Breaking News

Materi Belajar

Mengenal Negara-negara Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Materi Belajar Sejarah Kelas 12

Mengenal negara-negara pendukung kemerdekaan Indonesia akan dibahas pada materi belajar sejarah kelas 12 berikut ini.

Penulis: Rizky Aisyah |
HO / TRIBUN
Mengenal negara-negara pendukung kemerdekaan Indonesia 

TRIBUN-MEDAN.com.MEDAN – Mengenal negara-negara pendukung kemerdekaan Indonesia akan dibahas pada materi belajar sejarah kelas 12 berikut ini.

Untuk dapat benar-benar terbebas dari penjajah dan merdeka menjadi sebuah negara, Indonesia harus memenuhi dua unsur: unsur konstitutif dan unsur deklaratif. Apa yang dimaksud dengan kedua unsur tersebut? mari berdiskusi

Dilihat dari segi komponen wilayah, rakyat dan pemerintahan yang berdaulat, Indonesia adalah negara yang telah mencapai hal tersebut. Namun setelah deklarasi, Indonesia masih gagal memenuhi unsur deklaratif yaitu pengakuan dari negara lain. Itu sebabnya Indonesia membutuhkan dukungan dan pengakuan.

Indonesia membutuhkan dukungan dan pengakuan dari negara lain. Untungnya, kurang dari setahun setelah proklamasi, Indonesia mendapat dukungan dari banyak negara. Negara-negara pertama yang mendukung dan mengakui kemerdekaan india adalah Mesir, India, dan Australia.

Mesir

Bantuan Mesir ke Indonesia berlanjut pada 13-16 Maret 1947, saat Konsul Jenderal Mesir Muhammad Abdul Mun'im berkunjung ke Yogyakarta. Tujuan kunjungannya adalah untuk menyampaikan pesan Liga Arab dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Mesir memainkan peran penting dalam mengakui kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, Mesir merupakan negara yang kerap mengusulkan pengakuan kemerdekaan Indonesia kepada anggota Liga Arab.

Dan pada tanggal 10 Juni 1947, ditandatangani perjanjian persahabatan antara Indonesia dan Mesir. Di pihak Indonesia, Haji Agus Salim, A.R. Baswedan, Nazir Pamoentjak dan Rasjidi. Sedangkan pihak Mesir diwakili oleh Mahmud Fahmi Nokrashi. Maka, untuk pertama kalinya, Pasukan Republik Indonesia mendirikan kedutaan Indonesia di luar negeri.

India

Pada tahun 1946 india melakukan diplomasi beras dengan India. india menyediakan 500.000 ton beras ke India yang saat itu sedang kekurangan pangan akibat penjajahan Inggris. jadi kamu tahu apa? Padahal, diplomasi yang dilakukan Sutan Syahrir lebih bersifat politis. Mengapa? Peran india di India menjadikan India sebagai salah satu negara di Asia yang terus menyuarakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Setelah itu, India mengusulkan diadakannya Konferensi Antar-Asia atau Konferensi New Delhi pada tanggal 20-25 Januari 1949, dan pemrakarsanya adalah Pandit Jawaharlal Nehru. Bahkan, Yes Quad India mengirimkan pesawat untuk menjemput delegasi india bernama H. ​​Agus Salim. Konferensi ini sendiri dihadiri oleh beberapa negara seperti Arab Saudi, Ethiopia, Burma, Iran, Irak, Australia, Afghanistan, Selandia Baru, Yaman, Sri Lanka, Nepal, Republik Rakyat China dan Thailand.

Lalu, apa hasil dari Konferensi Antar-Asia ini? Jadi Nehru mempresentasikan hasilnya ke Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Pada 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi menindaklanjuti hasil Konferensi New Delhi.

Ya, India juga mengecam invasi militer Belanda II terhadap india.

Australia

Secara geografis, Indonesia sangat dekat dengan Australia, sehingga Australia sangat vokal mendukung kemerdekaan Indonesia. Salah satu bentuk dukungannya adalah peristiwa "Armada Hitam" pada tanggal 24 September 1945. Saat itu terjadi boikot besar-besaran terhadap kapal-kapal milik Belanda di pelabuhan Brisbane, Sydney, Melbourne dan Fremantle yang membawa senjata Belanda ke Indonesia. .

Kasus tersebut didukung oleh Partai Buruh Australia, yang saat itu menguasai pemerintah Australia. Lantas apa akibat dari insiden Black Armada? Akibatnya, lebih dari 400 kapal milik Belanda yang berlabuh di Australia tidak dapat melanjutkan pelayarannya ke Indonesia. Buruh Sydney Harbour juga menggelar aksi protes di depan kedutaan Belanda dengan mengangkat spanduk bertuliskan, “hands off Indonesia”.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved