Palestina Makin Nelangsa, Israel dan Arab Saudi Dikabarkan Bakal Berteman, Kerja Sama Soal Keamanan

Sejak Juli, ada spekulasi baru apakah Arab Saudi bisa menjadi negara berikutnya di dunia Arab yang menormalisasi hubungannya dengan Israel.

Kolase/The Sun, Istimewa
Cara palestina melakukan perlawanan terhadap Israel. 

TRIBUN-MEDAN.com - Palestina semakin nelangsa. Israel dan Arab Saudi dikabarkan bakal berteman.

Spekulasi seputar kemungkinan pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Israel berkumpul sehari setelah Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh berbicara tentang "inisiatif diplomatik penting" di kawasan Timur Tengah.

Pada pertemuan Kabinet di Ramallah pada hari Senin, Shtayyeh berbicara tentang Arab Saudi dan prioritasnya dalam pembicaraan regional dan internasional.

Termasuk masalah Palestina. Presiden Mahmoud Abbas juga sangat terlibat dalam pertemuan tersebut.

Sejak Juli, ada spekulasi baru apakah Arab Saudi bisa menjadi negara berikutnya di dunia Arab yang menormalisasi hubungannya dengan Israel.

Keduanya adalah sekutu Amerika Serikat, yang bertindak sebagai mediator dalam pemulihan hubungan negara-negara Arab lainnya dengan Israel pada tahun 2020 .

Riyadh secara resmi tidak memiliki hubungan dengan Israel, tetapi kedua negara dilaporkan telah bekerja sama dalam masalah keamanan selama beberapa waktu.

Israel telah berulang kali berbicara mendukung hubungan dengan Arab Saudi.

Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen baru-baru ini mengatakan kepada situs berita Arab Elaph bahwa masalah Palestina tidak akan menjadi "rintangan menuju perdamaian."

The New York Times baru-baru ini melaporkan rencana Presiden AS Joe Biden di mana pengakuan Israel akan dikaitkan dengan jaminan keamanan oleh AS untuk Arab Saudi serta bantuan untuk kerajaan dalam mengembangkan program nuklir sipil.

Israel harus membuat konsesi yang komprehensif kepada Palestina, termasuk pembekuan pemukiman ilegal dan janji untuk tidak mencaplok Tepi Barat.

Tetapi untuk kesepakatan seperti itu, yang akan sangat sulit untuk dicapai dalam pemerintahan agama sayap kanan  Israel , masih akan ada banyak pertanyaan terbuka dan banyak rintangan.

Pada tahun 2002, Arab Saudi mempresentasikan inisiatif perdamaian pada konflik Timur Tengah.

Ini membayangkan normalisasi hubungan antara negara - negara Arab dan Israel jika negara Yahudi menarik diri dari semua wilayah yang diduduki pada tahun 1967 .

Ia juga menyerukan pengakuan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, serta solusi yang adil untuk krisis pengungsi Palestina.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved