Miris Memang, 7 Gadis Belia Ini Rela Putus Sekolah Demi Fokus Jadi PSK
Bukannya sekolah dan menjadi anak yang penurut bagi kedua orangtuanya, 7 gadis belia di Kota Lubuklinggau, Sumsel ini malah memilih jalannya sendiri,
TRIBUN-MEDAN.com - Miris memang tujuh gadis belia ini rela putus sekolah agar fokus jadi pekerja seks komersial (PSK).
Bukannya sekolah dan menjadi anak yang penurut bagi kedua orangtuanya, 7 gadis belia di Kota Lubuklinggau, Sumsel ini malah memilih jalannya sendiri, jadi PSK.
Agar tekun menggeluti profesi sebagai PSK, mereka rela tidak masuk sekolah sama sekali.
Mereka rela menjadi pemuas nafsu pria hidung belang demi memenuhi gaya hidupnya.
Ketujuh gadis beia itu berasal dari keluarga menengah ke bawah. Namun punya mimpi menjadi anak sosialita.
Kapolres Lubuklinggau, AKBP Harissandi melalui Kanit PPA, Aipda Kristin menceritakan, pengakuan ketujuh korban saat diinterogasi Polisi mengaku terpaksa karena butuh uang jajan.
"Mereka rata-rata ngakunya untuk uang jajan, intinya uang jajan kurang," ungkap Kristin menirukan ucapan salah satu korban saat dikonfirmasi Tribunsumsel.com, Selasa (2/8/2022).
Kristin mengatakan hampir semuanya mengaku terjun ke dunia hitam tersebut karena tuntutan ekonomi, sebab semuanya berlatar belakang dari keluarga yang kurang mampu.
"Taraf hidupnya ada yang bawah sekali, ada yang menengah, tapi hanya sebagian yang menengah, sisanya karena ekonominya memang menengah ke bawah," ujarnya.
Dari ketujuh korban tersebut rata-rata merupakan remaja yang sudah tidak pernah aktif sekolah alias tidak pernah masuk sekolah meski masih berstatus sebagai pelajar.
"Mereka ini bisa dibilang masih sekolah iya, tapi tidak mau lagi masuk sekolah, malah ada yang baju SMA nya semenjak dibeli tidak dipakai sama sekali," ungkapnya.
Seperti contohnya, satu korban asal warga Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang itu, dari awal memang tidak mau masuk sekolah lagi, padahal baru masuk SMA, akhirnya bertemu teman-temannya memilih jalan menjadi wanita panggilan.
"Ya yang dari Empat Lawang itu bajunya tidak pernah dipakai sama sekali sejak dibeli, padahal baru masuk SMA," ujarnya.
Kristin mengungkapkan rata-rata anak yang jadi korban ini merupakan tipikal anak yang tidak mau terkekang di rumah, dari awal mereka selalu menuntut kebebasan kepada keluarganya.
"Mereka (korban) ini merupakan tipikal anak yang ingin bebas, mungkin karena pergaulan, terus menjadi kebutuhan, rata-rata anak yang tidak betah di rumah," ungkapnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/istri-laporkan-suami-telantarkan-anak.jpg)