TRIBUN WIKI

Cheng Beng, Tradisi Etnis Tionghoa, Meminta Keselamatan dan Keberkahan kepada Leluhur

Tradisi yang sudah ada sejak zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang pada Dinasti Ming ini, memiliki arti terang benderang.

Penulis: Alif Al Qadri Harahap | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ALIF
Tradisi sembahyang cheng beng di kompleks pekuburan tionghoa Hessa Pelompongan, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan yang dipenuhi oleh peziarah, dilakukan umat buddha setiap tahun untuk mengenang para leluhur. 

TRIBUN-MEDAN.COM, KISARAN - Cheng Beng merupakan tradisi etnis Tionghoa untuk bersilaturahmi dengan leluhur. 

Tradisi Cheng Beng sendiri sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dan masih dilakukan hingga kini sebagai bentuk berkunjung kepada makam para luhur. 

Seperti, di kompleks pekuburan Tionghoa Hessa Pelompongan, Kecamatan Air Batu, Kabupaten Asahan yang dipenuhi oleh peziarah, Kamis (30/3/2023). 

Tak hanya berasal dari Kabupaten Asahan, banyak peziarah datang dari luar kita hanya untuk beesilaturahmi dengan leluhurnya. 

Ritual sembahyang Cheng Beng ini, dilakukan 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah hari raya cheng beng itu sendiri yang jatuh pada tanggal 5 April. 

Momen Cheng Beng juga dijadikan salah satu momen bagi para perantau untuk pulang kekampung halaman sembari bersilaturahmi dengan para leluhur. 

Bustami Chie Pit, warga Tionghoa Kabupaten Asahan saat dijumpai Tribun Medan mengaku, Cheng Beng merupakan sembahyang penting bagi ajaran Buddha. 

Sebab, menurutnya, Cheng Beng semestinya tidak boleh dilewatkan oleb para perantau untuk kembali pulang ke kampung halaman. 

"Anak rantau, kalau sudah Cheng Beng, itu wajib pulang. Kalaupun dia Imlek tak sempat pilang, kalau Cheng Beng itu harus dipaksakan pulang untuk sembahyang di makam leluhur," Kata Chie Pit. 

Cheng Beng merupakan cara warga Tionghoa untuk menjaga tradisi leluhur denga cara melakukan kegiatan berkumpul di pusara leluhur dengan melafalkan doa-doa sembari membakar dupa. 

"Biasanya kalah sembahyang Cheng Beng ini meminta keselamatan, diberikan kesehatan, keberatan, dan rezeki sepanjang tahun," katanya. 

Tradisi yang sudah ada sejak zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang pada Dinasti Ming ini, memiliki arti terang benderang.

Dengan harapan, para peziarah yang meminta kepada leluhur akan mendapatkan cahaya hidup. 

(cr2/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved