Ramadan 1444 H

Masjid Lama Gang Bengkok, Bentuk Toleransi Umat Beragama di Kota Medan

Masjid Lama Gang Bengkok yang terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, merupakan satu di antara masjid bersejarah di Medan.

Tribun Medan/Diana Aulia
Masjid Lama Gang Bengkok yang merupakan satu di antara masjid bersejarah di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (12/4/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Masjid Lama Gang Bengkok yang terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, merupakan satu di antara masjid bersejarah di Kota Medan

Masjid tertua kedua di Kota Medan yang telah berdiri sejak tahun 1874 ini adalah salah satu saksi bisu penyebaran agama Islam di Kota Medan. 

Baca juga: Masjid Agung Kabupaten Karo, Dibangun Tahun 1965, Sering Adakan Safari Ramadan

Memiliki corak dan ornamen yang berasal dari berbagai budaya, menggambarkan bahwa Kota Medan merupakan Kota yang memiliki banyak etnis dengan tingkat toleransi yang tinggi. 

Masjid yang memiliki nama unik karena berada di sebuah jalan yang menikung patah, ternyata dibangun oleh seorang saudagar kaya dermawan berkebangsaan Cina yaitu Tjong A Fie

"Masjid ini dibangun oleh Tjong A Fie sekitar tahun 1874, Tjong A Fie adalah seorang tionghoa yang terkenal dibidang perniagaan, setelah beberapa tahun sukses di Kota Medan, beliau melihat bahwasanya di sekitar Kesawan ini banyak orang muslim melayu tetapi tidak ada Masjid, maka dari itu dia meminta ijin kepada Sultan untuk membangun masjid," ujar Wakil Ketua BKM, Nasrun Tanjung kepada Tribun Medan, Rabu (12/4/2023). 

Masjid Lama Gang Bengkok (9)
Masjid Lama Gang Bengkok yang merupakan satu di antara masjid bersejarah di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (12/4/2023).

Dia menyebutkan, tanah tempat dibangunnya Masjid Lama Gang Bengkok merupakan tanah yang diwakafkan oleh tokoh masyarakat sekitar yaitu Haji Muhammad Ali dengan gelar Datuk Kesawan. 

Hal tersebut membuktikan dan menjelaskan bahwa Kota Medan adalah Kota multi etnis yang memiliki toleransi yang tinggi serta kerukunan yang dapat hidup saling berdampingan. 

Setelah selesai pembangunan Masjid, Tjong A Fie lalu menyerahkannya kepada Sultan IX Deli, Makmun Al Rasyid Alamsyah Perkasa dan kemudian Sultan menunjuk seorang Nazir untuk mengelola masjid tersebut yaitu Syeh Muhammad Yakub, seorang penasehat Sultan Makmun.

Dan saat ini kepengurusan masjid diteruskan oleh generasi ke empatnya yaitu Nasrun Tanjung. 

Masjid yang sudah berusia 149 tahun ini memiliki infrastruktur yang unik yaitu gabungan antara 3 budaya sekaligus yaitu Tionghoa, Melayu dan Persia. 

Baca juga: WOW Masjid di Sragen Sediakan 55 Hotel Kapsul untuk Musafir dan Pemudik!

"Arsitektur dari bangunan masjid ini adalah perpaduan dari Thionghoa, bisa kita lihat dari atapnya yang berbentuk seperti klenteng, lalu juga ada perpaduan Melayu yang bisa dilihat dari ornamen-ornamennya dan warna catnya yaitu hijau dan kuning, kemudian juga ada beberapa ornamen yang identik dengan Timur Tengah," ucapnya. 

Selain itu juga terdapat 4 pilar yang berada di dalam masjid yang sama persis seperti yang berada di rumah saudagar darmawan yaitu Tjong A Fie

Empat pilar tersebut merupakan sebuah pondasi dari Masjid Lama Gang Bengkok dan hingga saat terlihat masih kokoh. 

"Pilar ini sama persis seperti yang ada di rumah Tjong A Fie, di atasnya terdapat bunga-bunga sama persis, dan ini tidak pakai besi, pilar ini hanya batu bata yang disusun," tuturnya. 

Di dalam Masjid ini juga tidak terlihat kaligrafi, tetapi terdapat berbagai fasilitas khas Melayu yang masih terjaga hingga saat ini. 

(cr10/tribun-medan.com)


Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved