Viral Medsos

HEBOH, Wanita Ini Jadi Incaran Interpol Lantaran Kasih Contekan ke Siswa saat Ujian

Yang mengejutkan, ia menjadi target pengejaran karena membantu sejumlah siswa menyontek agar lulus ujian masuk perguruan tinggi.

Editor: Liska Rahayu
CNN
Poh Yuan Nie jadi kejaran interpol karena membantu sejumlah siswa menyontek saat ujian pada 2016 lalu. 

TRIBUN-MEDAN.com - Baru-baru ini kabar seorang perempuan asal Singapura yang diburu interpol ramai di media sosial.

Diketahui, seorang perempuan asal Singapura menjadi target pengejaran Organisasi Polisi Kriminalitas Internasional atau Interpol.

Yang mengejutkan, ia menjadi target pengejaran karena membantu sejumlah siswa menyontek agar lulus ujian masuk perguruan tinggi.

Poh Yuan Nie, 57 tahun, dilaporkan telah melarikan diri dari Singapura setelah mendalangi penipuan rumit selama berlangsungnya ujian tahunan GCE O Level, yang dijalani siswa tahun terakhir sekolah menengah.

Dalam aksinya, Poh dan tiga tutor lainnya, memberi jawaban kepada siswa-siswa tersebut menggunakan sistem kamera badan, earphone, dan perangkat bluetooth.

Dilansir CNN, Jumat (3/2/2023), Poh diputus bersalah oleh pengadilan Singapura dan dijatuhi hukuman penjara empat tahun karena penipuan.

Namun, ia tak muncul di pengadilan dan dilaporkan melarikan diri dari Singapura.

Menurut dokumen awal persidangan, Poh dan tiga komplotannya, keponakannya, Fiona Poh, mantan kekasihnya Tan Jia Yan dan seorang warga negara China, Feng Riwen, dibayar masing-masing 8.000 dolar Singapura atau setara Rp81 juta, oleh seorang pria dari China.

Poh Yuan Nie jadi kejaran interpol karena membantu sejumlah siswa menyontek saat ujian pada 2016 lalu.
Poh Yuan Nie jadi kejaran interpol karena membantu sejumlah siswa menyontek saat ujian pada 2016 lalu. (CNN)

Mereka dibayar untuk membantu enam siswa berusia antara 17 dan 20 tahun, yang juga dari China, agar lulus ujian GCE pada 2016, sehingga mereka bisa masuk kampus setempat.

Pembayaran itu akan dikembalikan jika para siswa tak lulus ujian.

Di bawah instruksi Poh, keenam siswa menggunakan earphone dengan warna kulit dan ponsel serta peralatan bluetooth yang terpasang di tubuh. Sementara Tan berpura-pura menjadi siswa di tempat yang sama dan mendapat kertas soal yang sama.

Dengan bantuan kamera ponsel yang dipasang di dadanya, Tan menyiarkan langsung lembar pertanyaan itu kepada Poh dan dua pengajar lainnya, yang kemudian menyusun jawaban dan memberikannya kepada para siswa.

Suasana menjadi heboh saat seorang pengawas ujian mendengar suara-suara yang tak biasa dari salah satu siswa. Siswa itu pun akhirnya mengakui kecurangan itu saat ditanyai.

Setelah persidangan selama setahun yang berakhir pada 2020, Poh dinyatakan bersalah atas 27 tuduhan kecurangan dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara.

Red Notice Poh di Interpol menyertakan tuduhan kepadanya tentang bersekongkol melakukan kecurangan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved