Berita Viral

VIRAL Kisah Riska Mahasiswi UNY Pejuang UKT yang Harus Berpulang di Tengah Perjuangan

Kisah Riska mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pejuang UKT yang harus berpulang di tengah perjuangan itu cukup menarik atensi warganet.

Penulis: Putri Chairunnisa |
HO / Tribun Medan
Kisah Riska Mahasiswi UNY Pejuang UKT yang Harus Berpulang di Tengah Perjuangan 

TRIBUN-MEDAN.COM – Baru-baru ini viral di media sosial kisah Riska mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pejuang Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus berpulang di tengah perjuangan.

Kisah Riska mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pejuang UKT yang harus berpulang di tengah perjuangan itu cukup menarik atensi warganet.

Seorang pemuda menceritakan kisah Riska mahasiswi UNY pejuang UKT yang harus berpulang di tengah perjuangan itu melalui sebuah cuitan di akun Twitter miliknya.

“Di antara semua kepahitan kisah mahasiswa UNY yang saya kenal, mungkin ini cerita yang paling getir. Cerita ini tentang seorang perempuan kecil. Sayang ia tak bisa mengisahkan kepada pembaca secara langsung, karena tepat 9 Maret 2022 ia telah meninggal dunia,” cuit @rgantas pada Rabu (11/1/23)

Pemuda yang bernama Ganta Semendawai itu pun menceritakan kisah pilu yang menimpa temannya itu.

Riska merupakan seorang gadis yang berasal dari desa terpencil di Purbalingga.

Pada tahun 2020, Riska diterima di UNY untuk melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Pendidikan Sejarah.

Ia bukan dari golongan keluarga yang berada, namun berbekal tekad dan uang Rp 130 ribu untuk ongkos dan sangu seminggu, ia tetap berangkat ke Yogya untuk mengejar cita-citanya.

Ibunya adalah seorang pedagang sayur gerobak di pinggir jalan yang berusaha menghidupi Riska dan keempat adiknya yang belum lulus sekolah.

Namun naas, dengan kondisi ekonomi demikian, Riska malah mendapat UKT golongan 1 senilai Rp 3.14 Juta.

Hal itu pula yang saat itu hampir mengubur impian Riska.

“Kala itu Ia hampir mengubur asa untuk berkuliah. Beruntungnya, guru-guru di sekolahnya mau membantu UKT pertamanya. Desir harapan pun hadir. Ia resmi menjadi mahasiswa UNY,” ungkap Ganta.

Namun sayang, gadis yang dikenal periang itu harus menjalani hari berselimut kecemasan tiap waktu pembayaran UKT kian mendekat.

Bukan main bingungnya Riska mencari dana untuk membayarkan uang kuliahnya, belum lagi ancaman putus kuliah terus menghantuinya.

Riska juga sudah melakukan berbagai cara namun hasilnya tak berbuah manis.

“Tidak kurang-kurang usaha yang ia lakukan agar bisa melanjutkan studi. Segala cara dia coba, dari mencari beasiswa hingga mengambil part time. Menurut saya praktis semua usaha sudah ia coba. Namun hasilnya lebih sulit dari yang diduga,” jelas Ganta.

“Bahkan sebenarnya di awal perkuliahannya, ia sempat bolak-balik dri Rektorat UNY untuk mengajukan keberatan terhadap nominal UKTnya. Tapi, menurutnya, ia: ‘kaya bola yang lagi dimaenin oper sana-sini gak jelas’,”

“Pengalaman Riska nampak tak asing bagi kita yang berhadapan dengan birokrasi,” lanjutnya.

Keterbatasan ekonomi membuat Riska selalu berhati-hati menggunakan uangnya.

Hal itu pula yang membuat teman-temannya kerap kali membantunya.

Suatu hari ia mendapat abon dari temannya, abon itu lah yang menjadi lauk nasinya setiap hari.

Keadaan membentuk Riska menjadi gadis yang begitu kuat.

“Salah satu hal yang membuat Riska berusaha kuat, ialah ambisinya untuk menjadi sarjana. Agar di satu masa ia dapat membantu masa depan adik-adiknya,” ungkap Ganta.

“Riska pernah bilang, bila akhirnya dia tidak bisa melanjutkan kuliahnya. Ia ingin kerja agar dapat menguliahkan adiknya. Dia ingin mewujudkan mimpi adiknya,” lanjutnya.

Ganta mengatakan dirinya sempat membantu Riska dengan menghubungkannya dengan salah satu petinggi kampus untuk permohonan keringanan UKT.

Setelah mengurus beberapa berkas, permohonan Riska dikabulkan, namun hanya turun ± Rp 600 ribu.

Ketika pandemi kondisi ekonomi Riska menjadi lebih sulit, keluarganya bahkan sampai mencoba meminjam uang.

Saat itu semesta masih mengizinkan Riska melanjutkan studinya, namun keadannya masih belum aman juga lantaran ia masih harus memikirkan biaya untuk semester selanjutnya.

Sampai akhirnya terdengar kabar yang kurang baik tentang Riska.

“Ada dua kabar berbeda. Ada yang mengatakan ia akhirnya menyerah. Ada juga yang bilang dia cuti dan mencari kerja untuk membayar UKT semester selanjutnya. Saya sendiri lebih percaya yang nomor dua. Orang segigih dia tak mungkin menyerah.” Ujar Ganta.

“Namun, entahlah saya tidak benar-benar tau. Banyak yang ingin saya tanyakan sendiri. Apa benar ia menyerah? Mengapa ia tidak meminta bantuan/sekedar mengabarkan? Semua pertanyaan itu tidak mungkin dijawabnya secara langsung lagi. Karena tepat 9 Maret 2022 ia sudah meninggal dunia,” lanjutnya.

Kepergian Riska menguak fakta bahwa ia hanyalah manusia biasa yang tak sekuat itu.

“Namun, nyatanya ia tidak setangguh itu. Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancamanan putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah,” jelas Ganta.

“Ia pun menyerah pada 9 Maret 2022. Meninggalkan keluarganya beserta mimpi-mimpinya. Saya kehilangan satu teman berharga. Negara ini kehilangan satu potensi besar yg kelak membangun bangsa. Dan kita kehilangan satu lagi orang baik di dunia,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Ganta juga mengatakan bahwa Riska sempat ingin berpartisipasi dengan beberapa mahasiswa UNY yang berencana membangun Bank UKT untuk membantu teman-teman yang tidak mampu membayar UKT lantaran ia tau betul rasanya kesulitan.

Apa yang menimpa Riska membuat Ganta menyoroti masalah penyesuaian UKT untuk mahasiswa sesuai dengan kapasitasnya.

Ganta pun tak segan-segan menyentil Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim selaku Pemegang tongkat kuasa tertinggi atas pendidikan di Indonesia untuk membenahi hal ini.

“Kisah Riska bukan untuk dilupakan. Ini harus memiliki makna perbaikan untuk UNY & seluruh PTN. Nadiem harus membaca Riska, Nadiem harus bicara soal Riska, Nadiem harus belajar dari Riska. Karena tulisan ini dipersembahkan untuknya. Nadiem wajib bertindak,” tutupnya.

(cr32/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved