Breaking News

Gunakan Arang sebagai Bahan Bakar, Usaha Mie Aceh Raup Omzet Rp 300 Juta Per Bulan

proses menggunakan arang tersebutlah yang menjadi ciri khas dari warung ini dan ia tetap konsisten memasak menggunakan arang.

Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan/Diana
Suasana warung Mie Aceh Arang 73 Medan, di Jalan Merak, Medan Sunggal, Medan, Selasa (4/10/2022). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kota Medan terkenal dengan keberagaman suku dan budayanya, tak heran jika di kota ini sering dijumpai kuliner khas dari daerah lain yang memiliki citarasa khas dan unik.

Seperti halnya warung makanan viral yaitu Mie Aceh Arang 73 yang terletak di Jalan Merak, Medan Sunggal, Kota Medan.

Seperti namanya, warung ini menyajikan berbagai menu kuliner berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam.
Berawal dari kedai kecil yang berdiri sejak 10 tahun silam dan hanya menyajikan menu biasa, kini kedai Mie Aceh ini sudah memiliki cabang di Jalan Rajawali Medan sejak tahun 2016 lalu.

Abdul Azis, pemilik warung Mie Aceh Arang mengatakan, kedai yang banyak diminati, ternyata dulunya hanya warung kecil yang menjual menu Mie Aceh biasa.

Baca juga: WAJIB Dicoba, Mie Aceh di Warung Sate Ampera Medan, Dijamin Bikin Ketagihan

"Awalnya kita hanya membuka Mie Aceh biasa tetapi masaknya pakai arang, dan sekarang Alhamdulillah meningkat, arangnya sudah dua tungku dan juga ada kompor dua buah," ujarnya kepada Tribun Medan, Selasa (4/10/2022).

Dikatakannya, proses menggunakan arang tersebutlah yang menjadi ciri khas dari warung ini dan ia tetap konsisten memasak menggunakan arang.

"Ciri khas warung ini adalah kita tetap konsisten memasak menggunakan arang, karena selain citarasanya yang lebih enak, wangi masakannya juga lebih terasa," tuturnya.

Di warung ini juga terdapat berbagai menu andalan seperti Mie Aceh Rusa, Mie Aceh Lobster dan Mie Kepiting Bertelur dengan 2 pilihan olahan yaitu kuah kental atau digoreng yang kaya akan rempah-rempah.

"Menu utama kita dan yang menjadi best seller adalah mie rusa, lobster dan kepiting yang bertelur, dan proses memasaknya juga berbeda dari warung Mie Aceh lainnya," ucapnya.

Dalam proses memasak tersebut tentunya Abdul memiliki bumbu rahasia yang diajarkan turun-temurun dari orangtuanya.

"Kan memang kita orang Aceh suka masak dan khasnya masakan orang Aceh itu terdapat di dalam bumbunya yang otentik," katanya.

Dia menyebutkan, dalam sehari kedai miliknya mampu menghabiskan 40 hingga 50 kilogram mie.

Kemudian untuk nasi goreng, dirinya bisa menghabiskan 10 kilogram per hari, dan mie instan yang dijual dengan menu Mie Bangladesh, Abdul dapat menghabiskan dalam sehari sebanyak dua karton.

"Kalau berapa porsi kita nggak tau ya, tapi kalau mie kita bisa menjual 40 hingga 50 kilogram per hari, nasi 10 kilogram dan mie instan 2 karton, untuk daging rusanya memerlukan 3 hingga 5 kilogram sehari," tuturnya.

Disebutkannya, dalam sehari Abdul dapat meraih keuntungan mencapai Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per hari, atau dalam sebulan omzet yang didapat hingga Rp 300 juta per bulan.

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved