Breaking News

Budaya

Mengenal Keteng-keteng, Alat Musik Tradisional Karo yang Dipakai dalam Acara Erpangir Ku Lau

Uniknya, keteng-keteng juga memiliki senar, namun bukan dari nilon atau besi, melainkan terbuat dari kulit bambu.

TRIBUN MEDAN/Muhammad Nasrul
Anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang tergabung ke dalam sanggar seni, memainkan keteng-keteng yang merupakan alat musik tradisional masyarakat Karo. 

TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Masyarakat suku Karo memiliki puluhan alat musik tradisional yang terbuat dari hasil kekayaan alam.

Satu di antaranya yakni Keteng-keteng, sebuah alat musik yang terbuat dari bambu ini dikenal dengan alat musik yang menghasilkan suara merdu.

Sejatinya, tidak jarang keteng-keteng selalu dimainkan dalam berbagai acara adat, baik itu pesta tahunan hingga upacara kematian.

Alat Musik Karo,Keteng-keteng
Alat Musik Karo, Keteng-keteng (HO)

Uniknya, keteng-keteng juga memiliki senar, namun bukan dari nilon atau besi, melainkan terbuat dari kulit bambu.

Dahulu, alat musik ini kerap dijadikan sebagai media dalam upacara Erpangir Ku Lau oleh masyarakat Karo.

Erpangir Ku Lau merupakan suatu upacara mandi yang biasanya dilakukan di danau atau sungai dengan tujuan tertentu seperti mengobati suatu jenis penyakit tertentu, ataupun menyembuhkan seseorang dari pengaruh sihir dan lainnya.

Sehingga bisa dibilang, alat musik ini berperan penting dalam kehidupan masyarakat suku Karo

Cara memainkan alat ini juga sangat sederhana seperti layaknya memukul alat musik drum, namun cara memukulnya lebih halus.

Umumnya, Keteng-keteng terbuat dari bambu yang telah tua atau disebut buluh belin, bambu dipotong  sesuai ukuran ruasnya.

Kemudian kulit bambu pada bagian tengah dikupas beberapa bagian dengan ukuran-ukuran kecil, namun kupasan itu tidak sampai lepas, itulah yang dianggap sebagai senar di keteng-keteng, senar tersebut yang dipukul untuk menghasilkan bunyi merdu.

Alat pemukulnya juga terbuat dari bambu berukuran kecil dan ramping.

Bunyi keteng-keteng pun dihasilkan dari dua buah senar yang dibuat dari kulit bambu itu tersebut.

Pada ruas bambu tersebut dibuat satu lobang resonator dan tepat di atasnya ditempatkan sebilah potongan bambu, dengan cara melekatkan bilahan itu ke salah satu senar keteng-keteng

Bilahan bambu itu disebut gung, karena peran musikal dan warna bunyinya menyerupai gung dalam Gendang Lima Sendalanen. 

Bunyi musik yang dihasilkan keteng-keteng merupakan gabungan dari alat-alat musik pengiring Gendang Lima Sendalanen (kecuali sarune).

Memang, dahulu keteng-keteng dimainkan dalam acara-acara tertentu saja, namun saat ini alat musik Keteng-keteng dapat dengan bebas dimainkan dalam acara apapun.

Saat ini, alat musik keteng-keteng dapat dengan mudah dibeli secara online ataupun di toko alat musik tradisional di Karo, dengan harga beragam mulai dari Rp 500 ribu. 

(dok/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved