Pemkab Dairi

Toluhuta Collection Produk Sepatu dari Tenun Silalahi Dihadirkan di Ajang F1H20 Lake Toba

Acara ini adalah jamuan makan malam atau gala dinner untuk seluruh pembalap F1H20 atau F1 PowerBoat Lake Toba.

Editor: Satia
Dok. Pemkab Dairi
Tenun ulos Silalahi dari Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi akan hadir dalam bentuk sepatu di ajang balap air dunia F1H20 atau F1 PowerBoat Lake Toba. 

TRIBUN-MEDAN.COM, SIDIKALANG - Tenun ulos Silalahi dari Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi akan hadir dalam bentuk sepatu di ajang balap air dunia F1H20 atau F1 PowerBoat Lake Toba.

Sepatu ini diproduksi oleh brand Aur dan berada di lini koleksi Toluhuta Collection.

Menurut pendiri brand Aur Dimitria Tabitha, untuk pertama kali mereka akan meluncurkan produk hasil kolaborasi dengan brand sepatu From Finest Creatures (FFC), di acara Dairi’s Cultural Night Dinner.

Acara ini adalah jamuan makan malam atau gala dinner untuk seluruh pembalap F1H20 atau F1 PowerBoat Lake Toba.

Pemerintah Kabupaten Dairi sebagai tuan rumah akan menggelar acara ini di Toba Ballroom Labersa Hotel, Kabupaten Toba, Sabtu (25/2/2023).

“Tentunya kolaborasi ini didasarkan atas persamaan visi dan misi antara Aur dan FFC. Kami menggandeng Aris Soenjoto selaku pemilik sekaligus designer dari FFC yang sudah memiliki pengalaman dalam membantu proyek brand-brand ternama seperti KITH, Atmos, Justin Bieber, New balance, dan beberapa brand lainnya,” kata Dimi, panggilan akrab Dimitria, Rabu (22/2/2023).

Dimi mengatakan, kolaborasi ini akan berusaha mengembangkan produk-produk turunan lain berbahan tenun agar tetap dapat digunakan dan tak lekang oleh waktu.

"Ke depannya, produk-produk berbahan tenun dapat diakui, dibanggakan, dan dipakai secara masif oleh semua kalangan khususnya anak muda, seperti halnya batik,” ujarnya.

Dia menambahkan, bahan sepatu dibuat dari upcycle material, contohnya footbed dan lining.

Material upcyle adalah bahan sisa atau yang sudah tidak dipakai oleh brand-brand lain sehingga tidak ada bahan yang terbuang.

“Jadi gak ada bahan yg dibuat baru, tapi kita cari bahan yang bakal dibuang, bersihin, testing,  dan produksi. Solnya sendiri dibuat dari karet yang merupakan bahan natural.  Selain itu liningnya terbuat dari satin yang merupakan material yang lebih mewah,” kata gadis yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 dari Inggris ini.

Menurutnya,  Aur dan FFC adalah bentuk simbiosis mutualisme dan bisa memberdayakan lebih banyak orang.

“Kami tidak melakukan mass production karena semua proses pembuatan bahan atas sepatu dilakukan menggunakan tangan sehingga kuantitas yang dihasilkan lebih terbatas,” katanya.

Kata Dimitri, Aur dan FFC berkolaborasi karena ingin membuat produk-produk diversifikasi dari tenun yang dapat dipakai oleh siapa saja dari semua kalangan, sehingga penggunaan tenun tidak berhenti sebagai bahan atau syal saja, seperti layaknya zaman dulu.

“Oleh karena itu kami menetapkan sepatu sebagai bentuk pertama dari kolaborasi ini,” kata Dimi.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved