Breaking News

Jembatan Aek Tano Ponggol

Menunggu 110 Tahun, Wajah Baru Jembatan Aek Tano Ponggol Samosir setelah Diresmikan Presiden Jokowi

Akhirnya, setelah menanti 110 tahun lamanya, jembatan Aek Tano Ponggol kini memiliki wajah baru. Presiden Jokowi meresmikan jembatan ini.

|
YOUTUBE/SEAN DESIGN
Wajah baru Jembatan Aek Tano Ponggol, 2023. 

TRIBUN-MEDAN.com - Akhirnya, setelah menanti 110 tahun lamanya, jembatan Aek Tano Ponggol kini memiliki wajah baru.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meresmikan jembatan Aek Tano Ponggol, Samosir, Jumat (25/8/2023).

Diketahui, Jembatan Aek Tano Ponggol ini menghubungkan Pulau Sumatera dengan Samosir yang panjangnya 294 meter dengan bentang utama 9 meter dan lebar 8 meter.

Pembangunan jembatan ini menghabiskan anggaran sebesar Rp 157 miliar.

"Ini panjang bentangannya 294 meter dan bentang utama 99 meter dan lebarnya delapan meter," kata Jokowi seperti disadur Tribun Medan dari YouTube Sekretariat Presiden.

Presiden Jokowi bersama dengan para menteri meninjau pembangunan Tano Ponggol di Kabupaten Samosir, Rabu (31/7/2019).
Presiden Jokowi bersama dengan para menteri meninjau pembangunan Tano Ponggol di Kabupaten Samosir, Rabu (31/7/2019). (Tribun Medan/Tommy Simatupang)

Sejarah Jembatan Aek Tano Ponggol, Dibangun Ratu Wilhelmina, Akses Darat Tunggal ke Pulau Samosir

 Jembatan Tano Ponggol Dalihan Natolu merupakan kawasan penghubung antara daratan Sumatera dengan Pulau Samosir.

Sehingga, jembatan tersebut kerap disebut sebagai kanal di Kecamatan Pangururan, Samosir.

Jembatan ini dibangun pada sekitar tahun 1907 oleh pemerintah Kolonial Belanda yang menjadi ikon Pulau Samosir. 

Desain jembatan Tano Ponggol.
Desain jembatan Tano Ponggol. (Kementerian PU)

Disebutkan, kanal ini selesai dan diresmikan pada tahun 1913 oleh Ratu Wilhelmina dan bahkan sempat dijuluki Terusan Wilhelmina. 

Tanah yang dikeruk bertujuan agar air Danau Toba yang berasal dari pesisir Silalahi dapat melewati Pangururan dan sebaliknya, sehingga kapal-kapal dapat mengelilingi danau Toba. 

Pekerja PT BRP pembangunan jembatan Kanal Tano Ponggol mengaduk semen yang dilakukan secara manual.
Pekerja PT BRP pembangunan jembatan Kanal Tano Ponggol mengaduk semen yang dilakukan secara manual. (Tribun Medan/Arjuna Bakkara)

Air danau yang mengalir melalui kanal Tano Ponggol disebut sebagai Aek Tano Ponggol, sedangkan jembatan yang dibangun di atas kanal untuk memudahkan transportasi darat dari pulau Sumatra ke pulau Samosir disebut Jembatan Tano Ponggol Dalihan Natolu.

Dibangun dari Kerja Paksa

Konon sebelum masa penjajahan Hindia Belanda Pulau Samosir menyatu dengan Sumatera dan pada masanya belum ada kata pulau tetapi hanya Samosir.

Pembangunan Jembatan Tano Ponggol
Pembangunan Jembatan Tano Ponggol (Maurits / Tribun Medan)

Sekitar Tahun 1900-an, waktu itu Indonesia masih dijajah Belanda termasuk Samosir, dan pada saat itu yang berkuasa di Pemerintahan Hindia Belanda adalah Ratu Willhelmina (pengakuan orang tua dulu yang ikut kerja paksa menggali Tano Ponggol).

Sekitar 1905 Pemerintah Hindia Belanda memerintahkan kepada Tentara Belanda yang ada di Sumatera Utara, untuk melakukan kerja paksa menggali tanah sepanjang 1,5 km dari ujung lokasi Tajur sampai dengan Sitanggang Bau seperti Tribun Medan kutip dari Gobatak.

Kerja paksa atau rodi (istilah lokal) sangat menyedihkan. Bekerja dengan tanpa gaji, dijaga ketat dan dengan ancaman senjata api yang diarahkan ke para pekerja.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved