Tragedi Kanjuruhan
Pengakuan Polri Pakai Gas Air Mata Kedaluwarsa Tidak Mematikan,Kabar Terkini Tragedi Maut Kanjuruhan
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, penyebab meninggalnya ratusan suporter karena kehabisan oksigen.
TRIBUN-MEDAN.com - Inilah pernyataan Polri terbaru terkait tragedi maut di Stadion Kanjuruhan.
Di tengah berjalannya proses penyidikan terkait tewasnya 131 penonton.
Polri mengklaim gas air mata yang dipakai Brimob tidak mematikan.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, penyebab meninggalnya ratusan suporter karena kehabisan oksigen.
Hal tersebut sekaligus membantah soal kematian ratusan penonton di kerusuhan Stadion Kanjuruhan karena gas air mata.
Baca juga: DATA TERBARU Korban Tragedi Kanjuruhan Bertambah Kini 705 Orang, 4 Orang Anak Hilang Belum Ditemukan
"Tidak satu pun (ahli dan dokter) yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen," kata Dedi di Kantornya, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2022).
Dedi menuturkan bahwa ratusan korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan disebut karena terinjak hingga berdesak-desakan yang mengakibatkan kekurangan oksigen.
Dengan kata lain, bukan karena terdampak gas air mata polisi.
"Karena apa? Terjadi berdesak-desakan terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen di pada pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini yang jadi korbannya cukup banyak," ungkapnya.
Dedi Prasetyo mengatakan bahwa hal tersebut didukung oleh keterangan para ahli.
Satu di antaranya pernyataan Mas Ayu Elita Hafizah yang juga pakar dari Universitas Indonesia (UI).
"Beliau menyebutkan bahwa termasuk dari Doktor Mas Ayu Elita bahwa gas air mata atau CS ini ya dalam skala tinggi pun tidak mematikan yang digunakan oleh Brimob," kata Dedi di Kantornya, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2022).
Dedi kemudian menunjukkan ada 3 jenis gas air mata yang dipakai oleh Brimob Polri. Yakni, gas air mata berwarna merah, biru hingga hijau yang masing-masing memiliki tingkat efektivitas zat kimianya.
"Yang pertama (hijau) berupa smoke ini hanya ledakan berisi asap putih. Kemudian yang kedua (biru) sifatnya sedang jadi kalau untuk klaster dari jumlah kecil menggunakan gas air mata yang sifatnya sedang dan yang merah adalah untuk mengurai masa dalam jumlah yang cukup besar," ungkapnya.
Oleh karena itu, Dedi meyakini bahwa gas air mata yang dipakai Brimob saat tragedi Kanjuruhan tidak mematikan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Penembakan-Racun-Gas-Air-Mata-di-Stadion-Kanjuruhan.jpg)