Universitas ST Bhinneka Terapkan Merdeka Belajar, Nadiem Makarim Hadiri Peletakan Batu Pertama

Sofyan Tan menjelaskan bahwa didirikannya kampus kebhinnekaan ini ingin menerapkan kampus merdeka belajar secara murni.

Editor: Eti Wahyuni
TRIBUN MEDAN/DIANA
Peletakan batu pertama oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim dan Pemilik Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Sofyan Tan   

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim turut melakukan peletakan batu pertama pada pembangunan Universitas Satya Terra (ST) Bhinneka yang bertempat di Jalan Tengku Amir Hamzah Pekan I, Sunggal, Medan, Kamis (25/8/2022).

"Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda ini sudah menjadi garda dari gerakan merdeka belajar, baru mau dimerdekakan ternyata sudah merdeka. Khususnya perwujudan pelajar Pancasila," ujar Nadiem Makarim.

Dikatakannya, Universitas ST Bhinneka ini merupakan Perguruan Tinggi pertama di bawah naungan Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, dan merupakan tugas bersama untuk menerapkan kampus merdeka dan memastikan para mahasiswa mendapatkan hak belajar di luar kampus dengan jaminan 20 SKS.

"Malah jauh lebih mudah dimulai dari nol untuk menciptakan kampus yang lebih merdeka, karena dari memilih dosennya, dari memilih seberapa fleksibel mahasiswa bisa mengambil mata pelajaran yang lintas Prodi, multidisiplin dan ini kesempatan yang besar sekali untuk Universitas Satya Terra Bhinneka menjadi kampus yang benar-benar murni merdeka. Jadi ini satu hal yang menyenangkan bagi saya untuk melihat contoh kampus baru yang mulainya saja sudah merdeka," tambahnya.

Lanjutnya, merdeka belajar itu sebenarnya memberikan otonomi kembali kepada kepala sekolah dan para guru, dengan berharap besar sekolah dan kampus ini menjadi contoh-contoh kebhinnekaan, simbol kebhinnekaan dan diadopsi oleh banyak sekolah.

Baca juga: Hotman Paris Desak Menteri Nadiem Makarim Ambil Tindakan Tegas Soal Ijazah Palsu Oknum Pengacara

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina YP SIM Medan, Sofyan Tan menjelaskan bahwa didirikannya kampus kebhinnekaan ini ingin menerapkan kampus merdeka belajar secara murni dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih dunia pendidikan.

"Tentu kita ingin kampus ini menerapkan kampus belajar secara murni, karena selama ini kan belum ditemukan kampus merdeka yang murni banget yang memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada mahasiswa untuk menempuh dunia pendidikan, boleh di dalam dan di luar atau pun lintas Prodi bisa diambil," ujarnya kepada awak media.

Dia menuturkan, biasanya satu mahasiswa tidak cukup hanya menguasai satu ilmu saja, tetapi harus mempelajari banyak ilmu agar dapat survive.

"Biasanya satu orang tidak cukup menguasi satu ilmu saja, dia harus mempelajari banyak ilmu supaya dia survive," tuturnya.

Sofyan Tan menargetkan, pembangunan Universitas ST Bhinneka ini akan rampung pada tahun 2025, karena pihaknya harus mempersiapkan segala halnya dengan matang, seperti tenaga pengajar.

"Secara keseluruhan kampus ini sudah selesai, tetapi kita masih seimbangkan gedung yang modern dan juga membutuhkan ketelitian yang ketat dalam SDM, baik yang lulusan dalam negeri mau pun luar negeri. Karena saat ini saya lihat sudah banyak juga lulusan luar negeri yang saat sudah bisa kita pekerjakan. Dan jaringan inilah yang kita sudah kerjasamakan dengan universitas di luar negeri, kalau bisa selesai lebih cepat mungkin lebih baik," katanya.

Sementara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim berulang kali mengatakan kekagumannya terhadap sekolah yang menerapkan Bhinneka Tunggal Ika yaitu Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda.

"Ada beberapa alasan yang membuat saya ingin balik ke sini, waktu pertama kali saya datang saya melihat masjid di sebelahnya gereja, wihara, pure, dan itu pertama kali saya melihat di dalam satu sekolah,” ucapnya.

Nadim menuturkan, ketika ia membagikan kedatangannya yang pertama ke YP SIM di akun sosial media miliknya, banyak masyarakat yang kagum serta menuturkan komentar positif.

"Waktu saya sharing di Instagram saya, itu menjadi konten viral dan hampir semua komen di Instagram saya menyebut kenapa tidak semua sekolah seperti ini, kenapa semua sekolah tidak menghargai kebhinnekaan seperti di sini, dan itu yang membuat saya ingin kembali ke sekolah ini," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved