamboyan Raya, Kota Medan. 

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Menikmati sajian lemang panas dengan cocolan selai srikaya di sore hari menjadi pilihan yang tepat.

Aroma ketan yang dipanggang selama berjam-jam menggunakan kayu bakar begitu menggugah selera.

Apalagi disandingkan dengan kopi hitam sedikit gula atau tanpa gula sama sekali, aduhai betul rasanya.

Sore itu, saat penulis dalam perjalanan pulang, tak sengaja teringat makanan tradisional ini.

Kebetulan, ada penjual lemang panas srikaya di Lomang Panas Jaya, Jalan Flamboyan Raya.

Makanan satu ini juga sedang naik daun karena rasanya.

Lomang Panas Jaya
UD Lomang Panas Jaya, Jalan Flamboyan Raya, Kota Medan yang menyajikan panganan lemang panas

Sedikit susah memang menemukan lokasinya jika kita mencari warung ini melalui akun media sosialnya.

Sebab, lokasi yang ditunjukan meleset jauh.

Alhasil, penulis menggunakan aplikasi Google Maps untuk sampai ke lokasi.

Tidak langsung ketemu.

Ujung-ujungnya terpaksa mencocokkan gambar-gambar di internet dengan lokasi di area sekitar.

Beruntungnya, berkat asap kayu bakar yang menyeruak bercampur aroma ketan panggang yang menuntun penulis ke rumah toko (ruko) makanan bernama lemang.

Begitu sampai, penulis langsung memesan dua porsi lemang panas selai srikaya.

Terlihat, puluhan batang bambu berwarna hijau kecokelatan berjajar di atas tungku kayu bakar mengeluarkan ketan yang sudah tanak dari muncung bambu di atasnya.

Tak pakai lama, seorang pekerja langsung sigap mengangkat dua ruas bambu berisikan ketan yang sudah dipanggang selama berjam-jam di atas tungku, lalu menyerahkannya kepada pekerja lainnya.

Pria ini pun langsung sigap membelah bambu menjadi dua bagian untuk mengeluarkan lemang yang terbungkus daun pisang berwarna hijau berminyak.

Aroma ketan berpadu santan begitu wangi sangat menggoda.

Asap tipis nampak melayang pelan-pelan merasuki hidung.

lemang panas srikaya
Lemang panas yang disantap menggunakan srikaya

Usai dibelah, lemang tadi pun dipotong-potong menjadi beberapa bagian, lalu dimasukkan ke kotak atau disajikan menggunakan piring jika disantap di tempat.

Untuk santap di tempat, warung sederhana berwarna hijau ini juga menyediakan tempat duduk, aneka minuman seperti kopi dan berbagai macam gorengan maupun kue tradisional.

Satu porsi atau satu batang lemang dibanderol dengan harga Rp 35 ribu saja.

Setidaknya, ada 15 potong lemang berbalut daun pisang yang kita dapatkan.

Begitu tersaji, saya langsung menyantap lemang panas ini dengan selai srikaya yang ditaruh pada piring terpisah sebagai cocolannya.

Soal rasa memang enak.

Ketan yang dimasak selama berjam-jam dengan santan dan garam ini begitu pas di mulut.

Ditambah selai srikaya yang lembut tidak begitu manis memanjakan lidah.

Warung Lomang Panas Jaya ini berada di Jalan Flamboyan Medan, tak jauh dari persimpangan Setia Budi-Melati Raya dan Jalan Flamboyan.

Jika kita datang dari Jalan Ngumban Surbakti, berbelok sedikit ke kiri melalui Jalan Melati Raya. Kemudian di simpang Setia Budi jalan lurus terus sekitar 300 meter.

Lokasinya berada di sebelah kiri, dekat putaran jalan.

Usaha ini telah buka sejak tahun 2007 lalu hingga saat ini.

Tempatnya sederhana, tetapi pembeli terus silih berganti.

Dalam sehari mereka mampu menjual 150 hingga 300 batang lemang bambu.

Untuk menjaga cita rasa, mereka menggunakan kayu bakar dari pohon rambung atau getah.

Kayu ini dinilai membuat cita rasa lebih nikmat dan khas ketimbang kayu lainnya.

Kemudian, batang bambu yang digunakan juga dipesan secara khusus dari hutan perbukitan di Desa Sembahe maupun Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang.

Katanya, bambu dari wilayah ini tidak gampang pecah ketika harus dipanggang selama berjam-jam.

Sementara, selai srikaya mereka membuatnya sendiri untuk menjaga citarasa dan konsistensi rasa.

Dalam proses memasak lemang, bambu harus dilapisi daun pisang. Setelah itu barulah diisi dengan ketan, santan dan garam. Kemudian lemang dimasak kurang lebih selama empat jam.(Cr25/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved