Berita Medan

Peringati Hari HAM Internasional, JAMSU Turut Gelar Bazar Produk Pertanian Organik

Jaringan Advokasi Masyarakat Sipil Sumatera Utara (JAMSU) menggelar bazar hasil pertanian organik.

Tribun Medan/Husna Fadilla Tarigan
Bazar produk pertanian lokal dan hasil tani tersebut merupakan hasil tani non kimia, yang hadir dalam perayaan hari Hak Asasi Manusia Internasional yang diselenggarakan Jaringan Advokasi Masyarakat Sipil Sumatera Utara (JAMSU) 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Jaringan Advokasi Masyarakat Sipil Sumatera Utara (JAMSU) menggelar pentas budaya dan pemberian penganugerahan kepada pejuang Hak Asasi Manusia dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Manusia Internasional.

Selain memberikan penghargaan dan beberapa penampilan seni dari komunitas, kegiatan ini juga dimeriahkan oleh hadirnya bazar hasil pertanian organik. 

Baca juga: Peringati Hari HAM Sedunia, JAMSU Beri Penganugerahan pada Pejuang Hak Asasi Manusia

Ketua Panitia bazar, Juniaty Aritonang mengataakan bazar produk pertanian organik berasal dari berbagai wilayah, di antaranya ada dari Serdangbedagai, Tanah Karo, Deliserdang, dan Dairi.

"Ada dari beberapa daerah ya, seperti Serdangbedagai, Tanah Karo, Deliserdang, dan Dairi, mereka memasarkan hasil tani mereka berupa hasil tani organik. Salah satunya ada beras organik dari Serdangbedagai," ujar Juniaty, Selasa (13/12/2022).

Salah satu kelompok tani dari Yayasan Bitra Indonesia Serdangbedagai, Frenty Jaya Winanda menyampaikan, hasil tani organik yang dipamerkan adalah hasil dari beberapa petani yang membentuk kelompok dalam menghasilkan produk organik. 

"Jadi ada beberapa petani  yang membentuk kelompok untuk penjaminan mutu organik yang ada dilahannya. Sejauh ini tanaman yang ditanam yakni, beras merah dan putih, beberapa jenis sayuran, seperti kacang, sawi dan lainnya," ujar Frety. 

Baca juga: JAMSU Menilai UU Desa Kini Dihambat Peraturan Pemerintah, Berikut Penjelasannya

Frety menjamin hasil tani tersebut benar organik, sebab sudah diukur dan tersertifikasi melalui sistem ICS. 

"Kita asli tidak menggunakan pupuk kimia dan juga tanpa racun, kalau pupuknya kita gunakan kotoran ternak yang di fermentasikan dan ada lembah biogas. Juga untuk pestisidanya digunakan pestisida nabati, yang dibuat dari bahan alami, yang terkandung unsur dasarnya itu ada pedas dan pahit, nah itu yang digunakan pestisida nabati," pungkasnya.

(cr26/tribun-medan.com) 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved