Rusia vs Ukraina

Pemimpin Jerman Ungkap Ambisi Putin yang Sebenarnya, Namun Tidak Akan Berhasil

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa kemungkinan pertempuran akan meningkat menjelang keputusan Uni Eropa tentang tawaran Kyiv.

Editor: AbdiTumanggor
VIA BBC
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Dmitry Medvedev. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-121 pada Jumat (24/6/2022).

Hal itu sejak dimulainya pada 24 Februari 2022 lalu.

Kini Rusia semakin meningkatkan serangannya di wilayah Kharkiv dan Donetsk Ukraina.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa kemungkinan pertempuran akan meningkat menjelang keputusan Uni Eropa tentang tawaran Kyiv untuk masuk ke blok tersebut.

Pertempuran juga terus berlanjut di Severodonetsk kota industri utama di timur.

Ukraina mengatakan, mereka kehilangan kendali atas desa Metyolkine yang berdekatan dengan kota tersebut.

Pasukan Rusia terus menggempur Ukraina timur selama berminggu-minggu untuk merebut wilayah industri utama Donbass, setelah dipukul mundur dari bagian lain negara itu setelah invasi dimulai.

Pekan lalu, pemimpin Jerman berbagi pemikiran tentang apa yang diinginkan Presiden Rusia Vladimir Putin sebenarnya.

Melansir Russian Today (RT), Senin (21/6/2022), Kanselir Jerman Olaf Scholz mengklaim dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Munchner Merkur bahwa Putin ingin kembali ke kebijakan 'lingkup pengaruh', tetapi dia tidak akan berhasil.

Baca juga: Perang Rusia Ukraina Tak Kunjung Berakhir, Presiden Jokowi Akan Temui Langsung Putin dan Zelenskyy

Di antara topik lainnya, Scholz diminta untuk mengomentari klaim Rusia bahwa sanksi Barat mencegah pengiriman gas Rusia ke Jerman melalui pipa Nord Stream.

Pada hari Senin lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa turbin pipa harus menjalani perawatan, tetapi karena sanksi "orang Eropa tidak mengembalikannya." 

Namun ditanggapi oleh Jerman. “Pembenaran ini tidak masuk akal,” jawab Scholz.

Di bagian lain dari wawancara, bahwa baik NATO maupun Uni Eropa tidak mewakili ancaman bagi Rusia.

Scholz menekankan bahwa pemimpin Rusia “harus menerima bahwa komunitas demokrasi dan negara konstitusional tumbuh semakin dekat bersama di lingkungannya.”

"Dia (Putin) menginginkan Eropa yang terpecah dan kembali ke kebijakan lingkup pengaruh. Dia tidak akan bisa melakukan itu," kata Scholz.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved