Piala Dunia 2022
Akankah Kutukan Juara Bertahan Berakhir?
Putaran Final Piala Dunia 2022 di Qatar, Akankah Kutukan Juara Bertahan Berakhir?
Penulis: Perdata O Ginting S | Editor: Chandra Simarmata
Pada laga selanjutnya menghadapi Uruguay, Les Blues bermain imbang 0-0 Uruguay. Hasil tersebut membuat Prancis harus memenangkan laga ketiga atau laga terakhir putaran grup.
Namun, alih-alih mampu menghajar Denmark, Prancis malah takluk 0-2. Padahal, di pertandingan tersebut Les Blues sudah diperkuat Zidane, Marcel Desailly, Patrick Vieira, dan David Trezeguet.
Sang juara bertahan pun mesti rela angkat kaki lebih dini dari Korea Selatan-Jepang. Penggawa yang memberikan gelar Piala Dunia pertama seperti Fabien Barthez, Youri Djorkaeff, dan Marcel Desailly masih berada di dalam tim. Begitu juga dengan Zidane yang beberapa bulan sebelumnya membawa Real Madrid juara Liga Champions.
Beberapa pemain yang sebelumnya masih berusia muda pada 1998, seperti Thierry Henry, David Trezeguet, dan Patrick Vieira juga sudah semakin matang.
Materi pemain sarat bintang ternyata tak berbanding lurus dengan performa Les Blues. Bahkan, untuk mencetak sebiji gol saja mereka tak mampu.
Dengan terhentinya armada asuhan Roger Lemmere di fase grup, mereka langsung membuat rekor sebagai juara bertahan Piala Dunia pertama yang tersingkir di fase grup pada abad ke-21.
Mereka juga memegang rekor buruk sebagai juara bertahan yang tidak bisa mencetak satu gol pun pada turnamen berikutnya. Italia Afrika Selatan bukan negara yang ramah bagi Italia.
Berstatus sebagai juara, Italia membawa skuat emas ke perhelatan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Sudah empat kali meraih trofi Piala Dunia juga memperkuat status mereka menjadi unggulan pada Piala Dunia 2010.
Italia bertarung di fase penyisihan Grup F dengan Slovakia, Selandia Baru, dan Paraguay. Di atas kertas Italia dijagokan melaju ke fase berikutnya. Namun, nahas menyapa Italia lebih awal. Mereka tersingkir secara menyedihkan di babak penyisihan grup.
Italia mengawali Piala Dunia dengan hasil yang kurang memuaskan. Melawan Paraguay di Cape Town Stadium, Italia yang tertinggal lebih dulu harus puas dengan hasil imbang 1-1.
Di pertandingan kedua, Italia melawan tim nonunggulan Selandia Baru. Berangkat dengan misi tiga angka, Italia justru kecolongan lewat gol cepat Shane Smeltz pada menit tujuh. Beruntung Vincenzo Iaquinta menyelamatkan wajah Gli Azzurri melalui golnya.
Skor imbang bertahan hingga pertandingan usai, Italia harus puas dengan satu poin. Hasil dua pertandingan awal itu membawa tim asuhan Marcello Lippi memperoleh dua poin dan terancam tidak lolos babak 16 besar.
Italia mengemban misi hidup mati pada laga terakhir menghadapi Slovakia. Namun, performa mereka di lapangan sungguh buruk. Hasilnya, Gli Azzurri harus rela Slovakia melesakkan dua gol ke gawang mereka. Hingga menit ke-80, Italia belum bisa mencetak gol.
Pada menit ke-81, Italia mencetak gol melalui Antonio Di Natale. Tapi, bukanya menyamakan kedudukan, Italia justru kebobolan lagi pada menit ke-89 melalui sepakan Kamil Kopunek.
Pada akhir laga, Fabio Quagliarella mencetak gol hiburan untuk Italia. Itu merupakan kekalahan pertama di fase grup, tapi sudah cukup untuk mengandaskan harapan Italia untuk melaju lebih jauh di Piala Dunia 2010.Mengoleksi dua poin, Italia harus puas berada di dasar klasemen.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/timnas-prancis-2021-euro.jpg)