Niat Puasa
Niat Puasa Arafah hingga Sejarah dan Keutamaan Puasa Arafah
Puasa Arafah dilaksanakan sehari sebelum hari raya Idul Adha. Puasa Arafah merupakan puasa kesembilan dzulhijjah.
Penulis: Rizky Aisyah |
TRIBUN-MEDAN.com.MEDAN - Puasa Arafah dilaksanakan sehari sebelum hari raya Idul Adha. Puasa Arafah merupakan puasa kesembilan dzulhijjah.
Puasa ini sangat disunahkan bagi umat muslim yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
Kisah mula puasa Arafah berasal dari kisah nabi Ibrahim akan perintah menyembelih anaknya sebagai bentuk suatu perintah keyakinan atau arafah.
Menurut Kiai Ghazalie Masroeri guna mengabadikan arafah (keyakinan) dan ketaatan Nabi Ibrahim serta Nabi Ismail agar menjadi motivasi, Allah mensyariatkan umat Islam untuk melaksanakan puasa arafah.
Adapun bagi mereka yang berhaji tidaklah disunnahkan untuk berpuasa Arafah karena di hari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berpuasa.
Sejarah puasa Arafah tidak dapat dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya Nabi Ismail ‘alahis salam melalui mimpi.
Nabi Ibrahim ‘alahis salam seringkali pergi ke Makkah untuk menjenguk putranya, Nabi Ismail ‘alaihis salam yang tengah diasingkan bersama ibunya Siti Hajar di tempat yang tandus.
Ketika Nabi Ismail ‘alaihis salam menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bermimpi bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail ‘alaihis salam.
Mimpi yang hadir di tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah tersebut membuat Nabi Ibrahim bingung karena beliau sangat memahami bahwa mimpi seorang nabi merupakan salah satu cara turunnya wahyu Allah.
Artinya, beliau memang harus melaksanakan perintah Allah tersebut. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam terus memikirkan mimpi tersebut.
Sebagai seorang ayah tentu tidak ingin mengorbankan putranya yang telah dinantikan kelahirannya selama bertahun-tahun. Namun sebagai seorang Nabi, beliau harus melaksanakan perintah tersebut.
Kegamangan yang menyelimuti hati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam akhirnya mengantarkan beliau pada keyakinan untuk mengorbankan putranya Nabi Ismail ‘alaihis salam.
Keyakinan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk mematuhi perintah Allah terjadi pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hari keyakinan inilah yang disebut dengan hari Arafah.
Beliau kemudian pergi ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan perintah Allah tersebut kepada Nabi Ismail ‘alaihis salam.
Nabi Ismail ‘alaihis salam, sebagai seorang anak yang patuh dan berbakti kepada orang tuanya, meminta ayahnya untuk mematuhi perintah Allah tersebut.
Nabi Ismail ‘alaihis salam berkata,
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya Allah sebagai seorang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak bergerak-gerak hingga menyusahkan ayah. Kedua, agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahala dan terharunya ibuku melihatnya. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Keempat dan yang terakhir, sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.” Dikutip dari 25 Kisah Para Nabi
Kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memeluk puteranya sambil berkata,
“Bahagianya aku mempunyai seorang putra yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua, yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Waktu penyembelihan tiba yakni tepat tanggal 10 Dzulhijjah. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sendiri yang melakukan penyembelihan terhadap Nabi Ismail ‘alaihis salam.
Namun, proses penyembelihan ini berulang kali mengalami kegagalan. Hingga Nabi Ibrahim ‘alaihi salam pun merasa telah gagal dalam melaksanakan perintah Allah.
Kemudian, Allah berfirman dalam surat Ash-Shaaffaat ayat 104-106,
Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpimu itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” QS. Ash-Shaffat : 104-106
Sebagai balasannya, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya. Beliau pun menyembelih kambing tersebut.
Kisah ini diceritakan dalam Al Qur'an surat Ash-Shaffat ayat 100-113. Untuk mengabadikan keyakinan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Allah Ta’ala mensyariatkan puasa sunnah pada hari Arafah.
Keutamaan Puasa Arafah
Puasa Arafah dilakukan pada hari ke-9 bulan Zulhijah. Puasa Arafah merupakan puasa yang hukumnya sunnah muakkad berarti mendekati wajib.
Keutamaan puasa Arafah bisa menghapus dosa dua tahun. Meski, sebagian ulama menyepakati 'menghapus dosa' ini berarti dosa-dosa kecil.
"Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu," (HR Muslim).
Kendati puasa sunnah Iduladha disebutkan selama 10 hari, namun puasa pada hari ke-10 atau pada perayaan Idul Adha itu sendiri merupakan puasa yang haram hukumnya.
Begitu juga dengan tiga hari setelah Idul Adha juga tidak dianjurkan untuk puasa karena merupakan hari Tasyrik, yaitu harinya makan-makan dan masih dalam suasana hari raya.
Keutamaan puasa sebelum Idul Adha ini memang istimewa, selain memperoleh ganjaran pahala, insya Allah orang yang menjalaninya diberkahi kemuliaan Allah SWT.
Berikut doa niat puasa Arafah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnati Arafah lillahi ta'ala.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah SWT."
Keutamaan Puasa Dzulhijjah
Puasa ini dilakukan pada 1-7 hari pertama bulan Dzulhijjah. Keutamaan dari puasa Dzulhijjah adalah orang yang menjalaninya akan mendapat pahala setara dengan orang yang mati syahid.
"Apakah jihad juga tidak sebanding dengan beramal pada sepuluh hari tersebut?" Rasulullah menjawab, "Tidak, kecuali ia mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah (mati syahid)," jelas hadis riwayat Ibnu Majah.
Keutamaan lainnya adalah dikabulkannya doa-doa yang dipanjatkan, dijauhkan dari sifat munafik, dipenuhi rasa cinta kasih, hingga dijauhkan dari kesusahan.
Keutamaan Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah dilakukan pada hari ke-8 bulan Zulhijah. Keutamaan puasa Tarwiyah disebut bisa menghapus dosa selama setahun.
"Puasa hari Tarwiyah dapat menghapus dosa setahun. Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun," jelas hadits riwayat Abusy Syaikh Al-Ishfahani dan Ibnun Najjar.
Selain dapat menghapus dosa, keutamaan puasa Tarwiyah juga akan menjauhkan dari siksaan api neraka. Namun, sebagian ahli hadis masih berdebat soal keutamaan ini.
Kendati begitu, berpuasa sejatinya merupakan amalan baik yang selalu dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
"Puasa delapan hari sebelum hari Arafah (dianjurkan) bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji maupun mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji," jelas Kitab Nihayatuz Zain karya Syaikh M. Nawawi.
(cr30/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/20072021_salat_idul_adha_danil_siregar-1.jpg)