Piala Dunia di Kedai Tok Awang
Jepang tanpa Beban, Korea? Ah, Sudahlah
Jepang yang tidak punya beban dianggap lebih punya peluang melangkah lebih jauh di Piala Dunia 2022 ketimbang wakil Asia lainnya, Korea Selatan.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Jepang mengejutkan publik sepak bola sejagat raya setelah menekuk dua juara dunia, Spanyol dan Jerman. Keduanya ditekuk dengan skor 2-1. Lewat laga-laga yang berlangsung menegangkan.
Maka alih-alih menjadi juru kunci sebagaimana yang awalnya banyak diprediksi, Jepang justru melangkah ke fase 16 besar dengan status juara grup. Kemenangan atas Spanyol sekaligus mengirim pulang Jerman, memaksa mereka menelan pil pahit: gugur di fase penyisihan grup di dua edisi piala dunia secara beruntun.
Di babak gugur, Jepang akan menghadapi kekuatan baru sepak bola, Kroasia. Sejak keberhasilan menembus semi final Piala Dunia 1998, Kroasia secara konsisten terus berada di level atas –dalam arti selalu lolos ke putaran final
Piala Dunia dan Piala Eropa. Dua edisi Piala Eropa terakhir mereka sampai di 16 besar (masing-masing kemudian kalah dari Portugal dan Spanyol, lewat mekanisme perpanjangan waktu). Adapun di Piala Dunia 2018 lolos ke final.
Pemain-pemainnya juga kian masif menyebar di kompetisi-kompetisi elite Eropa. Beberapa di antaranya bahkan menjelma bintang. Katakanlah seperti Marcelo Brozovic yang jadi andalan Inter Milan, Matei Kavacic, Ivan Perisic dan –sudah barang tentu– sang legenda hidup, Luka Modric.
Di edisi Piala Dunia 2022, Kroasia menampilkan performa stabil. Mereka bermain imbang dua kali melawan Maroko dan Belgia, serta menggulung Kanada 4-1. Kroasia lolos sebagai runner up grup.
“Status runner up Kroasia ini, lah, yang menurut saya jadi akar masalah,” kata Zainuddin. “Hitung-hitungannya jadi kacau. Walau enggak bisa dibilang bagus-bagus kali, Kroasia masih mengerikan untuk Spanyol. Ketimbang Kroasia, mereka lebih memilih melawan Maroko yang juara grup.”
“Jadi menurut Pak Guru selentingan-selentingan itu betul?” sergah Jek Buntal. “Spanyol memang sengaja enggak ngotot untuk menang melawan Jepang?”
Zainuddin terbatuk kecil, lalu buru-buru diseruputnya sanger dingin yang belum lama diantarkan Ocik Nensi.
“saya enggak bilang begitu, ya,” ucapnya setelah sejenak mengatur napas. “Hanya saja, memang, di dalam satu kejuaraan, sah-sah saja untuk mengatur strategi seperti itu. Namanya juga mau cari selamat. Terpenting, kan, bukan sepak bola gajah. Apalagi sampai sengaja mencetak gol ke gawang sendiri.”
“Kayak Vietnam dan Thailand di Piala AFF, lah, ya, Pak Guru,” sahut Jek lagi. Zainuddin mengangguk, lalu menyebut, pertandingan ini telah diselidiki AFF dan AFC, dan hasilnya diputuskan tidak ada pelanggaran.
Leman Dogol yang sedang menyantap mi instan kuah, di sela-sela kunyahannya yang seru, menyinggung perihal karma. Menurutnya, kalau benar begitu maka Spanyol harus hati-hati. Lebih memilih Maroko ketimbang Kroasia, bisa jadi situasi akan berbalik.
“Maroko enggak akan jadi juara grup kalok tak paten. Kelen tengok, lah, main orang tu waktu lawan Belgia. Dahsyat kali! Belum lagi kalok kita tarek panjang ke belakang. Ke babak kualifikasi Afrika. Maroko ini satu-satunya tim yang gak pernah kalah. Tujuh kali menang sekali imbang. Jadi, anggap sepele, lah, terus Spanyol itu, salah-salah bisa telungkup, nangis-nangis pulang kayak Jerman,” ujarnya.
Maroko, imbuh Leman lagi, bisa melanjutkan kejutan. Pula demikian Jepang. Turun ke lapangan tanpa beban apa-apa akan membuat Pasukan Samurai Biru tampil lepas.
Sebaliknya Kroasia. Mereka memang tidak ditempatkan di jajaran unggulan-unggulan utama seperti Brasil, Perancis, atau Argentina, tapi setidaknya dalam pertandingan ini mereka dinilai lebih potensial ketimbang Jepang.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/jepangmenangss2.jpg)