Praktik Merdeka Belajar di Sekolah Luar Biasa: Jadikan Siswa Disabilitas Makin Berdaya
Metode pembelajaran yang diterapkan di SLB yang mereka asuh sejatinya telah sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar yang dicanangkan pemerintah.
Penulis: Truly Okto Hasudungan Purba | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – M Adly Faturrahman (15) dan belasan siswa duduk rapi di atas tikar plastik di halaman Sekolah Luar Biasa (SLB)-C Muzdalifah di kawasan Jl. Garu VI, Kota Medan, Sumatera Utara, Sabtu (15/4/2023). Di hadapan mereka berdiri dua guru perempuan yang memegang jerigen berisi air, plastik yang berisi tanah, benih tanaman, dan nutrisi, serta beberapa net pot (pot hidroponik). M Adly dan teman-temannya akan melanjutkan pelajaran keterampilan pertanian hidroponik.
Seminggu sebelumnya, para siswa disabilitas tunagrahita ini sudah mempersiapkan kit hidroponik yang terbuat dari pipa paralon dan rockwool sebagai media untuk menanam tanaman hidroponik. Dan pada hari Sabtu (15/4/2023), siswa belajar menanam tanaman hidroponik dan sekaligus mempraktikkannya.
Di tengah halaman, M Adly yang kini duduk di kelas VIII (SMP) bersama sejumlah siswa dari tingkatan SD dan SMA, masing-masing mendapat satu buah net pot. Widya Hasanah, guru SLB-C Muzdalifah kemudian menjelaskan cara meletakkan benih sayuran hidroponik ke dalam net pot. M Adly lantas menirukan apa yang dilakukan Widya. Ia tersenyum ketika berhasil melakukan apa yang diminta Widya. Widya membalas senyuman tersebut sembari bertepuk tangan.
Sedangkan di sudut halaman, guru lainnya, Muliyati terlihat membimbing seorang siswa dari tingkatan SMA memastikan lubang-lubang di kit hidroponik sudah rapi dan siap dipergunakan. Siswa tersebut pun mengikuti arahan yang disampaikan Muliyati. Sesekali Muliyati menjauh dengan maksud membiarkan siswa tersebut mengerjakan tugasnya. Tetapi ketika salah, Muliyati mendekat dan menjelaskan teknik yang benar.
Widya dan Muliyati terlihat memberi penjelasan dengan suara yang cukup keras dan berulang-ulang. Mereka sadar sepenuhnya, bahwa yang sedang duduk dan berdiri di dekat mereka adalah siswa disabilitas yang memiliki hambatan inteletual (tunagrahita). Karena itulah, mereka harus menjelaskan berulang-ulang, karena siswa belum sepenuhnya mengerti pada penjelasan pertama atau kedua. Tak lupa, Widya dan Muliyati menyematkan senyum saat memberi penjelasan.
“Senyum ini menjadi kewajiban bagi kami para guru dan penyemangat bagi mereka. Guru-guru harus sabar dan tetap tersenyum meskipun siswa belum memahami apa yang kami sampaikan. Kalau kami senyum dan tidak menunjukkan ekspresi mengeluh, siswa pun menjadi bersemangat,” kata Widya kepada Tribun-Medan.com, Sabtu (15/4/2023).
Widya menceritakan, pertanian hidroponik ini menjadi pelajaran keterampilan yang dilakukan siswa selama satu semester di tahun ajaran 2022/2023. Setelah pelajaran ini selesai, siswa melanjutkan pelajaran keterampilan lainnya yaitu membuat roti.
Sementara itu, berjarak lima kilometer dari SLB-C Muzdalifah, tepatnya di SLB-B Karya Murni, Jl. HM Joni Medan, Geby (15) siswa disabilitas tuna rungu yang kini duduk di kelas VIII juga menjalani aktivitas yang sama dengan M Adly. Bedanya, kalau M Adly belajar pertanian hidroponik, Geby belajar melukis.
Geby dan enam temannya melukis gambar anime dengan menggunakan media batu. Sebelum melakukan praktik melukis, Ali yang menjadi guru seni lukis terlebih dulu memperlihatkan gambar anime di telepon selulernya. Gambar inilah yang selanjutnya digunakan siswa sebagai panduan lukisan. Gambar tersebut dilukis ulang di atas batu menggunakan cat beraneka warna.
Geby dan teman-temannya tampak berhati-hati menyapu kuas di atas batu. Sesekali sapuan kuas milik Geby berserak dari panduan gambar dan membuat hasil lukisan menjadi tidak sempurna. Melihat hal tersebut, Ali pun meminta kepada Geby untuk mengulang. Tak lupa ia tersenyum.
“Ayo semangat,” katanya sembari menunjukkan dua jempol tangannya ke arah Geby.
Geby menganggukkan kepala dan kembali melukis. Raut kegembiraan terlihat di wajahnya ketika sebuah gambar anime berhasil ia selesaikan.
M Adly dan Geby merupakan siswa disabilitas yang kini menempuh pendidikan di dua SLB berbeda di Kota Medan. Materi pembelajaran yang mereka ikuti hari itu (Sabtu, 15/4/2023) merupakan bagian dari pelajaran keterampilan yang sudah mereka ikuti sejak duduk di tingkat SD. Dalam proses pembelajaran, keduanya diberikan pilihan untuk mengembangkan potensi diri mereka melalui pelajaran keterampilan. M Adly memilih keterampilan pertanian hidroponik, sedangkan Geby memilih keterampilan melukis.
Minimal satu kali dalam satu minggu, mereka melakoni pelajaran keterampilan tersebut. Sebelum masuk ke tahapan praktik, biasanya siswa diberikan teori terlebih dahulu. Guru-gurunya tak hanya dari internal sekolah, tetapi juga didatangkan dari eksternal sekolah.
Merdeka Belajar dan Potensi Diri
| SOSOK Guru Ade Suryani, Semangat Ngajar dan tak Menyerah Meski Tunanetra: Hanya Tidak Bisa Melihat |
|
|---|
| Jumat Berbagi, Lapas Kelas IIA Pematang Siantar Bagikan Bansos kepada Anak-anak di SLB Simalungun |
|
|---|
| UISU dan Polda Sumut Bersinergi untuk Pengembangan Pendidikan dan SDM |
|
|---|
| Pj Bupati Dairi Tandatangani Komitmen PPDB Tahun 2024 Berjalan Objektif, Transparan dan Akuntabel |
|
|---|
| UPT Kemendikbudristek di Sumut Gelar Pameran Bulan Merdeka Belajar 2024 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Merdeka-Belajar-SLB1.jpg)