Miris Sudah Keruk Keuntungan di Indonesia, 3 Bos Sawit Malah Berkantor di Singapura

Pemerintah Indonesia rencananya akan mengaudit seluruh perusahaan sawit yang berkantor di luar negeri, khususnya di Singapura.

TRIBUN MEDAN/ANISA RAHMADANI
Harga minyak goreng Transmart Carrefour 

Konglomerat Martua Sitorus adalah sosok di balik guritas bisnis Wilmar di Indonesia.

Masih menurut laman resmi perusahaan, Wilmar awalnya bermula dari perusahaan penggilingan tepung terigu bernama FFM Berhad yang didirikan Kuok Group milik Kuok Khoon Hong di Malaysia pada tahun 1966.

Kemudian pada 1 April 1991, Kuok Khoon Hong berkongsi dengan konglomerat asal Indonesia Martua Sitorus dengan membentuk Wilmar Trading Pte Ltd.

Awalnya, Grup Wilmar memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera Barat di bawah bendera PT Agra Masang Perkasa (AMP).

Area perkebunan kelapa sawit Wilmar kemudian merambah ke Sumatera Utara.

Dalam waktu relatif cepat, perkebunan sawitnya semakin menggurita di Indonesia hingga ratusan ribu hektare dan berada di atas lahan negara melalui skema hak guna usaha (HGU).

Meski punya kebun kelapa sawit sangat luas beserta fasilitas pabrik pengolahannya di Indonesia, perusahaan ini memilih mencatatkan diri di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange.

Wilmar International Ltd pernah masuk sebagai perusahaan sawit terbesar dunia pada tahun 2018.

Majalah Forbes bahkan menjuluki sang pemilik Grup Wilmar, Martua Sitorus, sebagai Raja Minyak Sawit Indonesia.

Matua Sitorus sebagaimana dicatat Forbes memiliki kekayaan bersih sebesar 3 miliar dollar AS, sekaligus menempatkan pria berusia 62 tahun ini di urutan 1.034 orang terkaya di dunia.

(*/ Tribun-Medan.com)

Artikel ini telah tayang di Surya

Sumber: Surya
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved