Tragedi Kerusuhan Kanjuruhan

Tragedi Kanjuruhan Makan Korban Ratusan Nyawa, 6 Orang kini Tersangka, Terungkap Peran Masing-masing

Peran 6 tersangka dalam tragedi Stadion Kanjuruhan memiliki andil terhadap tewasnya 131 orang pada laga Arema FC dan Persebaya.

Kolase Tribun Medan
Kapolri Listyo Sigit dan gas air mata di Stadion Kanjuruhan. Ini Peran 6 Tersangka dalam Tragedi Kanjuruhan 

“Pertama-tama saya tidak pernah menyalahkan keseluruhan suporter Arema sebagai penyebab tragedi,” kata Ade Armando.

“Pada malam itu ada 42 ribu suporter Arema, hanya sekitar 3 ribu yang katanya menyerbu ke lapangan.

Buat saya pangkal masalah ada pada 3 ribu orang yang melanggar hukum dengan masuk ke dalam lapangan, itu artinya hanya sebagian sangat kecil,” lanjutnya.

Baca juga: VIRAL Rumor Rizky Billar Punya Anak Sebelum Menikah dengan Lesti Kejora, Ini Terawangan Denny Darko

Ade Armando muncul dengan sebuah pernyataan yang menyulut emosi publik, di mana ia menyalahkan supoprter Arema dalam tragedi Kanjuruhan. Klarifikasi Ade Armando Usai Diserang Warganet Karena Sebut Suporter Arema Biang Kerok
Ade Armando muncul dengan sebuah pernyataan yang menyulut emosi publik, di mana ia menyalahkan supoprter Arema dalam tragedi Kanjuruhan. Klarifikasi Ade Armando Usai Diserang Warganet Karena Sebut Suporter Arema Biang Kerok (Istimewa)

Menurutnya sebagian kecil dari suporter tersebut yang menyebabkan 125 orang Aremania tewas.

Mereka adalah bagian dari Aremania yang mungkin ikut kecewa dan sedih akan kekalahan jagoannya namun memilih tetap tertib di tribun alih-alih ikut turun ke lapangan lantaran tersulut emosi.

Ade Armando juga menyebutkan bahwa polisi pada peristiwa ini hanya menjalankan kewajibannya yaitu menertibkan keadaan dimana orang-orang menyerbu ke tengah lapangan dengan potensi merusak dan mengancam nyawa.

Lebih lanjut, Ade Armando pun memaparkan beberapa kasus kerusuhan suporter di pertandingan sepakbola yang terjadi belakangan ini.

Berangkat dari hal itu ia memahami latar belakang polisi yang akhirnya menggunakan gas air mata.

“Saya mengakui gas air mata itu akhirnya membuat panik banyak suporter yang sebenarnya tidak terlibat dalam penyerbuan ke lapangan,”

Namun meskipun demikian, Ade Armondo tidak melihat itu sebagai cara represif pihak kepolisian apalagi melanggar HAM.

Ade Armondo pun menyimpulkan bahwa pangkal masalah kembali kepada perilaku sebagian suporter yang harus dididik untuk menghadapi kekalahan dan kemenangan agar mencegah tragedi ini terulang lagi.

“Sebenarnya pangkal masalah ada pada perilaku sebagian suporter yang beringas, jawabannya adalah mendidik suporter sepakbola Indonesia”

“Namun yang terpenting kita harus mengajar para suporter bertindak secara beradab.

Fanatisme harusnya tidak berujung pada tindakan yang kalap, irasional saat tim mereka kalah,” pungkasnya.

Dari peristiwa ini pun panitia belajar seharusnya memberikan jalan keluar yang lapang begitu pertandingan selesai.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved