Pada Forum G20, Professor Harvard Apresiasi Peran BRI Tingkatkan Inklusi Keuangan Indonesia

Adjunct Lecturer Harvard Kennedy School Jay K Rosengard mengapresiasi kontribusi BRI dalam menciptakan inklusi keuangan di Indonesia.

DOK. Humas BRI
Adjunct Lecturer Harvard Kennedy School Jay K Rosengard mengapresiasi kontribusi BRI dalam menciptakan inklusi keuangan di Indonesia dalam sesi diskusi “Peran BUMN dalam memperluas Keuangan Inklusif” pada Trade Investment and Industry Working Group (TIIWG) Road to G20: SOE International Conference di Bali pada Senin, (17/12/2022). 

TRIBUNMEDAN.com – Inklusi keuangan menjadi salah satu isu prioritas yang dibahas dalam sesi diskusi “Peran BUMN dalam memperluas Keuangan Inklusif” pada Trade Investment and Industry Working Group (TIIWG) Road to G20: SOE International Conference di Bali pada Senin (17/12/2022).

Upaya mewujudkan inklusi keuangan dibahas bersama perwakilan negara-negara G20, pemerintahan, pimpinan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga akademisi maupun peneliti.

Adjunct Lecturer Harvard Kennedy School Jay K Rosengard mengapresiasi kontribusi besar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sebagai BUMN dalam mendorong dan menciptakan inklusi keuangan dan serta dalam penerapan environmental, social, and corporate governance (ESG) di Indonesia.

Kontribusi tersebut tidak semata-mata datang secara tiba-tiba, tetapi merupakan buah dari upaya panjang BRI memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai backbone utamanya bisnisnya.

“Dua dekade lalu, ketika teknologi dalam pertanian mulai merambah, BRI berperan aktif dalam membiayai pembelian beras, pupuk, pestisida, serta biaya hidup tunjangan selama masa transisi dan edukasi yang diupayakan bersama pemerintah,” katanya dalam siaran pers, Senin.

Jay menyebutkan, hal tersebut juga didorong BRI dalam program yang disebut Bimbingan Massal (Bimas). Program ini adalah awal atau cikal bakal microbanking secara nasional di BRI.

Menurutnya, yang terjadi dari waktu ke waktu berikutnya adalah petani mengadopsi teknologi baru dan membentuk perspektif revolusi hijau.

“Ini adalah kesuksesan yang luar biasa, Indonesia berubah dari pengimpor beras terbesar dunia menjadi pengekspor beras bersih dalam waktu sekitar satu generasi, yaitu 20 tahun,” terangnya.

Jay menyebutkan pula bahwa pembiayaan yang disalurkan BRI merupakan pendorong utama produktivitas pelaku UMKM.

Dia menilai, adopsi teknologi tersebut sangat meningkatkan produktivitas petani yang juga meningkatkan pendapatan dan standar hidup mereka.

“Tetapi semua hal tersebut tidak mungkin terjadi bila tidak ada pembiayaan dari BRI untuk meningkatkan produktivitas mereka,” kata Jay.

Kemudian, 20 tahun lebih berselang, BRI telah tumbuh menjadi bank dengan aset terbesar serta penyalur utama kredit UMKM di Indonesia.

Hal itu dibuktikan dengan proporsi kredit UMKM di BRI yang sudah mencapai 83 persen dari total kredit atau setara Rp 920 triliun pada kuartal II-2022.

Komitmen BRI dalam sisi pembiayaan juga ditunjang implementasi ESG yang unggul sehingga BRI dapat terus tumbuh berkelanjutan untuk menumbuhkembangkan UMKM. 

“BRI merupakan contoh dari suksesnya green revolution. BRI juga dapat saya katakan sebagai world's biggest and most successful profitable microbanking. It’s a great untold story,” kata Jay.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved