Gempa Cianjur

Demi Luapkan Hasrat Seksual, Pengungsi Dirikan 'Tenda Sakinah', Pakai Daftar Jadwal Pasutri

Lebih sepekan pengungsi Gempa Cianjur tinggal di tenda. Sejumlah orang berinisiatif mendirikan tenda sakinah untuk aktivitas Pasutri

HO
Lebih sepekan pengungsi Gempa Cianjur tinggal di tenda. Sejumlah orang berinisiatif mendirikan tenda sakinah untuk aktivitas Pasutri 

TRIBUN-MEDAN.com - Gempa Cianjur masih terus terasa sejak guncangan pertama pada 21 November 2022. 

Gempa Cianjur dengan kekuatan 5,6 Magnitudo ini menelan 327 orang meninggal dunia dan puluhan ribu mengungsi. 

Para warga yang rumahnya ambruk mengungsi di tenda yang sudah disediakan. 

Lebih sepekan bencana ini, para pengungsi mulai merasakan frustasi karena tak memiliki uang. Sementara logistik yang diberikan pemerintah mulai tipis. 

Akibat ini para pengungsi gempa Cianjur tampak mulai mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama di pengungsian, ternyata tak hanya terjadi di sepanjang jalan utama yang melintas di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kamis (1/12/2022). 

Puluhan pengungsi yang mengemis juga terlihat di jalan-jalan utama di Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Talaga, dan Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang.

Pengungsi yang mengemis juga terlihat di Desa Nagrak di Kecamatan Cianjur.

Tak hanya bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan anak-anak juga ikut mengemis.

Bahkan ada juga seorang ibu yang mengemis sambil menggendong bayinya.

Sebagian dari mereka menggunakan jaring yang bertangkai untuk memudahkan menerima uang dari para pengendara.

Ada juga yang meggunakan gayung panjang, topi, atau kardus. Bahkan ada pula yang menggunakan panci bertangkai agar mudah menerima uang.

"Buat sembako, Kang," ujar salah seorang pengungsi, sambil menyodorkan gayung kepada pengendara.

Saat mengemis mereka tak pernah terlihat sendiri. Minimal berdua. Tapi ada juga yang berkelompok, tujuh hingga sepuluh orang.

Ujang Wandi (43), Koordinator Posko 2 pengungsian di Kampung Panahegan, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, mengatakan para pengungsi terpaksa meminta sumbangan karena tak semua bantuan yang datang bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

"Yang paling kurang itu, seperti telor dan sejenisnya. Kami juga harus menjaga pola makan agar tidak gampang sakit. Jika terus memakan mi setiap hari, kami takut akan bermasalah ke depannya," ujarnya.

Ujang mengatakan, mereka bukannya tak bersyukur dengan beragam bantuan tersebut, namun stok yang berlebihan dan tidak terpakai sangat mubazir. Di sisi lain, untuk mencukupi berbagai kebutuhan yang tak ada dalam bantuan itu, warga Panahegan pun akhirnya mencari sumbangan di pinggir jalan.

"Uangnya nanti kami belikan gas, dan kalau bisa akan kami gunakan untuk membelokkan pipa air karena sudah kering di sini," ujarnya.

Korban gempa Cianjur meminta bantuan ala kadarnya
Korban gempa Cianjur meminta bantuan ala kadarnya di Kampung Panahegan, RT 02/RW 02, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Selasa (29/11/2022).

Tenda Sakinah untuk Aktivitas Suami Istri

Dikutip dari antaranews, warga di Desa Pasir Goong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berinisiatif mendirikan tempat khusus untuk aktivitas pasangan suami istri yang diberi nama "tenda sakinah".

Penggagas Feri R Firdaus di Cianjur, Rabu, mengatakan "tenda sakinah" didirikan untuk memenuhi kebutuhan biologis suami istri yang terganggu akibat gempa bumi.

Menurut dia, "tenda sakinah" didirikan setelah ada salah seorang warga Desa Pasir Goong yang pulang kampung seusai merantau kerja selama dua bulan bertepatan dengan terjadinya gempa bumi di Kabupaten Cianjur.

Rumah warga tersebut rusak akibat gempa sehingga harus mengungsi di tenda yang didirikan di lapangan desa.

"Nah warga ini, kan dia hampir dua bulan kerja di luar, ninggalin istri, niatnya melepas rasa rindu sama istri setelah dua bulan merantau kerja. Tapi apa daya, terjadi gempa," kata dia.

Mendapatkan keluh kesah warga tersebut, akhirnya Feri berinisiatif mendirikan sebuah tenda milik anggota Pramuka yang muat untuk tiga hingga empat orang.

Feri mengaku pada awal didirikan, keberadaan "tenda sakinah" ini sempat menjadi pertentangan sejumlah warga karena dianggap hal yang tabu.

Namun, seiring berjalannya waktu masa tanggap darurat dan warga belum bisa menempati kembali rumahnya, akhirnya "tenda sakinah" ini diterima oleh semua warga.

"Warga pun akhirnya memahami karena ini kan salah satu kebutuhan biologis untuk pasangan suami istri," kata dia.

Feri menceritakan ada kisah lucu tentang "tenda sakinah" yakni saat dirinya memasang jadwal pasangan suami istri untuk menggunakan tenda tersebut.

"Jadi saat saya akan pasang kertas berisi jadwal pemakaian. Itu mereka pada protes, aduh, malu, jangan dipajang nama-namanya," ujar dia.

Dia memastikan tenda tersebut tidak disalahgunakan oleh pasangan bukan suami istri.

"Karena yang mengungsi di lapangan ini kan warga satu RT, tidak ada dari RT lain. Jadi saya tahu siapa-siapa saja pengungsi di sini," kata dia

Feri menambahkan, pemerintah dalam hal ini Kantor Kementerian Agama di Kabupaten Cianjur bisa ikut andil atau hadir dalam urusan kebutuhan biologis warga yang mengungsi saat ada gempa.

"Kemenag itu tugasnya bukan hanya menikahkan saja tetapi juga ikut bertanggung untuk hal seperti ini (memenuhi kebutuhan dasar warga yang mengungsi saat ada bencana, termasuk kebutuhan biologis)," kata dia.

Baca juga: Kapolres Tapteng Kunjungi dan Berikan Bantuan Seorang Ibu yang Viral Melahirkan di Tukka

Baca juga: Bisa Mengundang Syahwat, MUI Jember Haramkan Joget Pargoy

(*)

Sebagian artikel sudah tayang di tribun-jabar.id

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved