Reaksi AHY, Kubu Moeldoko Muncul Lagi, Syarif Hasan Curiga Menggagalkan Pencapresan Anies Baswedan

Kubu Moeldoko muncul lagi mengugat kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono di Partai Demokrat.

Editor: Salomo Tarigan
Tribunnews.com/Chairul Umam
Syarif Hasan 

Sebab, dia menyebut Moeldoko mengajukan PK ke MA pada 3 Maret 2023, sehari setelah Partai Demokrat resmi mendukung Anies sebagai bakal calon presiden (bacapres).

"Forum Commander’s Call berpendapat, PK ini bukan tidak mungkin erat kaitannya dengan kepentingan politik pihak tertentu, tujuannya jelas, menggagalkan pencapresan saudara Anies Baswedan," ujar AHY.

Lebih lanjut, AHY menuturkan beberapa praktisi hukum mengatakan bahwa proses PK bisa menjadi bagian ruang gelap peradilan dan ada celah untuk masuknya intervensi politik.

"Jika benar ada intervensi politik dalam kaitan manuver KSP Moeldoko ini, maka keadilan hukum dan demokrasi di negeri Indonesia tercinta ini berada dalam keadaan bahaya atau lampu merah," ungkap AHY.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kemenkumham menolak permohonan pengesahan hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang.

Atas keputusan itu Moeldoko mengajukan kasasi ke MA, namun ditolak dan Partai Demokrat pimpinan AHY disebut sah.

"Tolak kasasi," bunyi amar singkat putusan MA yang dilansir dari situs resmi, Senin (3/10/2022).

Pengamat tak Heran Gerakan Moeldoko

Pengamat Politik Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin, mengaku tidak heran dengan kengototan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang masih terus berupaya melakukan kudeta terhadap Partai Demokrat yang kini dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Kalau pejuang kan harus ngotot, walaupun dalam kesalahan begitu. Namanya juga politik, tidak mengenal salah benar, adanya menang dan kalah," kata Ujang kepada Tribunnews, Rabu (5/4/2023).

Ujang menilai Moeldoko ingin membuat Demokrat lemah dengan upaya Peninjauan Kembali (PK) terhadap putusan Mahkamah Agung.

Tak hanya itu, Moeldoko juga dinilai ingi membuat Koalisi Perubahan ketar-ketir dengan apa yang tengah ditempuhnya.

"Memang ya walaupun salah dengan mengudeta, karena dia punya kuasa ya gas dan jalan terus. Ngotot ya karena ada peluang dan kesempatan dan kekuasaan yang dia pegang," kata Ujang.

Lebih lanjut, Ujang juga meyakini Moeldoko tidak mungkin berjuang sendirian dalam perkara ini.

"Pasti ada kelompok dan figur lain yang mendukungnya. Soal siapa yang mendukung, itu masyarakat pasti sudah paham," kata dia.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved