TRIBUNWIKI

TEPUNG Tawar, Tradisi yang Sudah Ada Sejak Sebelum Agama Islam Masuk ke Sumut

Kegiatan tepuk tepung tawar ini diadakan sebagai bentuk rasa syukur sambil memberikan doa- doa. 

Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Ayu Prasandi
HO
Calhaj saat ikuti kegiatan tepuk tepung tawar oleh Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.    

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Musim pemberangkatan haji, banyak masyarakat yang mengadakan acara tepuk tepung tawar. 

Tepuk tepung tawar merupakan satu tradisi yang jarang dilewatkan oleh masyarakat Sumatera Utara dikala ada acara besar seperti pernikahan, pengukuhan adat, pemberangkatan haji dan lain sebagainya. 

Kegiatan tepuk tepung tawar ini diadakan sebagai bentuk rasa syukur sambil memberikan doa- doa. 

Baca juga: CUACA di Arab Saudi Capai 40 Derajat, Direktur PHDN : Jemaah Harus Banyak Minum Air Putih

Dosen Sejarah USU, Suprayitno menyatakan bahwa tradisi tepung tawar menawar ini merupakan tradisi lama raja-raja melayu yang dilestarikan hingga saat ini.

"Jadi kegiatan tepung tawar menawar ini sudah lama, sebelum islam masuk ke Provinsi Sumut tradisi ini sudah ada," terangnya saat dihubungi Tribun Medan melalui via telepon seluler," Jumat ( 10/6/2022). 

Dijelaskan Supriyatno bahwa kegiatan tepuk  tepung tawar ini juga bukan hanya di Sumatera Utara saja. 

"Tepuk tepung tawar ini tradisi budaya di masyarakat Nusantara, biasanya ada di adat melayu muslim. Misal di Aceh itu juga ada hanya saja beda nama saja di setiap nusantara ini," jelasnya.

Untuk di Sumut sendiri dikatakan Supri bahwa tradisi tepuk tepung tawar ini untuk memberikan doa-doa agar selamat dalam bepergian.

"Bukan selamat bepergian saja tapi doa agar pernikahannya lancar rumah tangganya baik macam-macam tapi semua mengarah untuk doa keselamatan," jelasnya. 

Tradisi tepuk tepung tawar ini dikatakan Supri merupakan pengaruh budaya dari India dan Hindu.

"Ini kan tradisinya pra islam masuk ke Sumut, kalau secara tepat tahun berapa tradisi ini tidak bisa diketahui tapi menurut perkiraan itu abad kedua dimana untuk Sumut sendiri itu sudah ada kerajaan aro kalau di Provinsi lain itu sudah ada kerjaan Sriwijaya, Tarumanegara dan lain-lain," jelasnya. 

Baca juga: 7 Aplikasi Edit Video TikTok, Solusi Miliki Video Keren yang Mudah Menggunakan

Namun dikatakan Supri tradisi ini seiring perkembangan zaman dan teknologi menuai pro dan kontra.

"Dimana menurut masyarakat muslim itu sama saja dengan sirik tapi kegiatan ini kan untuk mendoakan orang dimana dalam islam mendoakan itu tidak ada masalah. Hanya saja, mendoakan ini ada menggunakan air, pulut kuning dan lain-lain namun itulah tradisi budaya kita harus terus melestarikannya. Kecuali niatnya mempercayai air dan bunga-bunga itu maka itu syirik,"terangnya. 

Seiring perkembangan jaman juga, dikatakan Supri bahwa sudah banyak hal-hal perubahan dalam tradisi ini.

"Jaman dulu itu kalau tepuk tepung tawar itu ada airnya, ada pulut kuningnya, ada tepung tawar yang digariskan di kening, dan ada air daun pandan serta bunga-bunga untuk dipukul-pukul ringan kepada yang di doakan namun kini banyak masyarakat yang memilih simpel saja hanya dengan air saja kemudian langsung berdoa,"ucapnya. 

Diakui Supri bahan-bahan tepuk tepung tawar yang digunakan dalam acara tradisional  itu juga memiliki makna.

"Air itu maknanya agar memberikan ketenangan selama di perjalanan, pulut kuning itu rasanya manis maka diharapkan perjalanan atau untuk yang menikah tidak ada hambatan apapun kalau kunyit itu simbolisasi karena melayu kerap identik dengan berwarna kuning. Sementara untuk pandan itu agar perjalanan atau pernikahan  yang mungkin nantinya ada kendala untuk mereka bisa tertutupi dengan kebaikan," jelasnya. 

Untuk prosesi tepuk tepung tawar di Sumut ini dikatakan Supri dimulai dengan mengambil air percikan yang berisikan dedaunan dan bunga serta pandan. 

"Jadi nanti yang mau di tepuk tepung tawari ini duduk kemudian diberikan kain lalu tangannya diletakkan di atas paha dan barulah satu persatu orang yang dituakan mendatangi mereka dan mendoakan mereka,"jelasnya.

(cr5/Tribun-medan.com)

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved