Piala Dunia di Kedai Tok Awang
Modric tak Pernah Takut Messi
Kalah 0-3 di Piala Dunia 2018 membuat Argentina waspada. Argentina tahu daya sengat Kroasia. Argentina paham betul Krosia tak boleh dikasih angin.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Adapun di kubu Argentina hanya tiga pemain tersisa; Nicholas Otamendi, Angel di Maria, dan Lionel Messi.
Apakah mereka trauma? Barangkali tidak persis begitu. Luka atas kekalahan itu rasa-rasanya belum seberapa jika dibanding, misalnya, luka Brasil tatkala dipermalukan Jerman 1-7 di kandang sendiri.
Toh, walau kalah, Argentina tetap lolos dari fase penyisihan.
Namun tentunya mereka jadi jauh lebih waspada. Argentina tahu daya sengat Kroasia. Argentina paham betul Krosia tak boleh dikasih angin.
"Ibarat kata kalok dibiarkan ngelunjak. Makanya, kalok nggak mau rusak, harus dimatikan cepat-cepat,” kata Lek Tuman yang dibenarkan Jontra Polta.
“Tapi masalahnya, sampek pertandingan perempat final kemarin, enggak ada yang bisa matikan orang itu,” sergah Jek Buntal. “Jangankan yang cepat-cepat, yang lambat-lambat jugak tak ada. Brasil yang paling dekat, sudah hampir menang, tapi itulah, masih ada 15 menit perasaan udah di atas angin pulak orang tu. Dimasukkan pelatihnya ampas kayak Si Fred. Rusak ke mana-mana jadinya.”
Singgungan perihal Fred, tumben, tidak lantas membuat percakapan bergeser ke Brasil. Lek Tuman, Mak Idam, Leman Dogol, dan Jontra Polta menyebut kekonyolan Tite, kecil kemungkinan kembali diulang Lionel Scaloni, Pelatih Kepala Argentina.
Selain memang tidak memiliki pemain seperti Fred, gaya bermain Argentina juga cenderung lebih rapat ketimbang Brasil. Di lain sisi, lebih nakal juga.
Ini kelihatan sekali pada laga kontra Belanda. Pola 3-5-2 kerap bertransisi jadi 5-3-2, dengan Rodrigo De Paul dan Alexis MacAllister, pemain berdarah Irlandia sebagai poros permainan di lini tengah bersama Enzo Jeremías Fernandez yang nyaris tidak pernah berhenti bergerak sepanjang laga. Dia masih bisa melakukan sprint, lari kencang dengan intensitas tinggi di menit-menit akhir babak perpanjangan waktu.
Dengan kata lain, Argentina, lebih bertenaga ketimbang Brasil. “Dan satu lagi, jangan pernah dilupa, mereka punya Messi. Brasil tidak punya. Ada Neymar, tapi dia nggak seperti Messi,” ujar Jontra Polta
Pada intinya, Brasil tidak memiliki gelandang kreatif. Mereka bermain dengan dua pemain bertipikal pivot, pemain yang lebih kuat dalam bertahan ketimbang menyerang pada diri Casemiro dan Lucas Paqueta.
Ini membuat Tite menempatkan Neymar benar-benar sebagai pemain nomor 10. Posisi yang sebenarnya sudah lama tidak ia tempati, termasuk di klub.
Neymar canggung dengan posisi ini. Messi, terang saja, tidak. Sebaliknya ia justru amat nyaman menjadi sentral dari segenap alur permainan Argentina. Messi menggendong Argentina sepenuhnya, dan tak masalah, lantaran memang ini yang ia kehendaki.
“Iya, karena sebenarnya memang masih sanggup jugak dia. Soal menggendong ini, Ronaldo pastilah mau jugak. Masalahnya, dia yang nggak kuat lagi. Udah gemetar lututnya. Udah berasap. Makanya didudukkan Santos dia di bangku cadangan,” kata Lek Tuman sembari tertawa.
Dalam upayanya menggendong Argentina, Messi mendapat bantuan dari pemain-pemain muda, plus para senior yang tunduk pada segenap “titah-perintahnya”.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/messimodric2.jpg)