Anak Kampung Jadi Pilot Presiden

Kisah Anak Kampung Jadi Pilot Pesawat Kepresidenan, Dipercaya Bawa Orang Penting Keliling Dunia

Kisah perjuangan Mayor Pnb Irwanda Syafriandi untuk jadi seorang pilot pesawat kepresidenan, sungguh mengharukan.

Penulis: M.Andimaz Kahfi | Editor: M.Andimaz Kahfi

TRIBUN-MEDAN.COM - Kisah perjuangan Mayor Pnb Irwanda Syafriandi untuk jadi seorang pilot pesawat kepresidenan, sungguh mengharukan.

Irwanda mengatakan bahwa semua penerbangan adalah tantangan yang berat bagi pilot.

Terlebih dalam tugasnya, Irwanda membawa orang-orang penting di Indonesia. Mulai dari Presiden Jokowi, Wakil Presiden, Panglima TNI, Menteri hingga Kepala Staf.

"Beban yang kita tanggung lebih berat. Karena ada prosedur-prosedur khusus yang kita jalankan supaya beliau-beliau ini merasa nyaman terbang dengan pesawat TNI AU ataupun pesawat kepresidenan," kata Mayor Pnb Irwanda Syafriandi.

Mayor Pnb Irwanda Syafriandi menuturkan saat ini dirinya bertugas di Lanud Halim Perdanakusuma, wing udara satu dengan jabatan terakhir Kalambang jawi udara satu.

"Jadi VVIP itu melalui tahapan yang bertingkat dan berkelanjutan. Lulus dari sekolah penerbang, nanti kita akan dijuruskan ada penerbang tempur, penerbang angkut ada juga yang penerbang helikopter. Itu nanti disesuaikan dengan nilai terbang dan kepribadian termasuk kesehatan jasmani dan rohani," urainya.

Latar Belakang Keluarga

Mayor Pnb Irwanda Syafriandi mengatakan ia berasal dari kota kecil bernama Baturaja yang berjarak 400 km dari Kota Palembang.

"Di Baturaja saya dari kecil tidak pernah terpikir jadi tentara, polisi atau lain-lain. Pikiran saya cuma pengin jadi dokter. Sebenarnya sampai lulus SMA, cita-cita saya jadi dokter. Tidak pernah kepikiran jadi tentara apalagi pilot," kata Irwanda.

"Cuma perjalanan hidup, mungkin juga pertimbangan karena kondisi orang tua, takutnya nanti pas kuliah tidak sanggup membiayai, akhirnya saya mencoba masuk Akabri," tambahnya.

Sempat Tak Direstui Orang Tua Masuk TNI

Mayor Pnb Irwanda Syafriandi menceritakan bahwa di daerah rumahnya ada pusat latihan tempur (Puslabpur) AD. Jadi ada latihan tentara yang sering melintas di depan rumah.

Melihat kerasnya latihan para tentara, sang ibu terkadang sedih melihatnya hingga berinisiatif memberikan makanan dan minuman kepada para tentara untuk sekedar melepas dahaga maupun mengisi perut sedikit.

"Kalau pelatih tidak melihat mereka bisa ambil, tapi kalau pelatih lihat mungkin konsekuensi disuruh push up. Makanya ibu saya pertama tidak memperbolehkan masuk tentara. Karena dipikirnya nanti seperti itu ditendang-tendang dan dijungkir-jungkir," katanya.

Ibu Mayor Pnb Irwanda Syafriandi sempat tak merestui dirinya masuk TNI, karena takut anaknya bakal mendapatkan pendidikan yang keras.

"Saya bilang, buk enggak. Akabari enggak seperti itu. Saya enggak tahu, ternyata kalau Akabri menurut saya lebih berat dari itu. Karena saya punya senior atau pelatih yang kalau ada kesalahan dihukum. Tapi itu tidak saya ceritakan sama ibu saya. Kalau pulang pas cuti, saya seperti kebanggaan di kampung," ujarnya.

"Di Baturaja sangat sedikit yang bisa masuk Akabri. Jadi kalau pulang ibu saya nanya. Tapi saya bilang saja enak kayak kuliah di sana. Padahal rasanya saya pengin nyerah. Tapi saya lihat foto keluarga jadi semangat lagi. Karena mereka bangga anaknya masuk Akabri jadi macam saudara semua di kampung," tambahnya.

Masuk Taruna

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved